Senin, 24 Maret 2025

Anakku Istimewa dan Daku Bangga Padanya

 Tiap ibu pasti bangga pada anaknya, begitu juga denganku. Kadang jadi flashback saat dia masih kecil. Saladin saat lahir terlihat normal, hanya saja tangisannya keras sekali. Begitu usia 1,5 bulan dia sudah bisa tengkurap. Umur setahun bisa berjalan, lalu belajar berlari. Benar-benar menyenangkan karena kemampuan motoriknya bagus.



Perkembangan fisik Saladin sangat cepat dan saat itu baru daku sadari kalau dia tipe anak kinestetik. Akan tetapi saat dia bisa berlari, rasanya kewalahan. Selain memanjat lemari, dia juga memanjat pagar rumah, naik pohon, lalu turun dengan cara meloncat. Bagaimana tidak deg-degan tiap hari jika punya anak yang sangat aktif sepertinya?

Mengapa Anakku Berbeda?

Akan tetapi kemampuan bergerak Saladin bagai berbanding terbalik dengan skill bicaranya. Dia baru bisa babbling di usia 2 tahun lebih. Sampai usia 3 tahun pun masih diam saja. Ooh, mengapa kau begini, sayang?

Kakek dan nenek Saladin juga ikut bingung, apalagi bocah itu merupakan cucu pertama. Akhirnya Saladin dibawa ke dokter spesialis THT, Alhamdulillah tidak ada masalah di telinganya. Kemudian Saladin dibawa ke psikolog anak dan ternyata dia didiagnosa super active!



Saat itu langsung shock tapi juga lega karena Saladin bukan autis (seperti dugaan sebelumnya). Kata psikolog, bedanya adalah anakku masih mau menatap mata lawan bicaranya. Kalau dia memanjat juga punya tujuan (misalnya memetik buah di pohon).

Proses Terapi yang Melelahkan

Walau sudah didiagnosa super active daku sebenarnya masih agak ragu, jangan-jangan ini penghalusan istilah dari ADHD? Jadi anakku adalah anak ABK (anak berkebutuhan khusus)? Oh tidaak!

Akhirnya Saladin melakukan terapi yakni terapi wicara dan perilaku. Ternyata terapinya juga menyenangkan, bermain sambil belajar (daku sempat ngintip dari kamera CCTV yang tersedia). Alhamdulillah setelah beberapa bulan Saladin bisa bicara dengan lancar.



Anehnya, ketika kuajak bicara dengan bahasa inggris, ngomongnya jauh lebih bagus. Ternyata selama ini Saladin bingung bahasa, akhirnya dia memilih untuk diam saja! Oalah nak! Maaf ya, dulu bundamu guru bahasa inggris jadi maunya mengajari sejak dini, dan jadinya mother language-nya adalah English.

Memang di rumah dulu pakai 3 bahasa, Indonesia, Inggris, dan Jawa. Jadi seharusnya orang tua dan semua yang bergaul dekat dengan anak konsisten hanya pakai 1 bahasa biar anak tidak mengalami bingung bahasa.

Jangan Selalu Melihat Kejelekan Anak

Setelah paham apa keistimewaan Saladin, maka daku berusaha untuk tidak selalu melihat kejelekannya. Memang dia lambat bicara, bahkan saat TK juga cenderung pendiam. Tapi bukan berarti ini memalukan. Memangnya kenapa kalau anak jarang ngomong?

Dear orang tua, jangan selalu melihat kejelekan anak karena dia pasti akan merasa, dan bisa rendah diri karenanya. Misalnya ketika anak masih susah ngomong, malah dibentak, jadinya malah gagap. Saat anak pendiam, makin disuruh ngomong malah makin mingkem.

Membandingkan Anak dengan yang Lain?

Daku juga berhenti membandingkan Saladin dengan anak lain. Dulu, kalau lagi capek kejar-kejaran dengannya, sementara sudah jam 10 malam, pernah daku bertanya begini: mengapa anakku tidak seperti anak lain yang anteng dan normal? Rasanya sedih, apalagi ketika jam tidurnya juga berantakan.



Akhirnya daku berhenti membandingkan karena merasa bersalah. Apa salah Saladin? seharusnya daku sebagai orang tuanya harus lebih sabar. Bukannya berharap dia bisa anteng seperti anak lain. tiap anak berbeda perangainya dan daku butuh waktu untuk memahaminya.

