Senin, 19 Agustus 2024

Menikah Adalah Cara untuk Kehilangan Diri Sendiri? Jangan ya Dek!

 Belakangan viral screenshot komentar netizen mengenai pernikahan. Intinya kalau menikah, wanita harus siap kehilangan diri sendiri. Enggak bisa bebas berekspresi seperti dulu.

Masak sih? Hari gini? Eeeh apa ini korban patriarki. I am not a feminist tapi jelas menentang patriarki yang merugikan. Kalau kamu?



Kembali ke topik semula. Apa benar dengan menikah maka wanita jadi kehilangan jati diri? Kalau dipikir-pikir, setelah nikah nama juga berubah. Namaku berubah jadi Bu Aji (mengikuti nama suami).

Sementara setelah punya anak daku juga punya nama panggilan lain yakni Bunda Saladin. Yang terkenal anaknya bukan bundanya wkwkkw. Kalau nama blog dan IG emang pakai Bunda Saladin karena jujur nama asliku susah Avizena Elfazia Zen.



Setelah punya 2 nama baru lantas mikir daku tuh siapa? Apa hanya pantas menjadi istri atau ibu seseorang? Jangan sampai kehilangan diri sendiri, ah!

Pentingnya Memilih Suami yang Tepat

Oleh karena itu, seorang gadis wajib memilih calon suami yang tepat sebelum terlanjur akad nikah. Jika suaminya baik dan demokratis maka akan memperbolehkan istrinya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di luar (dalam konteks yang positif) atau mendukung istrinya untuk kuliah lagi. Mau kursus masak, baking, kursus rias, juga boleh.

Read: Suami Jago Masak

Pertanyaan untuk Calon Suami

Lantas bagaimana cara memilih calon suami yang tepat? Well, menikah bukan seperti memilih kucing dalam karung ya karena maunya kan bersama dia sampai maut memisahkan. Makanya wajib untuk selektif dan teliti dalam menyelidiki calon suami. Tujuannya untuk melihat apa dia punya bibit-bibit posesif atau justru demokratis sehingga istri tidak merasa kehilangan diri sendiri.



Makanya wajib kasih banyak pertanyaan ke calon suami. Visi dan misi hidup, apa istri dibolehkan kerja? Nanti anak dimasukkan daycare atau hire babysitter, dll. Jangan sampai visi dan misi hidup beda jauh sehingga pernikahan malah jadi asem, enggak manis sama sekali.

Baca: Pilih Daycare atau Babysitter

Kalau sudah kenal dekat ya kita main detektif-detektifan aja. Lihat semua sosial medianya, apa ada status yang bikin ilfil? Apa pernah berbuat kejahatan / a-su-sila? Bisa dilihat sebenernya kalau dia itu red flag atau bukan.

Bagaimana Jika Sudah Terlanjur Menikah?

Kalau sudah kadung nikah gimana? Yaa kadang ada sifat-sifat suami yang baru ketahuan setelah akad. Nyesek? Mau enggak mau kudu sabar dan adaptasi, selama tidak melanggar aturan ya wajib ditaati.



Kalau sudah terlanjur maka yang dilakukan adalah merayu. Hahhaaa pakai jurus rayuan biar suami luluh dan mengizinkan istrinya untuk berkegiatan. Karena dengan cara ini istri tidak akan kehilangan diri sendiri dan tetap enjoy meski harus menjalani rutinitas (sebagai IRT atau wanita karir).

Jalankan Hobi agar Tetap Menjadi Diri Sendiri

Kesimpulannya, istri harus tetap menjalankan hobi dan ikut kegiatan yang dia suka. Tujuannya agar tidak kehilangan diri sendiri. Oleh karena itu jadi suami tuh kudu tahu diri eh maksudnya wajib demokratis. Kasihan istri kalau merasa terkekang sehingga kehilangan dirinya sendiri dan merasa pernikahan adalah awal dari penderitaan.

