Sabtu, 28 September 2024

Bagaimana Cara Membuat Anak Mandiri? Catatan Parenting Day di Sekolah Saladin

 Pernahkah teman-teman merasa pusing karena anak maunya ama bunda, manja sekali. Atau dikit-dikit minta tolong si bibik (ART). Sebenarnya masih bisa dibetulkan ya, dengan cara mengajarkan kemandirian ke anak. Masih bisa dibiasakan. Mengapa anak harus  mandiri?



Ini resume parenting day di sekolah Saladin, Satu 21 September 2024 lalu. Acaranya itu rapotan tengah semester sekaligus parenting day. Rapornya bukan rapor nilai tapi tentang kelakuan. Nanti akan dibahas di akhir tulisan ya, kita fokus ke kemandirian anak dulu.

Pentingnya Mengajari Anak untuk Mandiri

Sebelum menerima rapor, para wali murid menyimak materi dari Bunda Wanda, Kepala Sekolah SD Alam. Bunda Wanda menjelaskan kalau ada belajar lapangan sebelum kelas dimulai. Saat belajar lapangan, para murid beberes kelas, menyapu, menyiram tanaman, dll. Yang bersih-bersih enggak hanya murid tapi juga guru-gurunya.



Mengapa ada belajar lapangan? Tujuannya untuk melatih kemandirian anak. Pernah juga para murid diajari cara melipat baju.

Sepintas melipat baju dan menyapu terlihat remeh. Padahal besar sekali manfaatnya. Anak-anak akan biasa untuk mandiri sejak dini. Kurikulum di sekolah alam mengadaptasi dari teori Montessori, yang juga mengajarkan kemandirian.



Menurut Bunda Wanda, anak-anak memang wajib untuk dididik menjadi mandiri dan rajin sejak kecil. Tujuannya agar kelak mereka sudah besar, sudah biasa bekerja dengan rajin juga. Karena tugas orang tua yang sesungguhnya adalah menyiapkan kemandirian anak, sehingga bisa berdikari.

Cara agar Anak Bisa Mandiri

Lantas bagaimana cara anak mandiri? Menurutku, selain di sekolah, juga perlu latihan di rumah. Bisa dilatih dari tugas yang gampang. Misalnya dengan cuci piring sendiri, mengambil makan sendiri, belajar belanja di warung sendiri, dll.



Salah satu poin penting dalam mengajarkan anak mandiri adalah harus sabar dan dilarang mencela. Beneran deh, pernah enggak kalian mengalami kejadian seperti ini? Anak belajar cuci piring dan hasilnya kurang bersih, eh malah dicela dan dimarahi. Akibatnya dia jadi malas-malasan. Padahal mah kalau kurang bersih ya nanti bisa dicuci lagi, beres.



Namanya juga masih belajar. Memang harus sabaaaar seluas samudra. Jangan dikit-dikit mengkritik, nanti anak bakal mager. Bahaya, bahaya! Enggak mau kan punya anak pemalas? Bagaimana dengan masa depannya?

Menerima Tiap Kondisi Anak

Bunda Wanda juga berpesan ke wali murid untuk menerima kondisi anak. Karena para murid di sekolah Saladin berbeda-beda. Ya, meski sekolah alam, tapi juga menerima murid inklusi. Para murid jadi menerima perbedaan dan paham kondisi teman-temannya.



Kalau ada orang tua yang anaknya disleksia, yang over aktif, atau ABK, ya harus diterima. Anak adalah titipan dari-Nya. Jangan dipaksa atau dimarahi. Namun dicarikan solusinya, misalnya dengan terapi.

Rapor Kelakuan di Sekolah Saladin

Setelah sesi sharing parenting, saatnya membagikan rapor. Rapornya bukan nilai karena tidak ada UTS. Akan tetapi rapor kelakuan.



Daku sudah deg-degan karena Saladin itu ‘ajaib’. Meski sudah jarang tantrum, tapi kadang dia ketiduran di kelas. Kadang tiba-tiba marah, ternyata karena dia tidak mengerti apa itu bercanda. Namun setelah dijelaskan dan ditenangkan oleh bunda guru baru dia paham dan diam.

Selama 3 bulan di kelas 6, Saladin Alhamdulillah menunjukkan progress yang bagus. Untuk akademik juga bagus, dan antusias belajar bahasa inggris, matematika, serta komputer. Namun untuk kelakuan? Hmm…..



Saladin dua kali mengalami ‘kejadian’. Pertama kakinya kena kawat, kedua tangannya luka kena kaca. Intinya dia masih belum bisa mengendalikan diri, walau tidak separah dulu (yang suka kabur keluar sekolah dan emosi banget).

Memang dari hasil rapor kelakuan jadi evaluasi. Jam tidur Saladin sudah diatur sehingga dia jarang ngantuk di sekolah (yang jadi salah satu penyebab tantrum). Tangki cintanya harus diisi terus biar dia happy dan betah di sekolah.



