Senin, 16 September 2024

13 Tahun Bersamanya

 Lebih dari 1 dekade kami mengarungi pernikahan. September ini, tepatnya tanggal 16, menjadi momen pengingat. Bahwa 13 tahun lalu kami mengucap janji suci di depan penghulu. Ijab Kabul yang menggetarkan kalbu sekaligus membuatku hampir tak percaya, mengapa daku secepat ini menikah dengannya?



Apa yang ingin kuungkapkan bukan mengenai pernikahan jalur taaruf. Namun ke pengalaman selama 13 tahun. Iya, tidak terasa, 13 tahun? Dan masih bertahan sampai sejauh ini?

Naik dan Turun Selama 13 Tahun

Jika pernikahan menjadi gerbang bernama “kehidupan yang sebenarnya” maka daku bisa berkata iya. Belajar me-maintain uang dengan baik. Belajar merawat anak sendiri.



Anak yang spesial dan bikin daku ingin nyanyi lagu poco-poco alias Cuma ngana suka bikin pusing.

Read: Tuhan, Mengapa Anakku Berbeda?

Namun tak apa-apa. Jika daku tidak punya anak ‘ajaib’ seperti Saladin, mungkin tidak akan belajar sabar. Tidak akan belajar mengenai pengendalian emosi, mindfulness, belajar aksara (karena dia hobi belajar bahasa dan huruf asing), belajar masak, dll.

Pernikahan dan Patriarki

Kembali ke topik pernikahan. I’m not a feminist tapi kurang setuju dengan patriarki. Namun apa yang terjadi? Malah dapat ‘kuliah’ dari para tetua mengenai cara melayani suami.



Mulai dari mengambilkan makan (lengkap dengan lauknya) sampai memperlakukannya dengan baik. OK, daku berkaca dari mama dan papa (yang sudah menikah lebih dari 30 tahun). Walau mama tidak makan tetapi tetap menemani papa makan sambil mengobrol.

Read: Menikah Adalah Cara Kehilangan Diri Sendiri?

Akhirnya daku bikin peraturan untuk diri sendiri. Selain membuatkan kopi tiap pagi, juga mengambilkan nasi untuknya (karena beliau suka nasi dingin). Untungnya ya selera kami sama (dan mungkin kurang lazim bagi sebagian orang) karena sama-sama tidak suka pedas, pete, duren, dan jengkol. Jadi untuk masalah lauk, aman.

Read: 12th Wedding Anniversary

Apakah ini yang dinamakan patriarki? Well, sebenarnya ini caraku untuk me-maintain kasih sayang. Bahwa segala yang kulakukan untuknya adalah demi merawat pernikahan. Bukan karena takut atau disuruh orang lain.



Jika daku mencintainya karena Tuhan, maka daku berusaha dengan baik. Lagu Cintai Aku Karena Allah bukan sekadar lagu. Namun ada makna yang dalam sekali.

Sudah, sekian cerita wedding anniversary-nya. Jika ada yang bilang bahwa menikah adalah seni mengalah maka daku bilang, ‘sama-sama mengalah’ alias jangan hanya istri yang disuruh ngalah. Kalau ini sih seringnya suami yang mengalah, alias kalau dapat 1 nasi kotak, maka dikasihkan ke daku dan Saladin.

Satu lagi pesan dari seorang kawan, “Kalau kesal dengan suami, ingat-ingat kebaikannya”. Pernikahan memang kompleks tapi jika dijalani dengan ikhlas maka akan terasa ringan. Semoga kita selalu bahagia, apapun kondisinya.

Minggu, 15 September 2024

Sosok Ayah yang Family Man dalam Novel-Novel Andrea Hirata

Siapa suka baca karya Andrea Hirata? Daku sudah baca di antaranya: Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, Maryamah Karpov, Sebelas Patriot, dan Dwilogi Padang Bulan. Namun kali ini tidak bahas tentang ulasan buku ya. Melainkan mau bahas tentang sosok family man dalam novel-novel tersebut.



