Rabu, 14 Agustus 2024

Cara Mendidik Anak Laki-Laki agar Kelak Jadi Gentleman dan Tidak KDRT

 Semalam heboh berita seorang selebgram cantik dan dianaya oleh suaminya sendiri. Netizen jadi gemas dan mencaci laki-laki itu karena dia juga dengan sengaja melakukan KDRT ke anaknya yang masih bayi! Aduuh, beneran jadi ingat quote yang beberapa hari ini sedang viral di media sosial, marriage is scary.

Sebenarnya menikah itu tidak menyeramkan asal suaminya baik dan taat pada aturan agama. Masalahnya, kadang dia baru ketahuan ‘belangnya’ saat sudah menikah.


             Sudah ditangkap suaminya - foto pinjam dari Detik

Dari kasus-kasus KDRT yang viral ini daku jadi mikir, apa sih yang menyebabkan laki-laki jadi toxic? Salah satunya adalah didikan waktu kecil. Mostly lelaki toksik datang dari keluarga toksik juga, yang bilang kalau memukul istri itu tidak apa-apa.

Baca: Jangan KDRT ke Anak

Oleh karena itu tugas kita sebagai orang tua bertambah satu yaitu menyiapkan anak laki-laki jadi pemimpin yang beriman, mandiri, berbudi baik, gentleman, dan tidak akan pernah melakukan KDRT jika menikah kelak. Bagaimana nih caranya biar si boy tetap jadi manis dan tidak berubah jadi red flag saat dewasa?

Jangan Ada Pukulan di Rumah

Seperti yang sudah daku tulis di atas, laki-laki toksik biasanya punya orang tua yang toksik. Misalnya memperbolehkan pukulan, jeweran, cubitan keras sampai biru memar, bentakan dan teriakan, dll. Bahkan mukulnya juga pakai alat seperti sapu atau ikat pinggang.



MENGAPA KALIAN TEGA MEMUKUL ANAK SENDIRI WAHAI ORANG TUA! MEREKA JUGA MANUSIA WALAU MASIH KECIL!

Gemass daku gemaasss sampai nulis pakai huruf besar semua. Karena daku tuh pakai cara gentle parenting dan anti banget dengan kekerasan di rumah. Sudah terlalu banyak cerita korban pemukulan (saat dia kecil) dan waktu sudah besar malah menderita, kurang percaya diri, atau malah jadi pemarah. Persis seperti orang tuanya.



Kalau anak dari kecil sudah dipukuli maka dia akan punya memori tentang pemukulan. Akibatnya dia menormalisasi kesalahan. Akhirnya saat menikah menganggap memukul adalah hal yang biasa. Ingat ya, jangan pernah menormalisasi kesalahan meski dengan alasan mengajari anak. Justru anak yang biasa dipukul malah menjauh dari orang tuanya saat dewasa.

Mendidik dengan Kasih Sayang

Bukankah lebih baik mendidik anak dengan kasih-sayang? Jika Tuhan Maha pengasih mengapa umat-Nya malah melakukan kekerasan? Tidak takutkah kalian ketika anak sudah besar lalu melakukan balas dendam dengan alasan orang tuanya mendidik dengan kekejaman, alih-alih mengajari dengan penuh cinta?



Mendidik dengan kasih-sayang bisa dimulai dengan memanggil anak ‘sayang’ atau panggilan yang baik. Mengajarinya dengan sabar. Meluruskan kesalahannya dengan halus. Menyayangi bukan berarti terlalu memanjakan karena bisa diiringi dengan disiplin.

Mengancam Anak? Oh No!

Kekerasan dalam rumah tangga juga bisa berbentuk verbal. Kalau anak sudah diancam, dimarahi, atau dipanggil dengan sebutan buruk, bagaimana hasilnya? Dia kelak jadi orang dewasa yang suka misuh dan emosian. Enggak mau kan?

Manajemen Emosi Ketika Marah

Nah, saat sudah terlanjur marah, perlu banget manajemen emosi. Tahan napas, tunggu sampai tenang, baru hampiri anak. Cuci muka, wudhu, minum dulu biar tenang. Jika orang tua pandai manajemen emosi maka anaknya juga tidak akan jadi pemarah.

Read: Mengatasi Anak Pemarah

Selesai dengan Diri Sendiri

Cara manajemen emosi juga dengan selesai dengan diri sendiri. Bisa jadi kita tuh suka ngamuk atau melakukan hal-hal buruk, akibat luka-luka pengasuhan di masa lalu. Hubungi bantuan profesional seperti psikiater, psikolog, konselor, atau terapis emosi agar benar-benar sembuh, dan memutus mata rantai kekerasan.



Mendidik anak memang butuh effort apalagi kalau anaknya laki-laki, yang bakal menjadi pemimpin rumah tangga. Ayo kita ajari ia agar jadi orang yang penyayang, mudah meminta maaf dan memaafkan, mandiri, dan tidak menyelesaikan segala sesuatu dengan kekerasan. Semoga kelak tidak ada lagi kasus-kasus KDRT yang membuat netizen heboh dan ikut merasa sakit hati.

14 komentar:

  1. Yeeppp karena ternyata mertua Armor juga dah tau klo anaknya hobi nyiksa istri
    So...perilaku KDRT memang biasanya dari nurturing dan pola parenting yg buruk.

    semamgaattt para ortu

    BalasHapus
  2. Iya, akhir-akhir ini dibikin geram sama kejadian KDRT. Kebayang betapa ngeri di KDRT in bertahun-tahun, mana punya anak bayi 😭😭. Pembelajaran berharga banget buat para ortu dan calon ortu, untuk lebih bisa mendidik anak-anak dengan cara yang bijaksana.