So far daku setuju dengan konsep rapor kelakuan karena memang adab sebelum ilmu. Jadi anak tidak dipaksa untuk mengejar nilai akademis. Namun juga harus berkelakuan baik agar jadi warga negara berbudi luhur.

Sekian cerita parenting day di sekolah Saladin. Alhamdulillah daku dan ayahnya Saladin sudah menyekolahkan si bocah di tempat yang cocok dan menerima segala perilakunya. Semoga setelah ini dia makin mandiri dan jarang tantrum.

16 komentar:

  1. Jadi tambah ilmu dalam mendidik dan merawat anak nih

    BalasHapus
  2. Rapor kelakuakannya cukup detail ya, di sekolah anakku ga sedetail ini sih rapornya, jadi enak ya bisa tahu perkembangan anak di sekolah

    BalasHapus
  3. Bener sih, setiap orang tua perlu menerima kondisi anaknya seperti apa. Harus ikhlas, agar bisa lapang dada dan tetap merawatnya penuh cinta dan kasih sayang...

    BalasHapus
  4. Anak-anak memang harus diajarkan mandiri sejak awal, dan peran orang tua sangat penting. Misalnya anak pengin minum dan minta diambilin. Kalau bisa anak disuruh ambil sendiri saja. Jadi diajari melakukan sesuatu yang sesuai dengan kemampuannya.

    BalasHapus
  5. Ternyata manfaat anak-anak semisal belajar di luar kelas semisal di lapangan atau ruang terbuka hijau gitu, bisa melatih kemandirian dia yak. Bagus sih kurikulumnya

    BalasHapus
  6. Sepertinya sekolah Adin dan sekolah Dimas agak-agak mirip. Menerima anak inklusi juga. Btw anak saya kalau di luar rumah sangat mandiri, bahkan bisa 'take care' adik-adik kelasnya. Tapi kalau di rumah ya muncul deh manjanya, maunya ibu, mungkin itu bentuk protes karena seharian ditinggal ibu kerja :D

    BalasHapus
  7. Pas banget dengan realita jaman sekarang dimana banyak anak yg sudah melupakan adab. Dianggapnya kuno...

    Padahal sesuai keterangan justru adab dulu sebelum ilmu, ya.

    Berharap semua orang tua tidak memaksa anak untuk mengejar nilai akademik. Namun juga harus berkelakuan baik agar jadi warga negara berbudi luhur supaya kehidupannya seimbang

    BalasHapus
  8. Aku suka dengan konsep sekolah alam kayak sekolahnya dek Saladin, Kak. Temanku juga dulu jadi guru di sekolah alam. Bukan hanya dituntut untuk mengejar nilai. Tapi, hal yang paling penting di sana adalah tingkah laku.

    BalasHapus
  9. Mengajarkan mandiri sejak dini beneran keren banget! memberikan anak tanggung jawab sesuai kemampuannya, dengan sabar memberikan bimbingan dan jangan mencela saat anak salah atau melenceng bukan perkara mudah. Sengan semangat dan fokus bakalan bisa sukses dan berhasil yah

    BalasHapus
  10. Keren nih sekolahnya Saladin membiasakan anak hidup mandiri. Basic skill itu emang penting sih bunda.

    BalasHapus
  11. Kalo rapor kelakuan baiknya sedetail ini, bukan cuma baik, cukup baik, dll, rasanya gak paham ya ini anak adabnya sebaik apa.

    BalasHapus
  12. Penting sekali memang untuk memiliki anak yang mandiri. Namun memang semuanya tidak akan datang serta merta. Butuh contoh dan pengajaran dari orang tua bagaimana cara membuat anak bisa mandiri ini

    BalasHapus
  13. Dulu pas jadi Guru, kalau ada anak mandiri rasanya senang, karena meringankan beban saya dalam mengajar. Karena beda banget antara anak mandiri dengan tidak dalam belajar.

    BalasHapus
  14. Seneng banget dapet rapor kelakuan baik.
    Karena memang ini yang sebetulnya lebih dibutuhkan orangtua daripada nilai akademis. Usia pra-sekolah dan sekolah dasar memang waktu yang paling tepat untuk menerapkan adab agar anak-anak mencintai dan menghargai sebuah proses belajar.

    BalasHapus
  15. Ketika anak berproses belajar dan berlatih sesuatu, sesungguhnya orang tua juga harus ikut belajar dan berlatih, bahkan lebih keras. Belajar untuk sabar, berlatih untuk tidak mencela hasil pekerjaan anak, dsb.

    BalasHapus
  16. Firsty ukhti molyndi4 Oktober 2024 pukul 18.12

    Semangat para bunda dalam merawat dan membesarkan anak2nya. Setiap anak adalah amanah. Jadi penting juga belajar parenting dari usia sebelum menikah. Biar gak kagok ngadepin kelakuan anak2. Salam buat bang saladin yg hebat dan jenius.

    BalasHapus