Sabtu, 30 November 2024

Parenting ala NH Dini yang Bisa Kita Tiru

 Siapa suka baca buku (alm) NH Dini? Karya-karya beliau ada banyaak banget mulai dari Pada Sebuah Kapal, Namaku Hiroko, sampai Gunung Ungaran.  Beliau sangat produktif menulis bahkan sampai usia senja.



Akan tetapi kali ini daku tidak membuat ulasan buku, melainkan membahas parenting ala Bu Dini. Meski beliau menulis karya sastra tapi ada ajaran yang bisa dipetik dan diterapkan dalam mengasuh anak.  Bu Dini punya 2 anak (yang sekarang sudah dewasa) yakni Marie-Claire Lintang Simonetti dan Pierre Louise Padang Coffin.

Mendidik dengan Terbuka

Di salah satu bukunya, mendiang Bu Dini bercerita bahwa beliau mendidik dengan terbuka. Penyebabnya karena dulu beliau diajari untuk tetap diam (parenting feodal banget yaa). Akibatnya hal ini menyebabkan terjadinya pemberontakan pada masa dewasa.



Anak-anak bisa kok diajari dengan terbuka. Mereka diberi tahu, misalnya saat orang tuanya sedang mengalami krisis keuangan, jadi uang sakunya dikurangi. Tentu disesuaikan dengan bahasa anak-anak dan tidak disampaikan dengan cara menakut-nakuti.

Jika anak sudah diajari seperti ini maka mereka juga akan terbuka ke ayah dan bundanya. Misalnya ketika anak dipukul temannya, akan cerita. Bukannya ngumpet sambil nangis.

Read: Sayang, Mengapa Kamu Menangis?

Merengkuh dengan Kasih Sayang

Ssuatu sore ketika Padang masih kecil, dia takut untuk masuk rumah, karena celananya sobek. Bu Dini kala itu bilang tidak apa-apa. Yang penting bilang dengan jujur.



Namanya anak-anak yaa, kadang takut dimarahi. Tapi kita tuh wajib ingat bahwa kesalahan mereka (jika tidak fatal) wajib dimaafkan. Karena kasih-sayang adalah segalanya.

Menerangkan dengan Sabar

Sekitar tahun 70-an, Bu Dini dan keluarga mudik ke Indonesia. Kala itu Padang yang masih balita terkesima melihat ikan hidup. Bu Dini menerangkan dengan sangat sabar bahwa itu ikan yang biasanya di-fillet lalu digoreng dan dihidangkan di meja makan.

Daku sudah bilang berkali-kali di sini bahwa kunci parenting adalah SABAR. Jadi emang gak boleh emosian ke anak dan wajib mengajari dengan sepenuh hati.

Memotivasi agar Anak Terus Maju

Di salah satu bukunya, Bu Dini pernah bercerita kalau Lintang gagal dalam ujian di sebuah akademi. Putri sulungnya kecewa karena baru kali ini mendapatkan kegagalan. Akhirnya Bu Dini (yang sudah memisahkan diri dari ayahnya Lintang) menawarkan liburan di Prancis, sebagai pelipur lara.



Ketika berlibur, Lintang menangis tersedu—sedu. Bu Dini memotivasi dan berkata bahwa saingan untuk masuk akademi sangat banyak dan mereka lebih berpengalaman, juga lebih tua. Penyebabnya karena Lintang pernah masuk kelas akselerasi. Setelah liburan dan bertemu teman-temannya, Lintang kembali ceria.

Membebaskan Pilihan Karir Anak



Lintang bekerja sebagai pengajar dan yogi sedangkan Padang menjadi animator. Bu Dini tidak saklek dan mengatur bahwa anak-anaknya harus menjadi penulis seperti beliau, atau menempuh karir tertentu. Kala itu, sangat jarang orang tua yang membebaskan anak untuk bekerja di bidang apa, tapi Bu Dini memang lain dan sangat revolusioner.

Read: Review Buku Gunung Ungaran, Karya Terakhir NH Dini

Tetap Berkomunikasi Meski Jauh

Ketika Bu Dini pulang ke Indonesia, otomatis berpisah dengan anak-anaknya. Meski tinggal di beda benua (Lintang di Kanada dan Padang di Prancis) tapi mereka tetap berkomunikasi. Jika dulu hanya bisa lewat surat dan telepon, maka setelah tahun 2000-an komunikasinya via email.

Mendiang Bu Dini secara tidak langsung mengajar para pembaca untuk jadi ibu yang baik, yang sabar, dan penuh kasih-sayang. Tinggal kitanya bertanya ke diri sendiri, “Mampukah aku untuk sabar dalam mengajari anak?” Ayooooo semangat dalam membersamai anak-anak hingga dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar