Alhamdulillah, tanggal 8 November 20024 Saladin resmi berusia 12 tahun. Tidak terasa! Kayaknya baru saja daku lahiran di sebuah RSIA di Kota Malang, lalu menyusui dan mengasuhnya. Eeh ni bocah sudah segede ini. Tahun depan SMP!
Hari-Hari
Saladin yang Menyenangkan
Saladin jarang
bercerita tentang kegiatannya di sekolah (karena dia introvert jadi kudu
ditanya dulu). Namun Alhamdulillah komunikasi dengan bunda guru dan bunda
kepala sekolah sangat lancarr. Mereka sering WA dan cerita kalau Saladin di
sekolah sudah jarang tantrum, mulai tertib, mau ikut piket kelas, dll.
Read: Memahami Anak Introvert
Di rumah, Saladin pun
tak kalah happy. Sepulang sekolah
langsung tertib ganti baju, makan siang (sekolahnya Cuma setengah hari), lalu
istirahat. Boleh main game atau nonton sejenak, lalu belajar mandiri.
Iya sih, di sekolah
jarang ada PR. Akan tetapi Saladin antusias belajar. Kalau dulu waktu balita
sampai sekarang juga sih) dia suka belajar aksara Rusia, Korea, dll. Sekarang
dia lagi demen belajar coding, belajar
mekanika, electron, bahkan menghafal tabel unsur kimia. Semua dilakukan dengan happy tanpa disuruh olehku.
Read: Ultah Saladin yang kesebelas
Kok bisa? Iyaa karena
Saladin sudah kuajak untuk suka belajar dan mencintai ilmu pengetahuan, sejak
dia masih dalam kandungan. Apalagi dulu kan daku sempat bed rest selama trimester pertama. Jadi baca buku ajaa, daripada
bosan di kamar terus, sampai sehari bisa baca 200-300 lembar buku.
Anak
yang Responsif dan Cepat Tanggap
Yang kusyukuri selama
jadi bundanya adalah, Saladin tumbuh jadi anak yang cepat tanggap. Dia mau
bantu mengambilkan baju kering di jemuran. Tanpa disuruh, dia juga mau menyapu lantai.
Ini salah satu
keuntungan menyekolahkan anak di tempat yang tepat. Di SD Alam, Saladin diajari
untuk menjaga kebersihan dan cepat tanggap. Namun sebelum dia masuk SD juga
sudah kuajari untuk bertanggungjawab, dan tidak mengamuk saat dia tidak sengaja
melakukan kesalahan.
Misalnya saat Saladin masih
balita, dia tak sengaja menumpahkan air dari teko. Ternyata dia berusaha
mengambil minum sendiri, tapi karena tekonya berat, dia tidak kuat, lalu airnya
tumpah. Beneran deh! Jadi orang tua kudu sabarrrr, karena kalau ngamukan dan
suka melarang-larang, anak jadi mutung dan akibatnya kehilangan inisiatif.
Pola
Pengasuhan Saladin
Lantas bagaimana pola
asuh Saladin selama ini? Apalagi dia anak tunggal? Hei, walau anak tunggal
belum tentu dimanja, tapi dididik seperti ini:
1.
Penuh Kasih Sayang
Daku meniru papaku
(mbah okonya Saladin) yang menyebut anak-anaknya dengan sebutan ‘sayang’. Bukan
hanya disebut, tapi anak juga beneran disayang. Misalnya dibangunkan dengan
cara lembut (bukan diteriakin atau disiram air), dielus-elus, dll.
Efeknya? Saladin tumbuh
jadi anak yang penyayang dan suka memeluk bundanya. Suka kasih kejutan juga,
misalnya tiba-tiba ngasih sekotak siomay, mencium pipi bunda, dll.
Read: Cara Membangunkan Anak
2.
Tidak Memaksa
Daku juga enggak suka
memaksa anak. Misalnya saat dia belum mau potong rambut, ya sudahlah. Untung di
sekolah juga boleh gondrong. Tapii kalau poninya sudah panjang, baru kubujuk
untuk potong poni, karena takut menutupi mata. Kalau dibujuk dia mau, tapi
dipaksa ya emoh.
3.
Memberi Contoh
4.
Tetap Tegas
Akan tetapi,
kasih-sayang bukan berarti pemanjaan yang berlebihan. Saladin tetap dididik dengan
tegas, apalagi dia anak laki-laki. Dia tetap wajib bantu beres-beres di rumah,
belajar masak (minimal bisa bikin teh dan mie instan sendiri), dll. Ketika
salah juga tetap ditegur dan dihukum (ini bagian bapake).
Di ulang tahunnya yang
ke-12, kuharap Saladin tumbuh jadi anak yang cerdas, mencintai ilmu
pengetahuan, tertib, dan penuh kasih-sayang. Kami masih sering berkhayal.
Misalnya bisa travelling berdua sampai ke luar negeri. Semoga Saladin makin
sehat dan sayang bundanya.