Belakangan viral screenshot komentar netizen mengenai pernikahan. Intinya kalau menikah, wanita harus siap kehilangan diri sendiri. Enggak bisa bebas berekspresi seperti dulu.
Masak sih? Hari gini?
Eeeh apa ini korban patriarki. I am not a
feminist tapi jelas menentang patriarki yang merugikan. Kalau kamu?
Kembali ke topik
semula. Apa benar dengan menikah maka wanita jadi kehilangan jati diri? Kalau
dipikir-pikir, setelah nikah nama juga berubah. Namaku berubah jadi Bu Aji
(mengikuti nama suami).
Sementara setelah punya
anak daku juga punya nama panggilan lain yakni Bunda Saladin. Yang terkenal
anaknya bukan bundanya wkwkkw. Kalau nama blog dan IG emang pakai Bunda Saladin
karena jujur nama asliku susah Avizena
Elfazia Zen.
Setelah punya 2 nama
baru lantas mikir daku tuh siapa? Apa hanya pantas menjadi istri atau ibu
seseorang? Jangan sampai kehilangan diri sendiri, ah!
Pentingnya
Memilih Suami yang Tepat
Oleh karena itu,
seorang gadis wajib memilih calon suami
yang tepat sebelum terlanjur akad nikah. Jika suaminya baik dan demokratis
maka akan memperbolehkan istrinya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar
(dalam konteks yang positif) atau mendukung istrinya untuk kuliah lagi. Mau
kursus masak, baking, kursus rias,
juga boleh.
Read: Suami Jago Masak
Pertanyaan
untuk Calon Suami
Lantas bagaimana cara
memilih calon suami yang tepat? Well, menikah
bukan seperti memilih kucing dalam karung ya karena maunya kan bersama dia
sampai maut memisahkan. Makanya wajib untuk selektif dan teliti dalam
menyelidiki calon suami. Tujuannya untuk melihat apa dia punya bibit-bibit
posesif atau justru demokratis sehingga istri tidak merasa kehilangan diri
sendiri.
Makanya wajib kasih
banyak pertanyaan ke calon suami. Visi dan misi hidup, apa istri dibolehkan
kerja? Nanti anak dimasukkan daycare atau hire
babysitter, dll. Jangan sampai visi dan misi hidup beda jauh sehingga
pernikahan malah jadi asem, enggak manis sama sekali.
Baca: Pilih Daycare atau Babysitter
Kalau sudah kenal dekat
ya kita main detektif-detektifan aja. Lihat semua sosial medianya, apa ada
status yang bikin ilfil? Apa pernah berbuat kejahatan / a-su-sila? Bisa dilihat
sebenernya kalau dia itu red flag atau
bukan.
Bagaimana
Jika Sudah Terlanjur Menikah?
Kalau sudah kadung
nikah gimana? Yaa kadang ada sifat-sifat suami yang baru ketahuan setelah akad.
Nyesek? Mau enggak mau kudu sabar dan adaptasi, selama tidak melanggar aturan
ya wajib ditaati.
Kalau sudah terlanjur
maka yang dilakukan adalah merayu.
Hahhaaa pakai jurus rayuan biar suami luluh dan mengizinkan istrinya untuk
berkegiatan. Karena dengan cara ini istri tidak akan kehilangan diri sendiri
dan tetap enjoy meski harus menjalani
rutinitas (sebagai IRT atau wanita karir).
Jalankan
Hobi agar Tetap Menjadi Diri Sendiri
Kesimpulannya, istri
harus tetap menjalankan hobi dan ikut kegiatan yang dia suka. Tujuannya agar
tidak kehilangan diri sendiri. Oleh karena itu jadi suami tuh kudu tahu diri eh
maksudnya wajib demokratis. Kasihan istri kalau merasa terkekang sehingga
kehilangan dirinya sendiri dan merasa pernikahan adalah awal dari penderitaan.
Sebagai lajang, aku tetap merasa pernikahan dan kelg bukan buat semua orang :) Ada yg menikah sekedar daripada jadi perawan tua dan berakhir dgn perceraian atau anak2 yg jd traumatis sama orangtuanya sendiri. Jadi memang betul loh, jangan menganggap pernikahan adalah akhir dari jd diri sendiri. Kok kesannya kyk gimana gitu... Kan menikah berarti membuka lembaran baru dalam hidup :)
BalasHapusKonsep berhubungan sebaiknya saling membuat satu sama lain bertumbuh, buatku ya, segalanya butuh proses dan tidak perlu merasa kehilangan diri seh jika dalam prosesnya ada yang tidak sesuai, kan awalnya memang memutuskan bersama tentu sudah dipikirkan resikonya.
BalasHapusPilih suami yg tepat, itu udh cara paling bener. Walopun memang ga gampang, Krn bisa aja si suami berubah saat sudah menikah.
