Apa, dapat nilai 6? Rasanya daku sangat shock ketika Saladin menyerahkan lembar hasil ujian matematika. Biasanya dia mendapatkan nilai 80, minimal 75, tapi di UAS semester ini hanya 66. Dia pun agak murung karena harus remidi karena nilainya di bawah KKM.
Saladin yang akan naik
ke kelas 6 langsung cemberut. Ya, bagaimana lagi. Ketika naik kelas maka
soal-soal matematika (dan pelajaran lainnya) juga naik level. Apalagi setelah
kulihat soalnya, lebih ke penalaran. Jadi para murid tidak sekadar menghitung
keliling dan luas segitiga, kotak, dll, tetapi juga memakai logika (terutama
pada soal cerita).
Daripada mumet sendiri lebih baik Bunda dan
Ayahanda memotivasi anak, dengan cara-cara seperti ini:
1.
Jangan Dimarahi
Masih ingat enggak
adegan ketika Nobita diomeli oleh ibunya karena mendapatkan nilai nol? Atau
saat Giant jadi emosi karena dimarahi juga oleh ibunya. Saat ibu selalu marah,
apalagi karena penyebabnya nilai anak yang jelek, maka berdampak pula ke anak.
Oleh karena itu, anak
jangan dimarahi secara berlebihan, apalagi sampai teriak-teriak bahkan main
tangan. Nanti jika Bunda kelepasan emosi, bisa berakibat buruk pada mental
anak. Enggak mau kan mereka jadi menjauh, bahkan saat dewasa?
Sabar ya! Nilai jelek
bisa diperbaiki tapi sakit hati bisa susah disembuhkan. Apalagi jika tidak ada
pertolongan dari profesional (psikolog / psikiater).
2.
Peluk Erat dan Validasi Emosinya
Anak bisa punya beragam
reaksi saat nilainya jelek. Ada yang cuek, ada yang marah, ada pula yang sedih.
Tugas kita sebagai orang tua adalah mendekatinya, memeluk, dan memvalidasi
emosinya. Biarkan dia mengeluarkan emosi negatif (asal tidak berbahaya).
Baru ketika anak sudah
tenang, didekati baik-baik, diajak makan bersama, lalu ditanya bagaimana
perasaannya. Dengan cara ini maka anak akan paham bahwa orang tuanya perhatian
dan berusaha memvalidasi emosi.
3.
Jangan Menjelek-jelekkan Pelajaran atau Gurunya
“Memang matematika itu
sulit, Mama dulu enggak bisa!” Atau, anak diajak untuk membenci sang guru yang
cara mengajarnya kurang enak.
Wahh jangan sampai
menjelek-jelekkan pelajaran tertentu ya. Nanti anak malah semakin membenci dan
beneran tidak bisa. Padahal segala sesuatu bisa dipelajari, asal kita telaten
dan memiliki tekad kuat.
4.
Memberi Tahu Manfaat Suatu Mata Pelajaran
Daripada
menjelek-jelekkan, bukankah sebaiknya kita memberi tahu manfaat suatu
pelajaran? Jadi anak akan tahu kegunaan belajar matematika, untuk menghitung
uang, menakar bahan-bahan kue, menghitung luas kue yang akan dipotong, dll.
Kegunaan dari pelajaran bahasa inggris adalah anak bisa lancar komunikasi
dengan orang asing, asyik conversation
ketika traveling ke luar negeri, dll.
Saat anak tahu manfaat
suatu pelajaran maka dia akan termotivasi. Dia tak akan lagi membencinya tetapi
belajar untuk mencintainya.
5.
Latihan dengan Cara yang Menyenangkan
Nah, ketika anak sudah
cukup termotivasi maka saatnya latihan. Bisa dengan cara yang menyenangkan, tak
harus mengerjakan beragam soal di buku. Misalnya saat belanja di minimarket,
anak bisa belajar mengenai satuan (gram, millimeter, dll), menghitung total
belanjaan, dll. Secara tidak langsung dia akan belajar matematika.
Membesarkan hati anak
memang butuh trik khusus tetapi bukan berarti tak bisa dilakukan. Yang penting kita
juga harus ikhlas dan menerima bahwa anak punya kelemahan di beberapa mata
pelajaran. Kemudian mencari cara agar nilainya bisa naik, misalnya dengan
latihan tiap hari, atau mengundang guru les ke rumah, dll. Gimana, pernahkah
anak sedih saat nilainya jelek?
Kalau saya dulu nggak pernah terlalu peduli dengan nilai anak sih, tapi setelah SMP ini agak keras, karena si kakak kok ya malas belajar.
BalasHapusYa kalau dia dapat nilai jelek tapi emang udah mati-matian belajar, nggak masalah.
Nah yang jadi masalah ini, nilainya jelek karena dia malas belajar, pusing jadinya maknya hahaha
Ini tricky emang, bun. Dulu untungnya anak-anak termotivasi karena teman-temannya les dengan guru-guru kesayangan mereka. Berangkatnya ke tempat les sengaja janjian jadi tambah semangat!
BalasHapusNah sekarang udah pada gede, kan jadi biaya lesnya aduhai, jadilah saya memberikan kuota tambahan untuk buka youtube dan les online!
Saya ingat dulu waktu sekolah, mau dapat nilai berapapun nggak pernah dimarahi ortu. Selalu disupport dan dimotivasi. Ini jadi pembelajaran juga buat saya memperlakukan anak. Yang terpenting anak suka dulu sama belajar, kalau dimarahi gara-gara nilai takutnya jadi trauma dan ilfeel sama pembelajarannya dia..
BalasHapus