Rabu, 07 Agustus 2024

Membaca Kembali Ayat-Ayat Cinta dari Sudut Pandang yang Berbeda

 Ayat-ayat Cinta? Novel tahun berapa ini? Bukunya emang sudah terbit sejak lama dan sudah difilmkan juga. Namun enggak ada salahnya dibaca ulang. BTW daku suka aja sih baca buku lawas, termasuk buku-bukunya Enid Blyton yang diterbitkan tahun 50 dan 60-an.



Kembali ke Ayat-Ayat Cinta. Berkat novel ini nama Habiburrahman El Shirazy langsung viral dan bukunya sukses berkali-kali dicetak ulang. Memang isinya apaan? Jangan nonton filmnya dulu karena kemiripan hanya sekitar 75%, mending baca bukunya dulu.

Review Novel Ayat-Ayat Cinta

Ada pemuda bernama Fahri yang sedang kuliah di Mesir. Dia semangat untuk menyelesaikan thesis-nya dan masih nyambi kerja freelance jadi penerjemah buku. Kesempatan belajar di luar negeri enggak boleh disia-siakan karena orang tuanya menjual sawah warisan satu-satunya sebagai modal keberangkatannya.

                               Fahri

Fahri tinggal bersama sesama mahasiswa Indonesia dan dia bertetangga dengan Maria. Gadis ini cantik dan cerdas serta terang-terangan naksir Fahri.

                                                Maria

Akan tetapi si Fahri malah berjodoh dengan Aisha, gadis yang pernah ditolong saat hampir jadi korban bullying di kendaraan umum. Ada Nurul, mahasiswi asal Indonesia yang juga patah hati karena dia diam-diam jatuh cinta dengan Fahri.

Maria shock mendengar kabar pernikahan Fahri lalu dia sakit dan koma. Sementara Fahri sendiri berjuang untuk hidup karena menjadi korban fitnah kejam, dituduh memperkaos Noura. Padahal dia yang menolong gadis itu. Kemudian dia harus merasakan dinginnya penjara.

                           Aisha

 Ending-nya baca sendiri yaa. Yang jelas happy ending walau ada rasa nyesek.

Fahri Enggak Se-Red-Flag Itu

Entah mengapa nama Fahri viral lagi beberapa bulan ini. Dia dianggap sebagai pria red flag, playboy, gara-gara disukai banyak wanita. Tuduhan lain cari saja di mbah Google ya, yang jelas nama penulis buku ini juga kena kok.



Padahal Fahri menurutku tidak se-red flag itu. Buktinya dia mau menolong Noura malam-malam. Walau ending-nya kena fitnah. Mengapa sih kok dia malah ikut campur urusan orang? Apalagi posisinya adalah pendatang dan belum tahu hukum yang berlaku di negara lain.

Bisa jadi Fahri adalah orang yang tidak tegaan sehingga dia meminta tolong Maria untuk menolong Noura. Bagaimana jika kalian ada di posisinya? Melihat gadis menangis di pinggir jalan dan di tengah malam?

Tokoh yang Terlalu Sempurna?

Banyak juga yang bilang kalau Fahri adalah tokoh yang terlalu sempurna. Ganteng, pintar, soleh. Bagiku yaa namanya novel, fiksi, rekaan, wajar kalau penulisnya bikin karakter seperti ini. Mungkin ada Fahri di dunia nyata tapi enggak viral aja.

Jadi gimana, kalian masih mau baca novel Ayat-Ayat Cinta apa nonton filmnya?

17 komentar:

  1. Inget banget, pertama novel ini terbit dan aku jadi pemburu yang ingin cepat-cepat baca bukunya. Kala itu daku masih remaja, membaca buku dari sudut pandang anak remaja dan mengkhayal semoga ada Fahri di dubia nyata hahaha.

    Beda sama bapakku, beliau baca sambil mengagumi penulis yang menceritakan detail Mesir. Bapak berpikir bahwa penulis buku amatlah berwawasan luas.

    Kalau sekarang, aku ditanya mau baca buku dan nonton filmnya lagi? Tentulah mau, karena menurutku ini salah satu buku bagus. Fahri tidak se red flag itu kok hehehe, buktinya dia sangat care terhadap sesama.

    BalasHapus
  2. Inget banget dulu waktu nonton film nya pas lagi hitsnya tuhh nonton donk berdua sama suami eh dulu dh jd suami apa masih pacar ya lupaa hahaha...
    Bener2 heboh banget tu film nya waktu itu hehe, dibahas dimana-mana hehe
    Tapi biasanya emang gt sie mba, kalo baca buku trus difilm kan itu kadang harus diturunkan sedikit ekspektasinya secara dari tulisan yang beratus2 lembar trus dipadatkan ke film yg cuma 2 jam pasti ada penyesuaian disana sini lah ya..tapi kalo ayat2 cinta ini lumayan berhasil sie antara film dan bukunya sama2 bagus menurutku yaaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyaa, buku dan filmnya enggak bisa 100% persis.