BalasHapusTapi aku bersyukur dulu bisa bicara baik2 Ama Raka sebelum nikah. Ttg apa yg kami mau dalma pernikahan nanti. Terutama masalah anak. Krn dia tahu aku ga suka anak, JD ga akan mau ngurus semuanya sendiri. Makanya disediain ART dan babysitter.
Masalah traveling pun kami bahas. Krn aku ga mau berhenti traveling. Nasib baiknya, Raka pun cinta traveling, JD memang dia selalu ngizinin aku tiap mau bepergian. Sebaliknya aku juga izinin dia kalo pergi2 kemana aja. Fair enough.
Intinya, kalo ga dpt suami yg bisa saling support, toleransi, susah siiih. Mau ga mau pilihannya bertahan atau cerai. Kalo bertahan, ya terpaksa ikutin apa titah suami.
Yg aku tekanin ke anak2', nikah itu ga mengerikan, asal dapat lelaki yg tepat. Dan utk anak cowoku, aku ajarin utk ga mengekang wanita. Semakin dikekang, biasanya mereka bakal semakin nakal 🤣
Aku malah kebalikannya mbak. Semenjak menikah, justru aku yang merasa kehilangan diriku sendiri. Banyak hobby yang aku tinggalkan, banyak waktu kumpul yang tak terlaksana karena harus jaga anak. Dan aku juga ga patriarki, karena hampir semua kerjaan di rumah aku yang kerjakan. Mulai dari cuci baju, sapu ngepel, sampe mandi dan nyebokin anak pun aku kerjain.
BalasHapusBeberapa hari terakhir aku mulai feeling stress, mungkin karena kurang refreshing dan me time. Tapi karena tak ada solusi, yowis akhirnya tabrakin ajalah. Biarkan diri ini seakan jadi robot.. less humanly, more productively.
Kalo ditanya kenapa kok mau ngerjain semua kerjaan itu yang notabene kerjaan istri. Jawabku yha... karena aku ga betah liat rumah berantakan. Dan aku ga suka nyuruh-nyuruh.
Pokoknya kalo ditanya apa jobdesk suami, buatku jawabannya simpel : apapun yang tidak dilakukan istri, maka itu tugas suami.
Salam kenal Mas Fajar
HapusSaya termasuk yang suka mengerjakan tugas domestik di rumah juga, tapi saya dan istri berbagi tugas, saling membantu. Jadi alhamdulillah ga stress ngerjainnya.
Saya juga tipe yang tidak suka lihat rumah berantakan, jadi apa-apa yang tidak dikerjakan istri, maka saya kerjakan, but no pressure, karena kalau cape, ya tinggalin aja dulu
banyak yang bilang kalau menikah bakalan kehilangan diri sendiri, tapi ga sepenuhnya bener. Sama seperti pendapat mba fanny, sebelum nikah kudu bahas dulu misi visinya mau dibawa kemana keluarga ini.
BalasHapuskadang memang ada pasangan yang nggak mau jujur gitu mbak, aku sering baca sih kasus kayak gini, taunya pas udah nikah, seperti misalnya soal tanggungan hutang di luar sana.
mentang-mentang udah nikah terus beban hutangnya ditanggung bersama, rasanya ga adil aja, enak banget tuh yang punya hutang, yang nanggung orang lain meskipun notabene udah jadi suami istri
Menikah idealnya membuat dua insan bertumbuh dan berproses tanpa kehilangan diri mereka sendiri. Saling mendukung satu sama lain, baik dari sisi kegiatan hingga hobby.
BalasHapusPaksu, hobby merakit gundam dan merawat aquarium baik berisi coral sampe ikan. Aku selaku istrinya, selalu mendukung selama tidak boros banget. Setidaknya ia bisa tetap menyalurkan hobby di tengah sibuk mencari nafkah. Pun dengan aku yang masih ingin bekerja dan berkegiatan secara positif, dia pun mendukung dan merestui. Jika salah satu dari kami berlebihan terhadap hobby, akan saling tegur dan mengingatkan. Intinya sama-sama paham hak dan kewajiban serta saling menghargai kalau sebelum menjadi pasangan kita adalah pribadi yang punya jati diri.
Menikah itu menurutku bertumpu bersama, dari saling mengenal, beradaptasi demi tujuan ibadah bersama. Dalam prosesnya jangan sampai hilang jatidiri, karena seharusnya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat ditempa badai kehidupan sehari-hari
BalasHapusmenarik ulasannya mba, buat yang belum menikah ini jadi bahan pengingat saat memilih pasangan, beruntungnya saat saya mendapatkan pasangan yang support banget dengan apa yang saya lakukan, mau jadi wanita karir boleh, mau sekolah lagi boleh dan lainnya, selama happy. Dan saat menikah pastinya hal itu semakin berkembang, aamiin.
