Selasa, 24 September 2024

Hubungan Ibu dan Anak Perempuan yang Complicated

 Teman-teman ngikutin kasus artis NM dan anaknya L? Well, daku tidak ingin membahas tentang mereka. Namun terpantik untuk membuat tulisan mengenai hubungan antara ibu dan anak perempuannya. Karena daku anak perempuan sulung dan posisinya sama dengan si L.



Memangnya kenapa dengan anak perempuan sulung? FYI, anak perempuan  dan laki-laki sulung itu beda jauuh. Apalagi di Indonesia, di mana anak perempuan pertama setengah dituntut untuk menjadi ‘ibu kedua’ alias diserahi tugas untuk membantu mengasuh adik-adiknya, mengurus rumah, dll. Adikku ada 3 dan cowok semua, bisa bayangkan gimana ramenya di rumah?



Karena anak  perempuan sulung  diserahi tugas yang cukup berat maka biasanya dia juga diarahkan untuk jadi alpha woman. Jadinya apa? Dia cenderung saklek dan stubborn (tidak semua orang sih tapi di sini rata-rata begitu). Mirip dengan Kak Ros-nya Upin-Ipin

Hubungan Antara Ibu dan Anak yang Kadang Kurang Harmonis

Ketika anak perempuan sulung sudah di-set untuk menjadi kuat maka ada konsekuensinya. Dia bisa berkonflik dengan orang tua, terutama ibu. Ibu bilang A maka dia merasa sebaliknya.

                                    Pexels

Kok bisa ada konflik? Karena baik ibu dan anak tidak mau mengalah. Anak merasa sudah diserahi tugas di rumah dan dia ingin semua berjalan sesuai dengan kemauannya. Namun ibu juga merasa kalau tidak seharusnya anak ikut campur urusan rumah. Betapa pusingnya….

Ketika Ada Pertengkaran

Akhirnya terjadi pertengkaran karena perbedaan pendapat. Saat anak perempuan sulung sudah jadi alpha woman  maka dia ingin punya jalan sendiri. Sementara ibu menuntut anak untuk menuruti kehendaknya, karena merasa bahwa itu yang terbaik.

                              Pexels

Anak jadi bingung, dia sudah diajari jadi wanita kuat dan tegar. Namun saat memberi argument, malah dipatahkan. Ibu juga jadi bingung karena anaknya kok enggak mau nurut? Kalau sudah begini siapa yang salah?

Baca: Tips agar Anak Mau Nurut

Komunikasi dan Bahasa Kasih yang Berbeda

Salah satu penyebab pertengkaran adalah kurangnya komunikasi. Bisa jadi ibu yang kurang perhatian, atau hanya memanggil anak saat disuruh. Misalnya disuruh bantu angkat jemuran, masak nasi, dll. Akibatnya anak jadi capek dan merasa tidak diperhatikan dan tidak didengar, karena memang sang ibu tidak mau atau tidak sempat mendengarkan keluh-kesahnya.

Bahasa kasih yang berbeda juga bisa jadi pemicu pertengkaran. Misalnya untuk ibu yang act of service, merasa sudah melayani keluarga tapi tidak disayang oleh anak. Sementara anak bahasa kasihnya words of affirmation jadi lebih butuh pujian. Oleh karena itu memang butuh untuk memahami bahasa kasih masing-masing.

Menjauh untuk Sementara

Kalau ada pertengkaran maka harus ada yang menengahi, misalnya ayah. Bisa juga menjauh untuk sementara, untuk memberikan waktu berpikir. Benarkah ibuku galak? Benarkah anakku tidak mau menurut?

                               Pexels

Setelah cooling down pasti ada solusi. Anak meminta maaf dan ibu juga berbesar hati. Ego diruntuhkan dan hubungan antara ibu-anak jadi lebih harmonis.

Kesimpulannya, hubungan antara ibu dan anak perempuan bisa complicated tapi juga bisa harmonis. Perlu waktu, ketelatenan, dan kesabaran agar bisa akur. Anak akan memahamii mengapa ibunya begitu? Sementara ibu juga bisa merangkul anaknya agar dia  merasa disayang.

10 komentar:

  1. mama dan saya bisa dibilang ada aja selisih pahamnya. Kadang saya suka gak sabaran sama beliau, karena memang kami adalah dua pribadi yg berbeda sih. Mama rapi saya berantakan, itu gampangnya... hahahah. Tapi kami juga sadar, kami hanya punya satu sama lain, jadi kalau pun ada selisih paham, diusahakan untuk segera diselesaikan biar gak berlarut2

    BalasHapus
  2. Aku adalah anak perempuan pertama. Benar sih. Ada kalanya, aku merasa bahwa orang tua hanya datang saat mereka membutuhkan. Sedangkan, saat aku merasa butuh tempat untuk mengadu, mereka tidak ada. Jadi, ada rasa marah. Cuma gimana? Orang tua sendiri. Paling ya itu. Menjauh sejenak. Nanti juga sembuh dan harmonis lagi

