Kemarin daku melihat sebuah postingan di sosial media. Isinya kurang lebih seperti ini: si ibu merasa stress karena anak-anaknya susah diatur sehingga dia sering marah. Dia bertanya pada netizen, adakah di antara mereka yang soft spoken?
Yang dimaksud soft spoken adalah ibu yang sabar
banget, suaranya lembut, dan bahkan tidak pernah marah. Orang tua seperti ini
menerapkan gentle parenting. Kalau
bicara benar-benar halus seperti Umma-nya Nussa dan Rarra (siapa suka nonton
serial ini juga?).
Akan tetapi kolom
komentar malah berubah jadi ajang perdebatan yang mengerikan. Di mana ada ibu
yang bangga punya anak dengan didikan VOC alias keras. Sementara ada ibu lain
yang cerita kalau dia kontra dengan ibu yang soft spoken karena terlalu menerapkan gentle parenting sehingga menghasilkan anak-anak yang malas.
Pengertian
Gentle Parenting
Sebenarnya apa arti gentle parenting? Ini adalah metode
membesarkan dan mendidik anak dengan lembut. Anak lebih sering dipanggil dengan
sebutan “sayang” atau “cinta”. Jika dia tidak sengaja melakukan kesalahan, sang
ibu hanya mengingatkan untuk lebih berhati-hati dan jangan diulangi lagi.
Beberapa tahun ini mulai ada gerakan gentle parenting agar anak bisa merasakan kasih-sayang yang sesungguhnya. Anak tidak merasa takut dan mau dekat dengan orang tuanya, karena memang jarang sekali marah. Kecuali kalau ada kesalahan yang besar, orang tua baru mengingatkan dengan nada tinggi.
PixabayJadi gentle parenting itu bukan berarti ayah atau ibunya sabar dan lemah-lembut terus-menerus ya. Pasti ada masa di mana salah satu orang tua mengingatkan dengan tegas. Kalau anak melakukan kesalahan besar juga dihukum tapi tidak main fisik. Misalnya dengan hukuman potong uang saku, tidak boleh keluar rumah saat liburan, dll.
Sisi
Positif Gentle Parenting
Ada beberapa keunggulan
dari gentle parenting. Pertama, anak
bisa lebih dekat (secara emosional) dengan ayah dan ibunya. Mereka mau bicara
layaknya dengan teman sebaya, tapi masih tetap menghormati orang tuanya.
Penyebabnya karena sang ibu memang berperangai halus dan tidak emosional.
Kedua, anak juga tumbuh
menjadi pribadi yang penuh dengan kasih-sayang. Dia lebih mudah empati dan suka
memeluk saudaranya. Anak juga jarang marah karena memang tidak diberi contoh
kemarahan yang membabi-buta oleh orang tuanya.
VOC
Parenting Itu Apa?
Sebaliknya, ada VOC parenting yang biasanya merupakan
didikan zaman dulu. Di mana anak diajari dengan keras, tegas, dan kalau perlu
main tangan. Alasannya, anak akan tumbuh menjadi pribadi yang kuat karena sejak
kecil sering dimarahi. Bahkan ada ibu yang berprinsip kalau lebih baik anak
dimarahi olehnya daripada dimarahi orang lain.
Alamak! Tak terbayang
anak yang dapat didikan VOC parenting.
Dia takut melakukan kesalahan karena jika menumpahkan makanan, akan dicubit.
Kalau malas mengerjakan PR, sabuk bisa melayang. Aduuuh, ini anakmu kenapa jadi korban KDRT, duhai orang tuaaaaaaa!
Trauma
Akan Kekerasan
Anak yang jadi korban
VOC parenting bisa mengalami trauma
akan kekerasan. Mereka takut untuk berdekatan dengan orang tuanya, dan memilih
untuk merantau seusai kuliah atau sekolah. Bertemu orang tua hanya dalam
kondisi formal, misalnya saat lebaran.
Yang menyedihkan adalah
siklus kekerasan di mana para korban berubah menjadi pelaku. Saat anak sudah
dewasa maka dia akan bersikap keras juga karena meniru perlakuan ibunya di masa
lalu. Siklus negatif yang berulang dan mengerikan.
