Enggak mau!
Kebayang bagaimana pusingnya ketika anak disuruh cepat-cepat mandi lalu bersiap untuk ikut ke suatu acara. Bunda sudah cantik dan dandan rapi eh anaknya malah mager. Tapi kalau disuruh jaga rumah bareng si bibik malah menolak.
Punya anak macam ni memang sesuatu banget. Kalau disuruh malah marah. Ditertibkan malah bilangnya, “Bunda jahat!” Lha iki piye?
Menertibkan anak memang butuh strategi khusus agar dia mau nurut dan taat peraturan. Namun bukan berarti membuatnya selalu diatur dan kehilangan inisiatif. Bagaimana cara mendidiknya? Jangan mumet dulu, ini caranya:
Peraturan Sejak Dini
Anak butuh diajari tentang peraturan hidup sejak dini. Misalnya jam tidur, jam bangun, waktu makan siang, dll. Gunanya biar dia enggak kaget pas sudah sekolah dan menghadapi berbagai rules yang berlaku.
Kadang kalau menghadapi balita suka tidak tega ya? Bangun kesiangan, ya dibiarkan saja, apalagi kalau weekend. Sebenarnya ini situasional sih tapi kalau bisa ya ditertibkan, misalnya dibikin aturan bangun paling lambat jam 5:30 pagi, nanti ritme bangun dan tidurnya akan teratur.
Orang Tua Mencontohkan
Kalau mau anaknya tertib ya oarng tuanya juga tertib. Misalnya ketika aturan bed time jam 8 malam ya semua lampu dimatikan. Jangan malah anak disuruh masuk kamar tapi ayahnya asyik nonton di ruang TV, nanti dia berpikir kalau orang tuanya curang.
Kecuali kalau ada kegiatan mendesak / work from home. Anak kudu diberi pengertian bahwa orang tuanya masih melek karena bekerja.
Contoh lain lagi adalah ketertiban dalam membuang sampah. Kalau mau anak disiplin ya bapaknya jangan mager buang sampah lalu melempar bungkus snack sembarangan. Bukannya anak adalah peniru ulung?
Bicara dari Hati ke Hati
Kalau tingkah anak masih memusingkan dan susah tertib, coba deh bicara dari hati ke hati. Bahwa yang dia lakukan akan merugikan banyak orang, tak hanya Bunda dan Ayah. Anak jadi paham kalau indisipliner akan bikin pusing.
Jangan Menyuruh dari Jarak Jauh
Pernahkah Bunda menyuruh anak untuk datang tapi jaraknya jauh? Misalnya lagi di dapur sementara anak lagi main di teras? Jangan diulangi ya!
Kalau begini terus dia juga malas datang karena merasa diteriakin melulu. Jika memang butuh bantuan, datang dan bilang baik-baik. Pasti dia akan menurut dengan senang hati.
Disiplin Tidak Harus dengan Kekerasan
Menertibkan anak memang perlu kedisplinan tapi jangan pernah pakai kekerasan. Apalagi pakai cubitan, jeweran, dll. Ini sudah masuh ranah KDRT lho, bahaya!
Read: Jangan Sakiti Anakmu Sendiri
Memahami Karakter Anak
Memahami karakter anak memang challenging dan kalau masih bingung bisa konsultasi ke psikolog anak / konselor keluarga. Misalnya anak pertama cenderung tidak mau disuruh karena dia born to be a leader dan punya pemikiran sendiri.
Untuk menghadapinya maka jangan pakai suruhan dan bentakan, tapi dengan kelembutan dan permintaan tolong.
Meminta Tolong dengan Lembut
Alih-alih nyuruh, coba ganti dengan kata “minta tolong”. Misalnya, “Bunda minta tolong dibelikan kecap di warung, bisa ya?” Anak akan merasa senang karena jadi hero dan dia bisa tertib tanpa harus diomeli.
Memilihkan Sekolah yang Tepat
Apa hubungan antara anak tertib dengan pemilihan sekolah? Well, setelah menyekolahkan Saladin di sekolah alam selama 5 tahun, daku sadar bahwa dia cocok di sekolah berbasis karakter. Dan ternyata di sekolahnya pakai metode Montessori.
Read: Asyiknya Belajar di Sekolah Alam
Kalau anak sudah ada di sekolah yang tepat, yang mengajari ketertiban dan kebersihan, maka dia juga akan tertib di rumah. Dia mau bantu menyapu dan sadar untuk buang sampah di tempatnya.
Mengajari anak untuk tertib memang butuh waktu dan kedisiplinan. Namun daku bilang sekali lagi, disiplin tidak harus dengan kekerasan. Justru dengan sesi mengobrol dari hati ke hati anak akan paham bahwa ketertiban akan dia butuhkan demi kesuksesannya sendiri.
Betul, kalau dengan cara keras maka anak cenderung menolak, tapi kalau dengan cara lembut misalnya sambil ngobrol maka anak akan dengan senang hati melakukan.
BalasHapusAnak-anak pada dasarnya peniru ulang ya, Mbak. Jadi orang tua memang harus memberi contoh yang baik dan tidak semua harus diucapkan ini itu. Nanti anak-anak malah merasa banyak aturan.
BalasHapusAku mulai agak mengurangi nih minta tolong sambil teriak-teriak ke adikku. Biasanya, aku bakalan datengin dia. Terus bilang dengan lembut, tentang permintaan tolong yang mungkin dia kerjakan.
BalasHapusTernyata dengan begitu, dia lebih riang mengerjakannya. Termasuk saat dia harus bangun jam berapa buat sholat subuh. Pulang mainnya jam berapa.
Contoh dari orang tua memang sangat penting, ya. Akan susah pastinya membuat anak tertib tapi orang tua menunjukan sikap sebaliknya.
BalasHapusAkan sangat senang pastinya bila kita bisa sejalan dengan anak-anak dalam hal ketertiban dan keselarasan lainnya
Noted kak, berarti memang dari sejak dini ya perlu untuk mengajarkan kedisiplinan kepada anak. Meski mungkin pas hari libur sekolah, tetapi kalo bisa tertib maka akan lebih baik
BalasHapusKasih contoh yg baik² ke anak itu memang udah paling bener sih ya. Karena anak adalah peniru yg baik.
BalasHapusSaya biasanya memberikan contoh yang ingin saya ajarkan ke anak sih biasanya. misalnya mulai lebih teratur dalam menata barang-barang di rumah, mengembalikan barang yang sudah dipakai ketempatnya dan anak saya pun mulai mengikuti. Ternyata, anak-anak itu peniru ulung ya! Akhirnya jadi kebiasaan
BalasHapusAnak memang peniru ulung kok, cepat banget meniru, oleh karena itu ortu harus cerdas untuk membimbingnya
BalasHapusWah keren yaak hehee, bener banget ini kalo ortunya tertib dan disiplin insyaAllah ngikut ke anaknya kok ya jadi emang bener harus kitanya dulu
BalasHapusKalo ngedidik KDRT sih engga yaa..
BalasHapusSoalnya uda gede juga.. jadi kalo anak tantrum, uda beda gak kayak pas bayi yang mungin pemahamannya masih terbatas.
Kalo uda gede, biasanya suka dibahasain lembut aja..
Soalnya kalo pake nada fa~ uda beda nanti maknanya.
Memang inti dari mendidik anak memang memberi contoh.