BalasHapusSetuju banget! Menikah itu bukan akhir dari jati diri, tapi awal dari sebuah petualangan baru bersama pasangan. Justru dengan saling mendukung, kita bisa lebih mengenal diri sendiri dan tumbuh bersama.
BalasHapusIya, sedih juga melihat banyak orang yang merasa kehilangan diri sendiri sejak menikah
BalasHapusKalau kataku sih ya, itu bukan salah pernikahannya
Melainkan salah pilih pasangan
Kalau pasangan baik, pasti setelah menikah makin bahagia dan tidak kehilangan diri sendiri. Itulah mengapa sangat penting menikah dengan orang yang tepat
Sebab, kalau salah akan banyak penderitaan yang menghadang sepanjang pernikahan. Sedih ya dek, sedih
Menikah bukan kehilangan diri sendiri siih.. menurutku ini POV masing-masing orang bisa beda dalam memaknainya.
BalasHapusMenikah berarti bertumbuh. Kan gak selamanya kita mau diri sendiri terus dan apa-apaa sendiri. Jadi bertumbuhlah menjadi dua, lalu tiga dan seterusnya.
Proses.
Allah menciptakan bumi juga membutuhkan proses.
Jadi yaa, gimana persepsi sih yaa..
Gapapa kalau punya pendapat berbeda. Asal jangan saling serang karena ngerasa paling bener. Hehhee~
Kalau saya tergantung pada pernikahan masing-masing. Karena ada yang sudah menikah tapi tetap bisa berkarir, mengembangkan potensi dirinya, namun tetap memperhatikan keluarga. Dan kuncinya itu saling komunikasi suami istri. Pasti akan mendapatkan solusi yang terbaik.
BalasHapusKehilangan diri sendiri atau tidak setelah menikah memang tergantung seperti apa suami kita. Banyak di sekitar tempat tinggalku yang asal memilih suami hanya karena khawatir dibilang perawan tua.
BalasHapussebenarnya justru menikah itu awal dari lembaran baru. yang dilalui bersama dengan pasangan pilihan kita, melewati lika-liku kehidupan bersama. jadi penting banget untuk mencari pasangan yang tepat untuk diajak hidup bersama nantinya
BalasHapusTergantung pribadinya masing-masing sih. Ada yang sudah menikah, tapi tetap bekerja dan berkarir seperti teman-teman saya. Jadi setelah menikah pun, wanita masih bisa melakukan kesenangan masing-masing..
BalasHapusKalau aku menikah ya untuk saling melengkapi. Yang jelas segala macam yang jadi kekurangan ditambahkan dan yang jadinkelebihan dikurangkan. Harus sama sama bisa saling menyeimbangkan lah pokoknya. Tetep kadi diri sendiri namun lebih terukur
BalasHapusJujur agak shock sih setelah sempat lihat postingan di X tersebut. Perempuan banyak yg ketakutan. Lelaki jg demikian. Kalo aku sih, hidup ala kita aja ya meski pandangan org lain jg hrs didengarkan. Yg lbh penting lagi sih, komunikasi bersama pasangan. Itu komitmen yg trs kita tekankan sejak awal. Masalah kecil apapun, kita diskusikan bersama. Jgn ambil keputusan sendiri krn kita sdh bereluarga. Shg apa2 hrs ditanggung bersama.
BalasHapusAku gak pernah kelewat konten beginian yaak..
HapusSksksksk.. X-ku isinya kalok ga Kpop yaa.. Kdrama.
Jadi bingung kalo ada yang mendadak war masalah seputar kehidupan begini.
Kalau masalah mundurnya usia pernikahan dari generasi ke generasi, mungkin bisa dipahami sebagai pemahaman dan kesiapan fisik juga mental yaah..
Tapi, selebihnya.. memang kudu banget diperkuat dengan pemahaman agama. Kalau menikah adalah untuk ibadah.. menikah gak mungkin "Happily ever after", selalu butuh kompromi.. yaaa.. kompromi dengan diri sendiri, yaa.. dengan pasangan.
Mantap Mbak, jadi bener ya, soal menjadi diri sendiri ini harus dibicarakan sejak awal dari sebelum menikah. Kalau calon menerima dan berpotensi jadi suami pengertian, lanjut deh. Hehehe. Kalau soal perubahan hidup pasti adalah ya, namanya juga berubah status dari single jadi double. Eh...
BalasHapusCari suami yg tepat sebenernya berawal dari doa² yg dipanjatkan sejak gadis sih ya. Setelahnya juga jangan putus didoa, supaya bisa terus dikasih kelancaran dalam hidup berumah tangga.
BalasHapusItulah mengapa kriteria pasangan sangat penting kita perhatikan, bukan hanya sekedar cinta namun juga bagaimana pengertian, saling mendukung juga. Makanya penting sebelum menikah adalah memakai logika dalam menentukan pasangan dan diiringi dengan doa pula
BalasHapus