12 komentar:

  1. Sebagai lajang, aku tetap merasa pernikahan dan kelg bukan buat semua orang :) Ada yg menikah sekedar daripada jadi perawan tua dan berakhir dgn perceraian atau anak2 yg jd traumatis sama orangtuanya sendiri. Jadi memang betul loh, jangan menganggap pernikahan adalah akhir dari jd diri sendiri. Kok kesannya kyk gimana gitu... Kan menikah berarti membuka lembaran baru dalam hidup :)

    BalasHapus
  2. Aku tergelitik untuk mengomentari gambar isi screenshot yang dipajang di awal blog. Mungkin itu pengalaman pribadi dia. Tapi hendaknya tidak menyiarkannya kepada orang lain, sehingga menggeneralisir keadaan seolah hal serupa akan terjadi pada orang lain. Padahal, ada buanyaaak orang yang menikah hidupnya baik-baik saja, bahkan menjadi jauh lebih baik dan bahagia ketika sudah bersuami dan memiliki anak.

    Belajar dan berproses, sehingga ada hasil dari adaptasi yang dipersiapkan dengan matang. Satu pihak ga bisa cuma menuntut pasangannya harus baik dan hampir sempurna, karena diperlukan upaya yang sama dari kedua belah pihak.

    Tapi aku setuju zaman now kalau cari pasangan harus banget cek dan ricek segalanya. Karena menjadi tahu lebih awal bisa menghindarkan kita dari hal2 tak diinginkan. Jangan sampai cinta buta lalu abai pada hal2 yang bisa merugikan di masa depan.

    Aku pribadi sangat bersyukur menikah, memiliki hidup yang lebih terarah dan insha Allah lebih banyak bahagianya dari pada cemasnya. Ga ada yang hilang, malah muncul dan menjadi ada. Tetep bisa bergaul, besosialisasi, melakukan hobi, tanpa pernah meninggalkan tugas sebagai ibu dan istri.

    Jika aku yang banyak kekurangan ini aja bisa, yang lain dengan segala kelebihannya pasti lebih bisa lagi.

    BalasHapus
  3. Konsep berhubungan sebaiknya saling membuat satu sama lain bertumbuh, buatku ya, segalanya butuh proses dan tidak perlu merasa kehilangan diri seh jika dalam prosesnya ada yang tidak sesuai, kan awalnya memang memutuskan bersama tentu sudah dipikirkan resikonya.

    BalasHapus
  4. Pilih suami yg tepat, itu udh cara paling bener. Walopun memang ga gampang, Krn bisa aja si suami berubah saat sudah menikah.

    Tapi aku bersyukur dulu bisa bicara baik2 Ama Raka sebelum nikah. Ttg apa yg kami mau dalma pernikahan nanti. Terutama masalah anak. Krn dia tahu aku ga suka anak, JD ga akan mau ngurus semuanya sendiri. Makanya disediain ART dan babysitter.

    Masalah traveling pun kami bahas. Krn aku ga mau berhenti traveling. Nasib baiknya, Raka pun cinta traveling, JD memang dia selalu ngizinin aku tiap mau bepergian. Sebaliknya aku juga izinin dia kalo pergi2 kemana aja. Fair enough.

    Intinya, kalo ga dpt suami yg bisa saling support, toleransi, susah siiih. Mau ga mau pilihannya bertahan atau cerai. Kalo bertahan, ya terpaksa ikutin apa titah suami.

    Yg aku tekanin ke anak2', nikah itu ga mengerikan, asal dapat lelaki yg tepat. Dan utk anak cowoku, aku ajarin utk ga mengekang wanita. Semakin dikekang, biasanya mereka bakal semakin nakal 🤣

    BalasHapus
  5. Aku malah kebalikannya mbak. Semenjak menikah, justru aku yang merasa kehilangan diriku sendiri. Banyak hobby yang aku tinggalkan, banyak waktu kumpul yang tak terlaksana karena harus jaga anak. Dan aku juga ga patriarki, karena hampir semua kerjaan di rumah aku yang kerjakan. Mulai dari cuci baju, sapu ngepel, sampe mandi dan nyebokin anak pun aku kerjain.
    Beberapa hari terakhir aku mulai feeling stress, mungkin karena kurang refreshing dan me time. Tapi karena tak ada solusi, yowis akhirnya tabrakin ajalah. Biarkan diri ini seakan jadi robot.. less humanly, more productively.