Yang kulakukan selain berhenti membandingkan Saladin dengan anak lain adalah mengatur pola makan dan minumnya. Meski tidak ada larangan dari dokter, tapi daku takut bocahku kena sugar rush. Jadi memang harus dikurangi kadar gula dalam asupan makanan dan minumannya, agar dia lebih tertib dan berkurang aktifnya.

Fase Penerimaan

Setelah stress selama bertahun-tahun maka daku masuk ke fase penerimaan. Bagaimanapun, sebagai bundanya, tidak bisa terus denial. Anak istimewa tetap anugerah dari Tuhan. Dia hadir untuk disayangi, bukan disesali.



Untuk apa daku terus menyangkal bahwa Saladin berbeda dari anak kebanyakan? Mengapa daku selalu marah saat dia tidak bisa diam? Padahal sebelum menikah pun sudah belajar tentang perkembangan anak, karena ada banyak buku psikologi di perpustakaan keluarga.

Penerimaan butuh waktu bertahun-tahun, juga keluasan hati yang banyak. Tak mungkin daku terus menyangkal bahwa anakku berbeda. Akan tetapi pasti ada tujuan mengapa dia diciptakan Tuhan seperti itu.

Bersyukur Karena Belajar Sabar

Setelah fase penerimaan maka ada satu hal yang kusyukuri: jadi belajar untuk lebih sabar. Dulu daku orang yang reaktif dan agak emosional. Akan tetapi ketika punya anak yang suka menggoda, memanjat, dan tingkahnya agak ajaib seperti Saladin, mau tak mau harus sabar.



Hati ini jadi lebih lapang dan menerima apapun kelakuan Saladin. Dengan catatan selama tidak melanggar peraturan atau membahayakan diri sendiri. Daku pun belajar untuk menurunkan suara dan lebih banyak memeluknya, dan kemarahan itu menguap begitu saja.

Menjadi Orang Tua yang Pengertian

Memiliki anak istimewa seperti Saladin, yang tiba-tiba sudah berlari mengelilingi rumah, atau iseng memanjat jendela, juga membentukku untuk jadi lebih pengertian. Dia sendiri juga belum paham mengapa tubuhnya ingin bergerak terus. Jadi yang bisa kulakukan adalah menyalurkan energinya.



Dengan penuh kasih-sayang dan pengertian, Saladin kuajak untuk jalan pagi, membersihkan rumah, belajar memasak, berkebun, dll. Alhamdulillah setelah diarahkan ternyata dia bisa melakukannya dengan cukup bagus. Energinya memang perlu disalurkan agar tidak marah-marah di rumah (kalau dulu ngamuknya ngeri, sampai mengigit lengan atau memukul kepalanya sendiri).

Bangga pada Bakat Bahasa

Alhamdulillah Saladin ternyata punya bakat bahasa. Dia belajar alphabet sejak usia 3 tahun. Bisa dibilang dia lebih bisa membaca baru bicara. Sekarang di usia 12 tahun, dia senang belajar huruf Rusia, Korea, China, dll.



Bahkan Saladin juga diam-diam belajar linguistik dari Youtube. Bagaimana tidak kaget kalau dulu daku belajar phonology di kampus, pada usia 20 tahun. Namun anakku mampu memahaminya di usia yang jauh lebih muda.

Tiap Anak Punya Keunggulan Masing-Masing

Jadi, jangan terlalu memusingkan jika ada kelakuan anak yang berbeda dari teman sebayanya, atau saat dia divonis anak istimewa. Yakinlah anak punya keunggulan masing-masing. Saat ada kekurangan pasti ada kelebihannya.



Pesanku, jangan terlalu melihat kekurangan anak lalu dia disalahkan terus-menerus. Kita yang digitukan pasti merasa tidak enak, bukan? Lebih baik fokus pada kelebihannya dan orang tua memang harus punya toleransi dan kesabaran yang luar biasa.

Jika ingin melihat kelebihan anak, coba dibawa ke psikolog atau konselor keluarga. Nanti akan disarankan untuk ikut tes minat bakat sehingga terlihat dia sebenarnya punya bakat di bidang apa. Ingat ya, ibu-ibu! Bakat itu ada banyak dan kecerdasan bukan hanya di bidang matematika, masih ada kecerdasan yang lain.

Kesimpulan 

Saat Saladin sudah 12 tahun maka daku tidak menyesal menjadi ibunya. Justru daku bersyukur karena selama lebih dari satu dekade bisa belajar banyak hal: kesabaran, toleransi, kasih-sayang, ilmu psikologi anak, dll. Saladin adalah anugerah yang terbungkus dalam label anak istimewa. 

21 komentar:

  1. Memang apapun yg terjadi dalam hidup, kita kudu legowo dulu ya Mba.

    Fase penerimaan dan ridho akan takdir Allah itu penting. Dan kita memang jangan bandingin anak dgn anaknya orang lain... Bikin overthinking!

    BalasHapus
  2. Alhamdulilah Mba jg yg peka untuk mencari tahu shg Saladin diberikan treatment yg tepat coba ke THT normal dan akhirnya ke Psikolog shg tau diganosa dan terapinya..krn ada ortu yg abai alih2 ditangani dg cepat malah dibiarkan shg delay develop kasian ke anaknya..Terima kasih Saladin keren sekali sdh memahami phonology secara otodidak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Malah lebih rajin dia kalau belajar bahasa, hehehee.

      Hapus
  3. Memang Allah ga pernah salah mengkaruniakan anak kepada ortu yg tepat 👍👍. Dengan kesabaran mba Avi, Saladin malah tumbuh semakin baik dan makin terlihat bakatnya. Ga kebayang kalo ortunya cuek atau ga peduli dan malah marah dengan segala kelakuan anak yg dia ga paham. Ngeri bayangin akibatnya. Bisa jadi anak semakin agresif, bukannya malah terkontrol dan improve.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Kak, sedih kalau lihat ada yg diabaikan, dianggap aib, dll.

      Hapus
  4. Setiap hal selalu memiliki tujuan. Begitu juga dengan Saladin hadir menjadi anak kak Avi pasti punya tujuan. Segala sesuatu kita perlu lebih meluas kesadarannya bahwa apa yang diberikan bahwa tanggung jawab diri untuk menjadikan baik pada semua pihak.

    Senang sekali membaca ini karena akhirnya kak Avi mengerti bahwa Saladin hadir menjadi putramu memiliki banyak kebaikan buat.

    BalasHapus
  5. Setujuuu banget mbak, setiap anak itu pasti datang dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sama seperti kita sebagai orangtuanya pun, tentu punya kekurangan dan kelebihan.

    Makanya aku gak mau pusingin apa kata orang, dan apa kata-kata mbok-mbok tiktok. Pokoke kalo secara fisik anakku sehat, dan dokter pun bilang sehat.. ya yowis, ndak ada masalah.

    Dan Alhamdulillah si, sejauh ini putri pun sehat wal afiat. Mirip-mirip kayak saladin aktifnya, kadang bisa bikin kedua orangtuanya senewen.

    BalasHapus
  6. Jangan kan anak-anak, orang dewasa pun kalau dibanding-bandingkan pasti gak mau dan gak terima. Sampai ada lagunya ya ojo dibandingke.

    BalasHapus
  7. Tidak banyak orang tua yang mau memahami kondisi yang dialami anaknya. Saladin beruntung punya ibu kaya Bunda Saladin dan sebaliknya. Ada anak yang sangat aktif tapi kalau pengetahuan orang tua kurang adakalanya malah dimarahi dan disalahkan terus-terusan. Padahal mungkin kitalah yang tidak belajar, tidak sabar dan tidak mengerti.

    Terkadang kitapun suka kecolongan, tanpa sadar membandingkan anak dengan anak orang lain, tapi saya yakin setiap ibu tidak bermaksud melakukannya, kalaupun melakukan itu ujung-ujungnya pasti rasa menyesal dan malah tambah sayang kepada si anak.

    Luar biasa sekali perjuangan setiap ibu untuk membesarkan anaknya dengan berbagai karakter dan cerita. Semoga cerita ini menginspirasi orang tua yang lain :)

    BalasHapus
  8. menjadi ibu dari seorang anak yang istimewa memang kudu sabar ya, dan aku pernah tahu ada juga orang tua yang membandingkan anaknya dengan anak lain.
    Padahal kemampuan anak-anak juga nggak sama
    kadang kalau orangtua terlalu sering membandingkan anaknya dengan anak orang lain, si anak jadi nggak percaya diri dan kemungkinan juga males ketemu sama orang

    BalasHapus
  9. Kalau saya sangat percaya, setiap anak tahapannya berbeda. Ada yang bisa jalan duluan, ada yang lancar bicara dulu, dan lainnya. Setiap anak mempunyai kemampuan berbeda-beda.
    Dan Saladin ini memang jago manjat-manjatnya ya, Mbak. Foto pertama sempat bikin saya bengong. lemarinya tinggi. Tapi Saladin memanjat ada tujuannya.
    Nah, soal Saladin lambat bicara, ternyata karena bingung dengan 3 bahasa yang digunakan. Jadi pelajaran yang bisa dipetik adalah saat proses anakk bicara, gunakan satu bahasa saja atau bahasa ibu.

    BalasHapus
  10. Wah gk nyangka kalau selama ini saladin super aktif karena postingan di instagram saladin kelihaant kalem seperti pendiam tapi aslinya super aktif ya, sekarang berarrti saladin sudah bisa 3 bahasa ya mbak?

    BalasHapus
  11. Mba Avi keren banget pola pikirnya, nggak banyak orangtua yang berpikir seperti mba Avi nih. Salut pake banget aku dengan cara mba menerima, konsultasi dengan psikolog, mengusahakan terapi buat Saladin dan tahu banget Saladin termasuk anak Kinestetik.

    Ternyata Saladin ini jago bahasa Inggris pula 🤩 Masya Allah sungguh keren pake banget. Sungguh anugerah Saladin di titipkan pada mba Avi, orangtua dengan segudang cinta dan selalu memberikan yang terbaik pada Saladin bahkan paham untuk tidak membandingkan dengan anak lain.

    BalasHapus
  12. Setiap manusia yang dilahirkan pasti memiliki 'modal' berupa bakat, kecenderungan, perilaku, dan sebagainya... Semua pasti ada tujuannya, Allah itu Maha Baik, alhamdulillah mbak dikasih pemahaman terhadap kondisi Saladin...

    BalasHapus
  13. Samaan kita anaknya cowo dan anak semata wayang juga. Alhamdulillah berasa anugerah dikasih kepercayaan seorang anak. Anakku juga kayanya tipe kinestetik, nggak bisa diem soalnya tapi kalau udah agak gede sih alhamdulilah dia bisa diarahkan dan diajak sounding juga.

    BalasHapus
  14. Barakallahu fiik, ka Avii..
    Baca tulisan ka Avi bikin aku menyadari banyak hal kalau sebagai orangtua, tentu kita juga gak sempurna bagi mereka.
    Jadi, sama-sama berproses.

    Sama-sama belajar untuk memahami kebutuhan dasar manusia untuk dihargai dan diapresiasi untuk hal sekecil apapun.
    Karena orangtua-lah tempat mereka belajar untuk memahami dunia yang lebih luas.

    BalasHapus
  15. adek aktif bangeeeet wkwk
    aku suka lihat anak kecil yang aktif gini
    tapi emang nemeninnya jadi capek ya hehe
    setujuuu tiap anak punya keistimewaannya sendiri dan itu wajar bangeeet
    semoga adek sehat selalu yaa

    BalasHapus
  16. Diagnosanya super active ya bun, bukan speech delay? Kupikir klo anak aktif banget bergerak, apalagi cowok, masih normal² aja. Krn anakku yg bontot pun aktif banget bergerak sejak di perut hehe sampe usia remaja skrg. Kecilnya gak terhitung luka dan benjol krn saking gak bisa diem. Bicaranya mmg gak bawel, tp sy gak melihat keterlambatan. Jd mmg anaknya bnyk gerak irit ngomong. Hsl tes kepribadiannya tipe kinestetik.

    Intinya orang tua tetap harus menerima dan selalu bangga terhadap anak, apapun kondisinya ya bun. Insyaallah Saladin jd anak soleh, cerdas dan sukses di masa depan nnt dengan arahan yg tepat dr ayah bundanya.. Aamiin

    BalasHapus
  17. Maa syaa Allaah ya Mbak dikaruniai anak yang istimewa seperti Saladin yang terlambat bicara tapi ternyata dia punya bakat bahas. Bahkan mother languange-nya bahasa Inggris. Keren.

    Oh ya kayaknya hampir semua anak terutama anak laki-laki seperti itu ya. Paling nggak bisa dia. Aktif sekali geraknya. Anak saya kayak gitu juga soalnya. Dia baru bisa tenang atau diam itu saat tidur.

    BalasHapus