Andrea Hirata menuliskan tokoh ayah yang sangat berperan penting dalam kehidupan Ikal. Ayahnya adalah sosok yang pendiam tapi sangat family man. Dalam artian, beliau mendedikasikan hidupnya untuk keluarga. Hidupnya hanya untuk bekerja, beribadah, dan sisanya digunakan untuk lovely family. So sweet!

Kasih-Sayang Ayah yang Berbeda dari Ibu

Di buku-buku karya Andrea Hirata juga diperlihatkan bahwa kasih-sayang ayah memang berbeda dari ibu. Biasanya, kalau ibu cerewet, ayahnya pendiam. Kalau ibunya strict, ayahnya memanjakan.



Akan tetapi ayahnya Ikal mendidik dan menyayangi anaknya dengan cara yang menurutku manis banget. Dengan teladan, dengan kelembutan dan cinta. Dengan memberi beras ke orang yang kesusahan, walau kondisi perekonomian mereka belum bisa dibilang kaya-raya.

Mengungkapkan Cinta tak Harus dengan Kata-Kata

Mengungkapkan cinta tak harus dengan kata yang manis dan puitis. Walau rata-rata ayah adalah sosok yang pendiam, tapi bisa kok menjelaskan bahwa dia cinta. Dengan senyuman, dengan perbuatan, teladan, dan bukan sekadar omelan.

Menyayangi Anak tak Wajib dengan Membelikannya Benda Mahal

Ada yang merasa kalau tidak bisaa menyayangi anak karena tidak pernah membelikannya  mainan atau benda mahal? Menurutku enggak yaa. Menunjukkan kasih-sayang tak hanya dengan cara membelikan barang.



Andrea Hirata menuliskan dalam buku-bukunya kalau sang ayah sering mengajaknya menonton film, memboncengkannyaa dengan sepeda (sepeda kayuh bukan sepeda motor). Bahkan kakinya dibungkus agar tidak kena jeruji sepeda. Membuat kenangan dengan cara ini sangat ampuh, bukan hanya dengan membelikan anak robot-robotan seharga jutaan rupiah.



Selain dengan memberi kasih-sayang, ayah juga wajib berkomunikasi dengan ayah. Bukan hanya menyuruh tapi juga perhatian dan mendengarkan. Kak Rahman Kamal sudah menjelaskan cara berkomunikasi antara orang tua dan anak yang efektif.

Peran Besar Seorang Ayah dalam Perkembangan Anak

Memang ayah juga berperan besar dalam perkembangan anak. Karena daku pernah baca (maaf lupa di mana) kalau suara ayah lebih didengar anak. 



Jadi kalau kasih nasehat / peringatan sebaiknya ya ayah, bukan ibu. Anaknya bakal lebih nurut.

Apakah Tiap Suami Harus Jadi Family Man?

Memang ada suami yang tipe family man. Tapi ada juga yang biasa-biasa saja. Bahkan cenderung cuek. Dalam artian, tidak tahu anaknya dapat nilai ulangan berapa, tugas-tugasnya apa, dan ada yang malah lupa kapan ulang tahunnya!

Sangat menyedihkan jika ada yang bilang kalau Indonesia adalah fatherless country alias ada ayah tapi perannya kurang dalam keluarga. Ayah hanya memberi nafkah dan mengantar anak ke sekolah.



Sisanya? Ibu yang pontang-panting jemput ke sekolah, antar anak ke TPQ, ke tempat les. Padahal di rumah tidak ada ART yang berarti ibu juga yang memasak, membuatkan bekal, mencuci dan menyeterika, dll.

Padahal namanya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Seorang anak juga wajib diajari dan dididik oleh ayah. Buku-buku Andrea Hirata menjadi contoh bahwa sosok ayahnya Ikal adalah family man yang ideal, dan patut dicontoh. Semoga para ayah di Indonesia juga sadar bahwa mengedukasi anak juga menjadi tugas mereka, dan Andrea sudah menjelaskannya dalam karya sastra. 

Selasa, 10 September 2024

Bagaimana Cara Membuat Anak Tertib Tanpa Disuruh?

 

Enggak mau!

Kebayang bagaimana pusingnya ketika anak disuruh cepat-cepat mandi lalu bersiap untuk ikut ke suatu acara. Bunda sudah cantik dan dandan rapi eh anaknya malah mager. Tapi kalau disuruh jaga rumah bareng si bibik malah menolak.

Punya anak macam ni memang sesuatu banget. Kalau disuruh malah marah. Ditertibkan malah bilangnya, “Bunda jahat!” Lha iki piye?


 

Menertibkan anak memang butuh strategi khusus agar dia mau nurut dan taat peraturan. Namun bukan berarti  membuatnya selalu diatur dan kehilangan inisiatif. Bagaimana cara mendidiknya? Jangan mumet dulu, ini caranya:

Peraturan Sejak Dini

Anak butuh diajari tentang peraturan hidup sejak dini. Misalnya jam tidur, jam bangun, waktu makan siang, dll. Gunanya biar dia enggak kaget pas sudah sekolah dan menghadapi berbagai rules yang berlaku.


 

Kadang kalau menghadapi balita suka tidak tega ya? Bangun kesiangan, ya dibiarkan saja, apalagi kalau weekend. Sebenarnya ini situasional sih tapi kalau bisa ya ditertibkan, misalnya dibikin aturan bangun paling lambat jam 5:30 pagi, nanti ritme bangun dan tidurnya akan teratur.

Orang Tua Mencontohkan

Kalau mau anaknya tertib ya oarng tuanya juga tertib. Misalnya ketika aturan bed time jam 8 malam ya semua lampu dimatikan. Jangan malah anak disuruh masuk kamar tapi ayahnya asyik nonton di ruang TV, nanti dia berpikir kalau orang tuanya curang.


 

 Kecuali kalau ada kegiatan mendesak / work from home. Anak kudu diberi pengertian bahwa orang tuanya masih melek karena bekerja.

Contoh lain lagi adalah ketertiban dalam membuang sampah. Kalau mau anak disiplin ya bapaknya jangan mager buang sampah lalu melempar bungkus snack sembarangan. Bukannya anak adalah peniru ulung?

Bicara dari Hati ke Hati

Kalau tingkah anak masih memusingkan dan susah tertib, coba deh bicara dari hati ke hati. Bahwa yang dia lakukan akan merugikan banyak orang, tak hanya Bunda dan Ayah. Anak jadi paham kalau indisipliner akan bikin pusing.

Jangan Menyuruh dari Jarak Jauh

Pernahkah Bunda menyuruh anak untuk datang tapi jaraknya jauh? Misalnya lagi di dapur sementara anak lagi main di teras? Jangan diulangi ya!


 

Kalau begini terus dia juga malas datang karena merasa diteriakin melulu. Jika memang butuh bantuan, datang dan bilang baik-baik. Pasti dia akan menurut dengan senang hati.

Disiplin Tidak Harus dengan Kekerasan

Menertibkan anak memang perlu kedisplinan tapi jangan pernah pakai kekerasan. Apalagi pakai cubitan, jeweran, dll. Ini sudah masuh ranah KDRT lho, bahaya!

Read: Jangan Sakiti Anakmu Sendiri

Memahami Karakter Anak

Memahami karakter anak memang challenging dan kalau masih bingung bisa konsultasi ke psikolog anak / konselor keluarga. Misalnya anak pertama cenderung tidak mau disuruh karena dia born to be a leader dan punya pemikiran sendiri. 


 

Untuk menghadapinya maka jangan pakai suruhan dan bentakan, tapi dengan kelembutan dan permintaan tolong.

Meminta Tolong dengan Lembut

Alih-alih nyuruh, coba ganti dengan kata “minta tolong”. Misalnya, “Bunda minta tolong dibelikan kecap di warung, bisa ya?” Anak akan merasa senang karena jadi hero dan dia bisa tertib tanpa harus diomeli.

Memilihkan Sekolah yang Tepat

Apa hubungan antara anak tertib dengan pemilihan sekolah? Well, setelah menyekolahkan Saladin di sekolah alam selama 5 tahun, daku sadar bahwa dia cocok di sekolah berbasis karakter. Dan ternyata di sekolahnya pakai metode Montessori.


 

Read: Asyiknya Belajar di Sekolah Alam

Kalau anak sudah ada di sekolah yang tepat, yang mengajari ketertiban dan kebersihan, maka dia juga akan tertib di rumah. Dia mau bantu menyapu dan sadar untuk buang sampah di tempatnya.

Mengajari anak untuk tertib memang butuh waktu dan kedisiplinan. Namun daku bilang sekali lagi, disiplin tidak harus dengan kekerasan. Justru dengan sesi mengobrol dari hati ke hati anak akan paham bahwa ketertiban akan dia butuhkan demi kesuksesannya sendiri.

Minggu, 08 September 2024

Tingkah Anak Laki-Laki dan Bunda yang Deg-degan

 

Halo, mau  cerita kejadian sore tadi saat perban di tangan Saladin dibuka. Tentu  saja yang melakukannya bukan daku karena tidak tega. Setelah 3 hari ternyata luka belum sepenuhnya kering.

Akhirnya mewek lagi dong. Paksuami menenangkanku. Kata beliau, “Wajar, inilah dunia anak laki-laki. Pasti ada momen terluka, gelut, dll. 


 

Eh benar juga ya, kalaupun Saladin terluka juga bukan untuk pertama kalinya. Namanya anak-anak yang pernah belajar merangkak, belajar jalan, lalu bisa lari, memanjat, dll pasti ada saja kejadiannya. Baik yang enak maupun tidak enak.

Read: Saat Tangan Saladin Luka Kena Kaca

Saladin yang Pernah Dicakar Kucing

Dulu waktu Saladin masih balita dan belum sekolah, dia pernah dicakar kucing liar. Ceritanya, dia punya mainan truk yang besar dan bisa dinaiki, dan dimainkan di samping rumah. Ada kucing yang lewat dan tanpa ba-bi-bu si bocah mengangkat kucing, maunya dimasukkan ke dalam bak truk.


 

Kucingnya kaget dong lalu nyakar. Saladin menangis keras dan daku shock berat. Langsung kubersihkan lukanya, lalu dia dibawa ke sebuah klinik untuk dijahit tangannya. Untung dicakar, bukan digigit, jadi kata dokter tidak usah suntik tetanus.

Read: Kaki Saladin Kena Kawat

Saladin juga pernah kena setrika panas.  di usia 2 tahun. Salahku waktu itu karena ada setrika yang tidak disembunyikan di lemari. Rupanya si bocah ingin meniru cara menyeterika, menyalakannya, lalu tangannya kena. Kala itu ada tamu sehingga fokusku teralihkan.

 

                                                     Difoto ketika setrika mati

Akan tetapi walau tangan  Saladin kepanasan dia tidak cerita apa-apa. Namun dia sibuk menyalakan keran dan merendam tangannya di dalam ember. Setelah kuperiksa ternyata tangan kanannya melepuh, dan langsung kuberi salep.

Adik-Adikku juga Mengalami Hal yang Hampir Sama

Daku punya 3 adik laki-laki dan meski sekarang mereka sudah kalem, pas kecil juga adaa aja tingkahnya. Ada adik yang pernah keserempet sepeda motor saat sedang asyik bersepeda. Ada juga yang menghilang saat kujemput di SD-nya, ternyata dia main ke mall tanpa bilang-bilang.

Read: Saladin Kabur dari Rumah

Bunda yang Deg-degan

Beneran  deh kalau punya anak laki-laki harus siap  lahir-batin. Makannya juga banyak karena  relatif lebih  aktif di luar. Biasanya Saladin kubawakan bekal dan sebotol  susu. Nah, kak Dian K juga share tentang bekal sekolah anak realfood  jadi lebih sehat.


 

Kalau punya anak laki-laki juga kudu siap mental. Ada aja tingkahnya yang bikin deg-degan. Bunda jangan terlalu khawatir  Karena  jika sudah dididik dengan kasih-sayang dan disiplin maka ia  akan tumbuh besar dengan baik.