    Jangan ada kekerasan, sekesal apapun. Please atasi dulu kesalnya jangan dilampiaskan ke anak. Anak merekam, mengingat dan mencopy paste kejadian-kejadian buruk semasa kecilnya.

    Semoga perilaku KDRT mendapatkan hukuman setimpal dan dibuat jera. Sehingga tidak ada lagi orang atau korban KDRT 😇. Menikah kan tujuannya ibadah, janganlah dinodai dengan kekerasan.

    BalasHapus
  3. Kadang mikir juga, sepertinya laki2 yg suka KDRT apakah waktu kecil sering melihat ibunya di KDRT sama bapaknya (pernah baca dan sering nonton kayak gini) tapi sebenarnya si anak bisa mengambil pelajaran dan berbuat sebaliknya. Kan, sudah lihat ibunya betapa menderitanya jadi korban KDRT. Ini sih harapanku saja.

    BalasHapus
  4. Ga abis pikir dengan orang2 yg melakukan kekerasan terhadap keluarganya ini. Apalagi terhadap bayi juga. Bayiiii gitu loh. Ada salah juga ga. Mbok ya kalo memang ga yakin bisa berkeluarga, ya jangan nikah.

    Dan aku pun yakin mba, kalo Orang2 toksik begini Krn memang salah pendidikan di awal. Lah buktinya ortu si cowok pengecut itu, juga tahu anaknya begitu. Tapi diem aja. Kan berarti memang toksik banget. Kalo aku tahu anak laki ku kdrt ke istrinya, aku yg bakal seret dia ke penjara dan mendingan istrinya cerai deh.

    Jangan pernah melegalkan kdrt, dan menganggap itu normal dilakukan. Aku ga bakal pernah membiarkan suamiku mukul aku , sedikit aja pun ga akan kubiarin. Pernikahan pertamaku langsung gagal pas si mantan berani nyakitin pake verbal abuse dan ketahuan selingkuh. Ga ada kesempatan kedua, aku LGS ajuin divorce. Verbal abuse aja aku ga trima, apalagi fisik.

    Biasanya pelaku makin sering mukulin pasangannya, Krn pasangannya diem aja. JD mereka pikir ga bakal ketahuan dan bikin kecanduan mukul pasangannya. Ga usah berharap mereka tobat deh.

    Makanya, anak laki2 hrs dididik dengan kelembutan memang. Bukan kekerasan. Supaya mereka tahu cara membimbing istrinya kalo kelak sudah menikah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Menormalisasi kesalahan adalah sebuah kesalahan.

      Hapus
  5. Saya setuju bahwa mendidik anak laki-laki untuk menjadi gentleman adalah tanggung jawab kita bersama. Selain mengajarkan tentang hormat pada perempuan, kita juga perlu membekali mereka dengan keterampilan komunikasi yang baik agar bisa menyelesaikan masalah tanpa kekerasan.

    BalasHapus
  6. Iya miris banget dengan kasus selebgram ini terjadinya sudah empat tahun dan ortunya tahu ya Allah, suaminya stres banyak hutang ya anak istri jadi pelampiasan...semoga anak lelaki kita tumbuh jadi lelaki penyayang ya

    BalasHapus
  7. Jadi suami tuh kodratnya harus banyak ngalah sama perempuan. Ga boleh pake kekerasan, dan ga boleh enteng ngomong kasar.

    Ga abis pikir sama laki-laki seakrang tuh, kadang udah mah pengangguran (istrinya yang kerja).. Segala pake KDRT pula. Nganu, itu harga dirinya dimana coba?
    Laki-laki tuh harusnya strong.. berani banting tulang demi keluarga. Bukannya malah jadi benalu.

    BalasHapus
  8. Sejujurnyaaaa..
    Aku gak berani komentar banyak mengenai kasus ini. Karena sedari awal pernikahan, aku rasa ini perkenalan yang baik. Sama-sama memiliki tujuan yang baik, yakni pernikahan.

    Kalau ada kekerasan dalam rumahtangga, memang disarankan untuk berpisah. Semoga ada jalan keluar yang terbaik bagi keduanya.

    Kalau aku secara pribadi, selain pembekalan dan contoh yang baik dari orangtua, aku pikir penting banget untuk sama-sama terus belajar agama.

    Kadangkala, kita tuh mikir, yaudalaa...yang penting uda sholat, ngaji, cukup. Tapi yang lebih penting dari itu adalah terus mau belajar agama dan mengejar ilmu syari, dikelilingi teman-teman shalih shaliha dan menghindari sosial media berlebihan.

    **aku juga jadi ke-trigger karena kasus begini jadinya yaak..
    Brasa di dunia ini gak ada yang bener siih..??

    BalasHapus
  9. selalu dapat pembelajaran banyak dari tulisannya bunda saladin terutama untuk yang KDRT ini anak-anak memang harus sudah dididik dari kecil ya bun

    BalasHapus
  10. Setujuu mbak, memori anak-anak saat masih kecil termasuk kuat, kalau dari kecil dia udah dipukuli, sampe gede dia bakalan keinget juga,.
    Dan bisa jadi hal ini bakalan dia teruskan ke anaknya kelak, dan ujung-ujungnya KDRT juga nanti ke istrinya.

    Dulu rame banget berita yang mana korban KDRT ga berani buat speak up, sampe muncul campaign mengenai berani untuk speak up. Entah apa yang ada dipikiran korban kenapa dia tidak berani untuk melaporkan hal ini, mungkin ada pertimbangan tertentu yang dipilihnya untuk tetep bertahan

    BalasHapus