Oleh karena itu
sebaiknya sebelum menikah, calon istri dan suami wajib menceritakan gaya
parenting orang tua masing-masing dan membuat kesepakatan. Kalau ada salah satu
“lulusan” VOC parenting maka bisa konsultasi dulu ke psikolog atau konselor
keluarga. Jadi bisa menyembuhkan inner
child dan tidak akan berlaku buruk ke anak.
Apa
Benar Gentle Parenting Bikin Anak Malas?
Kembali ke pembahasan gentle parenting. Apa benar akibatnya
anak jadi mager alias malas gerak? Jadi ibunya terlalu soft spoken sehingga tidak didengarkan oleh anaknya, dan dia jadi
tidak mau membantu pekerjaan di rumah seperti menyapu dan menyiram tanaman?
Bukan begitu ya
pemirsa! Anak malas atau rajin sebenarnya tergantung didikannya. Kalau ibunya
lemah-lembut tapi mendidik dengan tegas, maka anak bisa rajin, kok!
Misalnya ada ibu yang
suaranya lembut, jarang marah, tapi anak-anaknya rajin bantu cuci baju, beresin
lemari, dll. Anak mau melakukan dengan suka-rela karena dia sudah dilatih untuk
mandiri sejak kecil. Kemudian, dia juga dipuji saat mau bantu mengepel lantai. Anak
akan happy lalu merasa jadi hero setelah menolong ibunya.
Orang
Tua yang Sangat Perfeksionis
Salah satu penyebab
anak jadi malas adalah orang tua yang terlalu perfeksionis. Misalnya saat anak
menumpahkan air dari teko, langsung dimarahi. Padahal dia sedang belajar
menuang air minum sendiri.
Bayangkan jika kalian
ada di posisi anak. Saat ingin belajar masak mie malah diejek, dibilang
kelembekan. Ketika mau menyapu malah dibilang kurang bersih. Akibatnya anak
jadi malas bantu-bantu di rumah karena standar kebersihan ibu yang terlalu
tinggi dan kebiasaan menghina tiada tara.
Jadi orang tua memang
harus sabar seluas samudra, apalagi saat mengajarkan anak bersih-bersih. Kalau
misalnya bantu mengepel tapi kurang resik,
biarkan aja, tapi puji dulu insiatifnya. Nanti kalau dia lagi main keluar bisa
diulang lagi ngepelnya. Yang penting dia tidak pusing karena sudah mau
membersihkan rumah dan dapat respon positif.
Terlalu
Memanjakan Anak
Penyebab lain dari
kemalasan anak adalah kebiasaan memanjakan yang keterlaluan. Misalnya anak
sudah SMA tapi dicucikan bajunya. Minimal dia sudah belajar mencuci pakaian
dalamnya sendiri dan paham cara kerja washing
machine. Sehingga saat PRT mudik atau ibu sakit tidak kelimpungan.
Ada juga anak yang
terima beres. Saat bangun tidur tinggal mangap
karena sarapan sudah tersedia. Lalu dia main game tanpa mandi pagi. Saat siang baru merengek minta jajan
seenaknya sendiri. Jangan dibiasakan karena anak bisa malas mandi dan malas
ngapa-ngapain ketika liburan.
Orang tua wajib paham
kalau kasih-sayang pada gentle parenting bukan
berarti harus memanjakan anak. Boleh saja membiarkan mereka bermain tapi harus
ada jam malam. Saat anak mau makan sesuatu (misalnya kentang goreng) maka wajib
untuk bantu kupas kulit kentang (pakai peeler
biar lebih mudah).
Kesimpulan
Pengasuhan yang keras
alias VOC parenting sudah tidak
relevan dengan zaman sekarang karena anak sudah lebih pintar berdebat dan
kritis. Mereka bisa balas cubit atau memviralkan kekerasan dalam rumah tangga,
karena merasa kesal akan orang tuanya. Lagipula kalau dipukul sakit, kan? Mengapa
kalian tega menyakiti anak sendiri?
Kemudian, orang tua
atau calon orang tua wajib paham bahwa didikan halus pada gentle parenting bukan berarti membuat anak jadi manja. Saat ibu
bicara dengan halus maka ayah mengimbangi dengan ketegasan. Anak jadi belajar
disiplin dan tidak malas-malasan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar