Kamis, 19 Desember 2024

Mengapa Mereka Lebih Suka Anak Anteng?

 Saladin nakal!

Sungguh sakit hatiku ketika Saladin dicap nakal. Padahal yang dilakukannya hanya memanjat pohon mangga lalu turun dengan cara meloncat. Apanya yang nakal? Dia tidak misuh, tidak mencubit, tapi dicap jelek gara-gara tidak bisa anteng.



Sedihnya ketika ada pihak yang terang-terangan suka anak pendiam (baik pergerakan maupun bicara) daripada anak yang cerewet dan aktif. Sampai gemas sendiri yaa. Bahkan dulu ada yang bikin meme, tulisannya kurang lebih begini: kalau ada bayi/anak yang diam saja maka periksa bagian bawahnya, jangan-jangan boneka.

Saat banyak yang suka anak anteng, diam, pasif, maka daku berpikir. Mengapa ada orang yang lebih suka anak pendiam daripada yang aktif? Heran banget, padahal sudah jelang 2025 tapi pemikirannya masih di era sebelum tahun 2000, di mana anak pendiam menjadi idola.

Anteng  dan Penurut = Pintar?

Suatu ketika ada sohibku yang cerita. Kerabatnya memuji-muji seorang anak karena dia anteng dan penurut. Memuji tidak masalah tapi yang bikin keki adalah dia jadi membandingkan anak anteng dengan anaknya sohibku yang susah diam.



Apa pula sebutan anak anteng sama dengan pintar? Kita sudah ada di dunia digital yang maju, tapi pemikiran masih feodal. Atau jangan-jangan anggapan seperti ini sudah ada di masa sebelum tahun 1945?

Tidak Lelah saat Mengasuh

Bisa jadi orang yang lebih suka anak anteng karena dia tidak kelelahan saat mengasuh. Iyaa, kalau anaknya pendiam tinggal disuapin, dimandikan, manut.



Beda ketka anaknya aktif banget. Mau mandi saja lari-lari. Habis mandi kejar-kejaran lagi, takut dia lewat jalan becek. Pinggang encok, bo!

Anak Aktif yang Dibully

Jika pengasuh punya anak anteng maka dia akan memandang sinis anak yang super aktif seperti Saladin. Bocil yang masih di bawah umur sudah kena bully verbal. Bahkan Saladin pernah disangka bisu, sedih euy!

Anteng-Antengan di Kelas

Gara-gara bikin tulisan ini, daku tuh jadi ingat duluu waktu SD (tahun 90an) ada yang namanya anteng-antengan. Jadi para murid yang paling diam (gerakannya) boleh pulang duluan.



Aneh sekali jika tahun 2025 dan selanjutnya hal seperti ini masih dilanjutkan. Haloo, para murid adalah manusia yang punya berbagai karakter. Mereka bukan robot yang bisa diatur dengan saklek.

Menjadi Anak yang Aktif, Kreatif, dan Inisiatif

Apa yang terjadi jika anak dipaksa anteng dan pendiam? Maka mereka akan bisa dengan mudah disetir oleh orang lain. Anak yang bersuara sedikit saja akan dimarahi habis-habisan, padahal mereka sedang belajar untuk berpikir kritis.



Mari kita normalisasi punya anak aktif. Sepulang sekolah tidak mager tapi suka bantu bundanya siram tanaman, atau merintis bisnis bersama sang kakak. Atau, dia ikut ekstra kulikuler dan berbagai kegiatan yang sesuai dengan minatnya.

Anak wajib distimulasi agar terus kreatif dan memanfaatkan barang-barang di sekitarnya. Anak juga harus jadi inisiatif. Jangan terlalu mengatur dan melarang-larang, atau membuat mereka ketergantungan pada bantuan PRT. Akibatnya mereka jadi kehilangan inisiatif, mengsedih….

Jadiii jangan takut kalau punya anak yang aktif. Sudah bukan zamannya lagi menganggap anak yang super anteng dan pendiam adalah anak teladan. Seharusnya anak didorong untuk terus aktif, kreatif, inovatif, dan punya inisiatif, agar dia bisa sukses di masa depan.

9 komentar:

  1. Wah kayak anak saya yang pertama, waktu kecil super aktif. Maunya keluar rumah terus. Udah gitu manjat duduk di atas kulkas. Pernah juga ngebully bocah yang lebih kecil. Pernah juga ngumpetin sandal temannya di rumah. Pokoknya udah dicap super aktif sama tetangga, wkwkwk.... Tapi ya mau gimana lagi ya, lah wong adanya seperti itu. Masa anak disuruh diem baee, kan bukan patung ya. Justru kalo anak diem bae, orang tuanya mesti waspada. Eh tapi sekarang udah kelas 3 SMP, malah jadi pendiam loh. Kebalik ya hahahaha

    BalasHapus
  2. Anak saya 4, beda usianya rata-rata 3 tahun dan semuanya aktif. kebayang kan ada 4 anak dari range usia 3-12 tahun di satu rumah dan semuanya aktif, auto rame banget. Dan alhamdulillah disyukurin aja sih, karena memang usia mereka sedang masa aktif-aktifnya, walaupun kadang kita sebagai orang tua kelelahan, tapi bertahan dengan enjoy dong, ya

    BalasHapus
  3. Memang tidak mudah mengurus anak aktif. Kalau aku tuh lebih sering ngomong kalau aktif malah pintar, walau kadang orang melihatnya badung hihi.

    Karena kalau diam kurang terlihat bagaimana berpikirnya.

    Mungkin kalau keinginannya seh ya, aktif tapi nurut ha ha ha.

    BalasHapus
  4. Padahal pada dasarnya setiap anak berbeda-beda ya. Ada aktif, ada yang anteng, ada yang kalem. hanya sayangnya, ada orang yang menyamaratakan kalau anak harus begini, dan jangan begitu. Padahl kelau memahami karakter tiap anak, pasti jadi mengerti. Oh, kalau anak aktif, memang lebih banyak bergerak atau aktivitas dan bukan berarti nakal.

    BalasHapus
  5. Aku punya ponakan. Anaknya aktif banget. Ibunya sampai kewalahan kalau pas jagain. Aku merasanya ya wes. Ponakanku aktif. Baguslah.

    Tapi, namanya orang desa ya. Dibilangnya ponakanku nakal. Duh, gemas rasanya sama yang bilangin itu,

    BalasHapus
  6. Anak itu memiliki keunikan sendiri² termasuk juga tipe kecerdasan dan tipe belajarnya beda². Anak gak mau diam bukan nakal tapi memang kecerdasan kinestetiknya dominan. Kasian kalau lantas di cap anak aktif itu nakal dan anak anteng itu pinter. Aduuh menyesatkan sekali.😔😔

    BalasHapus
  7. justru anak yang aktif itu cerdas menurutku dan salah satu tanda anak yang sehat adalah anak yang aktif

    BalasHapus
  8. Puk puk puk, ngerti banget rasanya sebab sulung saya juga dulu hiperaktif, sampai sekarang pun masih nggak bisa diem ... Tapi gimana ya, emesh emesh ngeselin emang (〃∀〃)ゞ

    BalasHapus
  9. Dua anak saya laki-laki semua, gak ada yang bisa diam kecuali saat tidur. Saya hanya bisa mewanti-wanti agar kalau di luaran "aktif"-nya yang sewajarnya saja, jangan sampai mengganggu teman atau orang lain.

    BalasHapus