Siapa sih yang saat ini enggak punya HP? Rasanya hampir semua orang punya smartphone, bahkan anak kecil sekalipun. Meski kondisinya bekas.
Beberapa tahun lalu
daku tuh shock karena anak—anak kecil
di kampung ibu mertua punya HP sendiri. Katanya, mereka tuh kalau punya uang
(misalnya dari angpao lebaran) langsung dibelikan smartphone. Wiih, dapat angpao banyak berarti. Orang tuanya pun
mendukung mereka.
Fenomena
Anak Punya Smartphone
Jumlah anak yang punya
HP makin banyak nih. Enggak hanya anak SMP (eh itungannya remaja ya?) tapi juga
anak SD, bahkan TK! Hulala!
Ada berbagai macam
alasan anak dikasih HP oleh orang tuanya. Pertama, ada yang merasa punya HP
adalah ‘prestise’ sehingga bisa dianggap orang kaya.
Kedua, ada yang memang
ngasih smartphone karena disuruh oleh
sekolahnya. Jadi ketika bu guru menerangkan terus para murid disuruh cari di
HP, mau enggak mau ya ke sekolah harus bawa gadget.
Memang sih harga ponsel
lebih murah daripada laptop. Apalagi yang bekas, ada yang harganya
500-800ribuan saja.
Ada juga yang ngasih
(atau meminjamkan) HP ke anak TK dengan alasan ‘biar anteng’. Nanti anaknya pas
makan bisa fokus nonton YT. Enggak lari-larian atau melakukan aktivitas yang
bikin bundanya kudu mengejarnya.
Efek
Negatif Pegang HP Terlalu Dini
Tapii ada efek negatif
juga dari anak yang main HP melulu, apalagi kalau punya sendiri. Pertama, dia
bisa seenaknya pencet-pencet lalu tidak sengaja ‘beli’ asesoris di game. Karena
ponsel masih pakai email orang tuanya (dan ada akses ke nomor dompet online) maka uang di sana juga tersedot.
Ada juga cerita dari
seorang influencer di IG. Anaknya di-bully oleh anak lain karena sedang
membuat kampanye anti game online. Ternyata
ada banyak game yang berbahaya untuk anak-anak karena mengandung kekerasan. Tapi
yang bikin campaign bagus gini malah
kena cyber bullying, plus dia juga
dipukul di sekolah.
Dipukul? Iyaa karena
salah satu penonton videonya adalah teman satu sekolah. Kok ngeri ya?
Boleh
Punya HP, Asal Ada Syaratnya
Daku tidak mengharamkan
anak pegang HP karena gadget juga
bisa dibuat sarana belajar. Misalnya Saladin saat ini (11 tahun) sudah fasih
bahasa inggris karena suka nyimak video tutorial di YT. Dia juga jadi belajar
huruf-huruf seperti Urdu (Pakistan), huruf Rusia, dll.
Akan tetapi perlu ada
aturan yang ketat dan harus dipatuhi oleh anak. Jangan sampai anak jadi nonton
atau main game melulu sampai lupa tidak garap PR.
Pertama, jika memang
butuh HP untuk belajar (karena belum punya laptop) maka hanya boleh diakses
maksimal 2 jam dalam sehari. Baik di hari sekolah maupun libur. Kemudian, anak
tidak boleh sembarangan download game
atau aplikasi lain (apalagi yang berbayar).
Ada juga proteksi
dengan family link pake Google
control. Untuk lebih jelasnya cek di mbah Google ya!
Jadi menurut kalian
gimana? Di usia berapa anak boleh punya HP sendiri? Semua tergantung kebijakan
orang tua ya. Kita harus bijak dalam mengatur dan mendidik, serta memberlakukan
aturan maksimal screen time untuk
anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar