Kamis, 02 Januari 2025

Cara Mengajari Anak Memasak Melalui Game

Sudah 2025 nih, punya resolusi apa? Salah satu resolusiku adalah mengajarkan Saladin, anak tunggalku, untuk lebih mandiri. Jadi dia sudah bisa cuci gelas (pakai yang plastik jadi aman), bisa bikin mie instan, dan dimintai tolong belanja ke warung.

Kalau anak sudah mandiri enak ya jadi dia tidak bingung saat ditinggal bundanya acara di luar. Kemandiriannya makin bertambah karena anak juga sudah bisa memasak.



Jadi, langkah pertama Saladin untuk belajar masak adalah dengan mengupas kentang dan apel (pakai peeler jadi aman). Kemudian dia bisa mematikan kompor, lalu diajari sang ayah untuk menyalakan kompor. Baru deh belajar bikin mie instan dan telur dadar. Next, daku mau ajarin dia menanak nasi sendiri.

Manfaat Belajar Memasak bagi Anak

Ada banyak nih manfaat belajar memasak bagi anak-anak. Pertama mereka belajar mandiri dan kemandirian ini penting lho. Siapa tahu nanti mereka kuliah di luar kota atau di luar negeri, jadi bisa masak sendiri, minimal menanak nasi dan bikin ceplok.



Kedua, anak jadi belajar sabar karena memasak kan butuh proses. Mereka paham kalau mau makan ayam goreng, harus memotong ayam, mencuci, membumbui, mengungkep, baru menggorengnya. Anak-anak juga menghargai masakan sang bunda karena paham bahwa memasak itu bikin capek.

Anak Laki-Laki juga Belajar Masak

Bagaimana jika anaknya laki-laki seperti Saladin? Ya tidak apa-apa, toh memasak adalah basic skill, yang harus diajarkan ke anak perempuan maupun laki-laki. BTW chef di hotel dan restoran juga kebanyakan laki-laki, kan? Jadi anak laki-laki juga wajib banget bisa memasak.

Belajar Masak Via Game



Cara mudah untuk mengajari anak sampai bisa lihai memasak adalah dengan main game bareng. Kok bisa? Iyaa karena ada banyak game seru di web Culinary Schools. Kita bisa main game bareng anak sekaligus mengajari untuk belajar masak, jadi simulasi gituu. Kalau mau coba, klik aja di webnya, tidak usah install aplikasi jadi langsung mainkan aja.

Rekomendasi Game di Web Culinaryschools.org

Berikut ini beberapa rekomendasi game di web Culinary Schools yang bisa teman-teman coba dan mainkan bareng anak. Skill memasak pun makin berkembang.

Pizza Baker

Siapa yang suka makan pizza? Saladin suka banget makan pizza dan daku dulu juga pernah jualan juga. Nah, di game pizza baker, Saladin bisa tahu bagaimana cara membuat pizza.



Game ini mudah banget memainkannya, tinggal pilih mau topping pizza misalnya sosis, keju, atau yang lain? Baru ditata di atas dough pizza lalu dipanggang deh. Pizza Baker cocok dimainkan untuk anak berusia 6 tahun ke atas.

Play The Boiled Eggs

Anak juga bisa diajari cara membuat telur rebus dengan memainkan game Play The Boiled Eggs. Mereka jadi tahu bahwa untuk merebus telur butuh panci yang diisi dengan air.



Di game Play The Boiled Eggs, anak belajar memasak telur rebus dengan seksama. Mereka juga dapat tantangan untuk merebus tidak hanya satu kompor. Namun juga dua bahkan enam kompor yang berbeda.

Can I Eat It?

Suka gemas gak sih kalau balita suka ngemut benda-benda di rumah? Nah, melalui game Can I Eat It? Anak jadi belajar kalau tidak boleh memasukkan benda selain makanan kalau pas lagi makan.



Gamenya gampang dan bisa untuk anak usia 5 tahun ke atas. Jadi, anak akan belajar mana yang bisa dimakan dan mana yang enggak.

Hidden Food



Permainan yang satu ini banyak manfaatnya nih, terutama untuk mengasah ketelitian bocah. Jadi, mereka tidak hanya dikenalkan ke peralatan dapur. Namun juga diajak untuk mencari, di mana alat itu berada? Misalnya parutan keju, dan lain-lain.

Sweety Cooking Chocolate Cake



Anak-anak pasti suka makan kue cokelat, bukan? Nah, di game Sweety Cooking Chocolate Cake, anak diajak untuk belajar membuat chocolate cake. Mereka jadi tahu bagaimana proses baking dan sangat menyenangkan.

Kalau hari libur atau akhir minggu, yuk main game bareng anak di Culinaryschools.org  Ada banyak game seru yang bisa dimainkan. Anak-anak juga sekaligus bisa belajar masak melalui permainan simulasi di gadget. 

Rabu, 01 Januari 2025

Mengapa Anak Susah Mandiri?

 Anak mami!

Istilah anak mami sudah ada sejak duluuu kala ya. Ketika ada anak yang selalu bergantung ke orang tuanya. Mau milih baju bingung warna apa? Model yang mana? Bahkan saat sudah aqil balig dan mau kuliah juga masih bingung bagusnya belajar di kampus mana?



Amat sedih mah kalau ada anak yang tidak mandiri seperti ini. Apalagi kalau anaknya laki-laki, beuuuh! Laki-laki kan calon pemimpin rumah tangga. Bagaimana bisa jadi suami (dan ayah) yang baik kalau masih anak mami dan tidak mandiri sama sekali? Bahayaa, bahayaaaa!

Gen Z yang Manja?

Anak muda zaman sekarang alias gen Z juga diklaim sebagai generasi strawberry yang manja dan rapuh banget. Disuruh dikit, mutung, lalu mengadu ke orang tuanya. Padahal dia sudah berusia 17 tahun ke atas!

Tergantung Didikannya Juga



Memang gen Z sering dibilang manja tapi enggak selalu sih ya, tergantung cara didiknya di rumah. Ada sebagian anak muda yang berusaha untuk mandiri dengan kuliah sambil berdagang atau jadi freelancer. Ada juga yang kuliah sambil jadi driver ojek online. Mereka tidak malu karena memang sudah diajari untuk bekerja keras, walau berasal dari keluarga menengah.

Penyebab Anak jadi Terlalu Manja

Lalu apa saja penyebab anak jadi terlalu manja sehingga dicap generasi strawberry? Pertama tentu karena cara didik yang salah. Apa-apa dilayani oleh pembantu, sampai baju dalam juga dicucikan, padahal mereka sudah berusia di atas 15 tahun.



Kedua, anak jadi manja karena terlalu diberi kebebasan dan uang oleh orang tuanya. Mereka diberi hak tapi tidak diajari cara untuk bertanggung jawab. Akibatnya jadi sering pulang malam, menyalahgunakan uang saku, atau jadi boros dan shopaholic akut.

Cara Mendidik agar Anak Cepat Mandiri

Lantas bagaimana cara agar anak tidak manja tapi jadi calon pemuda / pemudi yang tangguh dan mandiri? Berikut iniiii caranya:

Beri Kepercayaan

                                   Saladin memberi makan kambing 

Salah satu penyebab anak jadi manja dan tidak mandiri adalah sejak kecil mereka tidak diberi kepercayaan. Misalnya saat mau belajar menuangkan air dari teko ke gelas, lalu tidak sengaja tumpah. Ortu jadi ngomel panjang-lebar lalu selalu menuangkan air atau membantu anak, serta tidak mempercayai mereka untuk belajar mandiri.

Read: Mengajari Anak Laki-Laki Memasak

Contoh lain adalah ketika menentukan sebuah pilihan. Ortu selalu memilihkan benda sampai sedetail mungkin. Kalau anak sudah memilih baju warna merah tapi malah dicerca dan disuruh pakai warna lain. Padahal ketika ortu tidak percaya akan pilihan anak dan terlalu otoriter, akan berakibat buruk ke psikis mereka.

Biasakan Mengerjakan Sendiri Meski ada PRT

                                                 Saladin belajar ngepel

Bagaimana jika di rumah ada PRT (pembantu rumah tangga)? Ya anak juga diajari untuk bertanggung jawab, apalagi kalau sudah remaja. Minimal dia merapikan dan mengepel kamarnya sendiri, cuci pakaian dalam sendiri, juga mencuci piring dan gelas. Jangan mentang-mentang ada PRT jadi seenaknya nyuruh ini dan itu.

Ajari dengan Sabar

Memang yaa inti dari parenting adalah sabaaaaar. Jangan dikit-dikit memarahi bahkan mencubit anak. Semua kudu diajari dengan sabar. Saat anak belajar menyapu, jangan dikomentari, “lambat!” Nanti dia malah mutung lalu malas-malasan buat bebersih rumah.

Read: Jangan Pukul Anakmu

Jadii anak memang harus dilatih dan dididik dengan sehingga mereka bisa mandiri. Jangan malah diomeli kalau cuci piringnya tidak bersih. Kudu super sabar yaa dan memberi contoh yang baik, agar mereka tidak manja keterlaluan.