    Kalo ditanya kenapa kok mau ngerjain semua kerjaan itu yang notabene kerjaan istri. Jawabku yha... karena aku ga betah liat rumah berantakan. Dan aku ga suka nyuruh-nyuruh.
    Pokoknya kalo ditanya apa jobdesk suami, buatku jawabannya simpel : apapun yang tidak dilakukan istri, maka itu tugas suami.

    BalasHapus
  6. banyak yang bilang kalau menikah bakalan kehilangan diri sendiri, tapi ga sepenuhnya bener. Sama seperti pendapat mba fanny, sebelum nikah kudu bahas dulu misi visinya mau dibawa kemana keluarga ini.
    kadang memang ada pasangan yang nggak mau jujur gitu mbak, aku sering baca sih kasus kayak gini, taunya pas udah nikah, seperti misalnya soal tanggungan hutang di luar sana.

    mentang-mentang udah nikah terus beban hutangnya ditanggung bersama, rasanya ga adil aja, enak banget tuh yang punya hutang, yang nanggung orang lain meskipun notabene udah jadi suami istri

    BalasHapus
  7. Menikah idealnya membuat dua insan bertumbuh dan berproses tanpa kehilangan diri mereka sendiri. Saling mendukung satu sama lain, baik dari sisi kegiatan hingga hobby.

    Paksu, hobby merakit gundam dan merawat aquarium baik berisi coral sampe ikan. Aku selaku istrinya, selalu mendukung selama tidak boros banget. Setidaknya ia bisa tetap menyalurkan hobby di tengah sibuk mencari nafkah. Pun dengan aku yang masih ingin bekerja dan berkegiatan secara positif, dia pun mendukung dan merestui. Jika salah satu dari kami berlebihan terhadap hobby, akan saling tegur dan mengingatkan. Intinya sama-sama paham hak dan kewajiban serta saling menghargai kalau sebelum menjadi pasangan kita adalah pribadi yang punya jati diri.

    BalasHapus
  8. Menikah itu menurutku bertumpu bersama, dari saling mengenal, beradaptasi demi tujuan ibadah bersama. Dalam prosesnya jangan sampai hilang jatidiri, karena seharusnya bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat ditempa badai kehidupan sehari-hari

    BalasHapus
  9. menarik ulasannya mba, buat yang belum menikah ini jadi bahan pengingat saat memilih pasangan, beruntungnya saat saya mendapatkan pasangan yang support banget dengan apa yang saya lakukan, mau jadi wanita karir boleh, mau sekolah lagi boleh dan lainnya, selama happy. Dan saat menikah pastinya hal itu semakin berkembang, aamiin.

    BalasHapus
  10. Setuju banget! Menikah itu bukan akhir dari jati diri, tapi awal dari sebuah petualangan baru bersama pasangan. Justru dengan saling mendukung, kita bisa lebih mengenal diri sendiri dan tumbuh bersama.

    BalasHapus
  11. Iya, sedih juga melihat banyak orang yang merasa kehilangan diri sendiri sejak menikah
    Kalau kataku sih ya, itu bukan salah pernikahannya
    Melainkan salah pilih pasangan
    Kalau pasangan baik, pasti setelah menikah makin bahagia dan tidak kehilangan diri sendiri. Itulah mengapa sangat penting menikah dengan orang yang tepat
    Sebab, kalau salah akan banyak penderitaan yang menghadang sepanjang pernikahan. Sedih ya dek, sedih

    BalasHapus
  12. Menikah bukan kehilangan diri sendiri siih.. menurutku ini POV masing-masing orang bisa beda dalam memaknainya.
    Menikah berarti bertumbuh. Kan gak selamanya kita mau diri sendiri terus dan apa-apaa sendiri. Jadi bertumbuhlah menjadi dua, lalu tiga dan seterusnya.

    Proses.
    Allah menciptakan bumi juga membutuhkan proses.
    Jadi yaa, gimana persepsi sih yaa..

    Gapapa kalau punya pendapat berbeda. Asal jangan saling serang karena ngerasa paling bener. Hehhee~

    BalasHapus