Selasa, 25 Maret 2025

Best Moment Blogging: Ketika Tulisan Parentingku Bermanfaat untuk Orang Lain

Perjalananku sebagai blogger dimulai lebih dari 10 tahun lalu. Lalu ketika ditanya, apa hal yang terbaik ketika ngeblog? Maka jawabannya adalah saat tulisan-tulisanku di sini bermanfaat bagi orang lain.

Sebenarnya daku tak menyangka blog ini akan ramai pengunjung, meski banyak di antara mereka yang tidak berkomentar. Netizen membaca blogku karena daku share link di sosial media, baik di status sendiri maupun saat mengomentari status orang lain. Memberikan link blog sangat praktis karena mereka bisa membaca sendiri pengalamanku sebagai ibu dari anak istimewa (ADHD).

Sosialisasi Anak Istimewa

Dari pergaulanku dengan banyak orang (di dunia nyata maupun dunia maya) ternyata ada yang belum paham, apa sih anak istimewa? Malah ada yang menyangka anak autis itu (maaf) tidak normal karena suka marah-marah dan tidak bisa dikendalikan. Setelah kulihat langsung, ternyata si anak sedang fase sugar rush (kebanyakan konsumsi glukosa).



Ternyata ada orang yang belum paham bahwa spektrum autis itu luas, anak kinestetik yang disangka hiperaktif (seperti Saladin), dan kondisi anak-anak istimewa yang lain. Di sini, daku sebagai orang tua anak istimewa berusaha menjelaskan bahwa mereka memang ada. Anak istimewa memang berbeda tapi jangan dipandang negatif.

Daku memang bukan psikolog atau psikiater, tapi berdasarkan pengalaman mengasuh Saladin selama 12 tahun ini, jadi paham cara mendidik anak istimewa. Saat diberi anak spesial maka orang tua punya stok kesabaran seluas samudera dan memahami mereka yang pola pikirnya berbeda. Dengan penuh welas asih maka anak istimewa akan merasa disayang, dan bisa diarahkan, meski butuh waktu.



Berdasarkan pengalaman, akhirnya muncul banyak tulisan parenting di blog tentang anak istimewa dan mereka yang masih awam pun jadi paham. Biasanya kusarankan anaknya untuk dibawa ke psikolog anak untuk obeservasi lebih lanjut, apa butuh terapi khusus, dll. Jangan takut untuk datang ke psikolog untuk konsultasi, dan mari hapus stigma negatif bahwa curhat ke psikiater hanya berlaku untuk orang gila.

Punya Anak Istimewa Tidak Memalukan

Dari banyak tulisanku, daku berusaha memberi pemahaman kepada pembaca bahwa punya anak istimewa itu tidak memalukan. Sebenarnya si bocah juga tidak tahu mengapa dia diciptakan sebagai anak ABK, bukan? Jadi jangan dimarahi, bahkan dianggap sebagai “kutukan” atau “karma” karena orang tuanya melakukan perbuatan buruk di masa lalu.



Justru dari anak istimewa kita bisa belajar tentang banyak hal. Mereka yang punya “kekurangan” (misalnya terlambat bicara atau hiperaktif) ternyata tegar dan mau ikut terapi. Anak-anak berhati murni memberi tahu orang tua bahwa dunia begitu berwarna, dan pasti Tuhan menghadirkan mereka dengan suatu misi, misalnya agar lebih bersyukur dan bersabar.

Memutus Mata Rantai Pengasuhan Negatif

Salah satu misiku di blog Catatan Bunda Saladin adalah memberi tahu bahwa parenting ala VOC (yang penuh dengan kekerasan) sudah tidak lagi relevan dengan zaman sekarang. Jika dulu anak bisa patuh hanya dengan pelototan mata, atau sesekali dicubit orang tuanya, maka tidak bisa diterapkan pada anak sekarang. Penyebabnya karena mereka jauh lebih kritis.

Alhamdulillah kalau para pembaca blog juga sadar bahwa mata rantai pengasuhan negatif harus dihapuskan. Mereka yang dulu jadi korban VOC parenting, memutuskan bahwa anak tidak boleh dikerasi sama sekali. Meski ada trauma tapi menyadarkan mereka bahwa mendidik anak tak usah pakai “main tangan” karena memang tidak efektif.