    BalasHapus
  3. Ini adalah perkara sensitif tapi harus dilalui dengan baik dan benar. Harus ada dialog dari hati ke hati dengan kepala dingin supaya bisa berkomunikasi dengan baik dan benar. Kalau perlu pakai mediator supaya adem

    BalasHapus
  4. bener juga kata mba Avi, hubungan ibu dan anak perempuan bisa complicated tapi bisa juga harmonis. Meskipun kadang ga semua anak perempuan sulung dan ibunya seperti itu, malah ada yang penurut poll.
    Kalau balik lagi ke pola asuh, kayaknya tergantung dari anaknya juga, kadang ada keluarga yang pengasuhannya kayak militer, tapi anaknya adem-adem ae, anteng, nurut. Mungkin pas dia dewasa jadi pembelajaran.

    BalasHapus
  5. Aku gak punya anak perempuan, jadi gak ngerasain deh complicatednya. Sementara punya 2 anak laki yg beda sifat pun udah complicated. Tapi sebagai anak perempuan rasanya bisa ngebayangin sih. Aku lbh dekat dengan kakak ² yg "ditugasi" menjaga aku sbg adiknya, dibanding dengan ibu yang dulu punya kesibukan sendiri krn menjadi PNS

    BalasHapus
  6. Sebenernya aku ngerasain banget ini. Dimulai dari hubungan ku Ama ortu ya ga bagus2 banget, Krn mereka cendrung sistem militer mendidik kami dulu. Bikin aku JD pemberontak. Kalo temen2 lain justru seneng pas libur sekolah, aku malah ga. Krn artinya hrs pulang ke rumah.

    Untungnya sih skr hubungan kami membaik, sejak aku kerja di JKT. Tp JD ada jarak. Kami lebih saling sayang di saat jauh. Kalo Deket tetep berantem.

    Ini ngaruh ke hubungan ku Ama fylly. Udahlah di awal aku ga mau punya anak, dpt anak pertama cewe pula. Terjadi lagi hal serupa, tp posisinya dibalik 😅. Tapi beda Ama papa mama, aku ga mau main pukul. Kami cuma ribut mulut. Kalo ortu dulu main tangan soalnya.

    Masih berusaha banget utk bisa akur dengan anak2 mba. Susah, dilain pihak aku nyaris nyerah, Krn tiap marah aku tahu itu ga bagus buat kesehatan mentalku.

    Tapi di saat kami lagi rukun, nyenengin banget momen2nya.. itu aja yg kdg bikin aku ga mau nyerah utk bisa Deket Ama mereka

    BalasHapus
  7. kuncinya adalah komunikasi dan mau mengalahkan ego antara si ibu dengan anak, sama-sama mau saling mendengarkan dan mau menurunkan egonya, apalagi kadang orang tua selalu merasa benar dan merasa paling tua, sementara kita sudah merasa jadi anak dewasa juga, bisa jadi bumerang dan memicu pertengkaran, tapi untungnya saya dengan ibu hanya sebatas beda pendapat dan palingan diem-dieman ga nyampe sejam, udah baikan lagi, pelukan dan akunya sering merasa bersalah, dari kecil kami memang ga pernah bertengkar dengan orangtua atau pun dengan saudara

    BalasHapus
  8. Tos dulu mba Avi, aku si anak sulung yang punya dua adik laki-laki. Wow rasanya memang lumaayan berat dituntut banyak hal. Kayak sejak dini biasa di bawah tekanan hehehehe. Makanya memang iya agak rawan berkonflik. Aku tipe yang lebih memendam aja misal masih ketahan, kalau enggak aku menghindar dulu buat ademin hati dan pikiran.

    Jujurly, kalau tinggal deket sama ortu itu akan lebih banyak potensi gesekan dan ketidak sepemahaman, namun kalau jauh pun bikin rindu. Semoga saja dari masa lalu, bisa ambil banyak pembelajaran dan menjadikan kita seorang orangtua yang lebih bijaksana terhadap anak-anak, agar anak pun percaya serta nyaman sama ortunya🥰

    BalasHapus
  9. Can't agreed anymore.
    Aku ga ngerasain jadi anak perempuan pertama, tapi aku punya anak perempuan pertama.

    Aku kalo mo ngobrol ama dia, gabisa tuh aku ajakin menye-menye. Kudu obrolan yang berdasarkan fakta. Jadinya, kalo orang liat malah aku sama anakku yang pertama, lebih dewasa dia.
    ((karena aku anak perempuan terakhir dan kaka-kakaku semua laki))

    Ini ngaruh banget, dari mulai sudut pandang saat ada masalah sampai ke pengambilan keputusan. Makanya, dia tuh paling cocok ama Abu-nya. Suami anak pertama dan kalo kasih solusi, suka kenaakk banget ke dia.

    Beneran sepengaruh itu yaa.. anak keberapa dan treatment orangtua terhadapnya.

    BalasHapus