      Hapus
  3. 2-2 nya pernah. Tp aku baca novelnya duluan, baru nonton filmnya. Jujur ga suka 🤣. Krn aku memang ga pernah bisa menikmati tema poligami, apapun alasannya. Apalagiiii, tipe cowoknya terlalu baik byangettt, yg kesannya jadi kanan kiri oke 😅🤭. Cowo begini rasanya pengen aku gaplok.

    Dan gara2 film ini juga, aku yg tadinya suka Ama Fedi Nuril di film garasi, jadi sebel dan ga pernah mau nonton film dia lagi sejak AAC 🤣🤣.

    BalasHapus
  4. Kayaknya aku ada nih bukunya di rak, mungkin aku perlu baca lagi deh satu waktu. Untuk memperkaya diksi juga mempelajari gaya penuturan ceritanya.
    Untuk membangun karakter dalam novel itu kadang memang serba salah ya. Terlalu bad boy, banyak dihujat. Terlalu sempurna juga tetep kena hujat. Mesti bisa nemuin banget tuh sela nya dimana

    BalasHapus
  5. Pengalaman membaca ulang Ayat-Ayat Cinta kali ini benar-benar berbeda. Sepertinya ada banyak hal yang dulu terlewatkan. Dengan usia yang lebih dewasa, saya bisa lebih memahami kompleksitas perasaan para tokoh dan konteks sosial yang digambarkan. Novel ini seperti sebuah cermin yang terus berevolusi, seiring dengan perubahan diri kita.

    BalasHapus
  6. Aduh, aku suka banget film ini
    Tapi aku brlum baca novelnya
    Bagiku Fahri adalah laki laki yang sempurna
    Ngayal dulu pengen punya suami seperti Fahri, tapi yang nggak poligami tentunya
    Hahaha

    BalasHapus
  7. Secara pribadi, aku lebih suka membaca novelnya, Kak. Hehehe
    Pas pertama kali baca novelnya, kemudian nonton filmnya, aku rada kecewa. Karena sesuai dengan penuturan kakak, bahwa kemiripannya cuma 75%.
    Tapi, wajar sih ya. Apa yang dibangun dalam tulisan tentu akan berbeda kalau divisualkan. Mungkin apa yang ada dalam tulisan, dinilai kurang menarik kalau divisualkan sehingga ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
    Ini cuma soal selera saja sih.
    Aku juga merasa bahwa Fahri adalah sosok yang terlalu sempurna. Bukan yang red flag sih. Hehehe

    BalasHapus
  8. Aku belum pernah baca novelnya, kak. Tapi pas filmnya tayang di bioskop aku nonton. Masih ingat rasa gregetnya lihat Fahry yg terlalu baik. Aku kurang nikmatin filmnya karena isu poligaminya. Tapi semua akting pemerannya keren2 banget

    BalasHapus
  9. kalau saat itu ada istilah red flag, kayaknya aku ga bakalan kepikiran kesana. Aku nonton ayat-ayat cinta udah beberapa kali dan memang bagus ya, pada masanya.
    ya mungkin memang Fahri orangnya ga tegaan , nolong orang lain ehhh difitnah pula, emang kejam sih yang fitnah
    yang jadi point utama di film ini waktu aku tonton, adalah cinta segitinya hahaha. Overall bagus dari latar belakang syutingnya, ceritanya.

    BalasHapus
  10. Gara-gara novel ini si pemeran Fahri dibilang aktor spesialis poligami haha.. padahal banyak film lainnya yang ngga poligami ya tapi jadi branding Fedi Nuril

    BalasHapus
  11. Aku suka Fedi Nuril, tapi kenapa dia spesialis poligami ahaahha.... Dulu waktu blm nikah sih mmg rasanya Fahri sempurna ya, setelah menikah sadar kenyataan bahwa cowok kayak Fahri tuh nggak se-idaman itu. Ya di dunia ini mmg ga ada yang sepenuhnya red/green flag sih.

    BalasHapus
  12. Aku lupa seberapa mirip novel Ayat-Ayat Cinta pas di filmin.
    Tapi aku suka karakter Fahri.
    Memang cowo dan cewe kudu menjaga dalam segala hal.. Dan mashaAllah, bisa jadi contoh yang baik untuk generasi masa kini.

    Ya kudu sempurna.
    Agar mendapat pasangan bidadara/ bidadari yang disiapkan Allah.
    MashaAllaa~

    BalasHapus
  13. Hhahaah, asli jadi kangen nonton ayat-ayat cinta, dulu aku nonton pas masih smp di bioskop tuhh

    BalasHapus