Gentle Parenting



Mulai banyak pembaca blog Catatan Bunda Saladin yang setuju akan artikel-artikelku tentang gentle parenting. Di mana anak dididik dengan kelembutan dan kasih-sayang. Mereka juga paham bahwa gentle parenting tidak membuat anak jadi manja karena faktanya anak tetap diajak untuk inisiatif bersih-bersih dan punya kedisiplinan yang tinggi.

Parenting Bukan Hanya untuk Orang Kaya

Salah satu hal yang mengejutkan dari banyak komentar netizen adalah anggapan bahwa parenting hanya untuk orang kaya? Ya Tuhan….

Pengasuhan dengan gaya parenting positif (yang penuh dengan kasih dan sayang) dianggap “hanya” berlaku bagi orang kaya karena mereka tidak pusing memikirkan uang bulanan. Langsung saja kujelaskan (melalui tulisan) bahwa ada kok orang tua dari kalangan menengah dan menengah ke bawah yang sabar dalam mendidik anak. Janganlah berprasangka negatif, dan Tuhan memberi kesabaran bagi semua orang, bukan hanya untuk yang kaya saja.

Menjelaskan Tentang Speech Delay

Selain tentang anak istimewa, blog Catatan Bunda Saladin juga pernah membahas tentang anak yang terlambat bicara. Rasanya senang ketika ada yang membaca artikel mengenai speech delay lalu mereka paham apa saja penyebabnya (misalnya terlalu banyak nonton di HP atau TV). Ternyata anak sekarang yang punya ponsel di usia yang sangat muda, bisa terlambat bicara karena kurang stimulasi.



Anak yang terlambat bicara masih bisa dilatih, asal mau diet gadget dan terapi wicara (baik oleh terapis atau orang tuanya sendiri). Pembaca blog Catatan Bunda Saladin juga paham kalau penyebab lain speech delay adalah bingung bahasa. Seperti Saladin yang dulu baru bisa ngomong di usia yang nyaris 4 tahun, ternyata dia bingung mau bicara bahasa Inggris, Jawa, atau Indonesia.

Menjelaskan tentang Sekolah Alam

Momen manis lain saat ngeblog adalah ketika daku menjelaskan tentang sekolah alam kepada para pembaca. Saat masih ada yang belum paham apa itu sekolah alam, atau malah mengejek (karena para murid “hanya” terlihat menggelindingkan ban bekas di pagi hari), maka daku tetap bersabar. Sebenarnya, kegiatan ini melatih motorik kasar dan anak-anak di sekolah alam (yang rata-rata kinestetik) butuh penyaluran energi sebelum belajar di kelas.





Sekolah alam menjadi sekolah yang cocok bagi anak istimewa karena lebih banyak praktek daripada teori. Di sana, murid diajari untuk dekat dengan alam, merawat tanaman dan hewan, dan grounding (berjalan tanpa alas kaki). Salah satu wali murid bercerita kepadaku kalau aktivitas grounding ini sama seperti yang anaknya dapatkan saat terapi di salah satu rumah tumbuh kembang.

Apakah anak istimewa butuh guru shadow di sekolah alam? Biasanya guru tersebut dibutuhkan agar anak punya tentor pribadi yang lebih fokus mengurusnya. Akan tetapi di SD Alam tempat Saladin sekolah, kelasnya relatif kecil (hanya 3-4 anak) sehingga anakku tidak memakai jasa guru shadow.

Bermanfaat untuk Orang Lain

Senang sekali ketika blog Catatan Bunda Saladin yang tampilannya cukup sederhana dan masih memakai free template bisa menarik para pembaca. Prinsipku, ilmu dan pengetahuan wajib disebarluaskan, agar makin banyak yang paham tentang parenting dan segala liku-likunya. Bahkan bagi netizen yang belum menikah, mereka jadi punya gambaran jika kelak berumah tangga dan memiliki anak sendiri.



Memiliki blog bukan sekadar mengejar monetasi dan traffic, akan tetapi memberi banyak manfaat bagi pembaca. Alhamdulillah jika ada yang jadi paham tentang parenting dan cara mengasuh anak istimewa berkat artikel-artikel di blog Catatan Bunda Saladin. Inilah best moment blogging yang sesungguhnya, tulisanku bisa bermanfaat untuk banyak orang.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar