Hai guys, pakabar klean? Hari ini mau bahas tentang pasangan yang tidak kompak. Misalnya nih ada anak yang cenderung lebih dekat ke bundanya, karena sang bunda lebih ekspresif dalam mengutarakan kasih-sayang. Plus, bunda juga lebih manjain, jadi si anak minta uang jajan atau yang lain ya ke bunda.
Namun
kalau ke ayahnya? Anak cenderung biasa saja. Dia malah cenderung takut karena
sang ayah mendidik dengan tegas. Misalnya anak ditegur dengan suara keras,
karena masih melek padahal sudah
waktunya untuk tidur. Anak juga dihukum dengan cara dikurangi jatah uang
sakunya karena ia ketahuan berbohong.
Bagiku
disiplin dalam mendidik itu tidak apa-apa ya. Apalagi kalau anaknya laki-laki.
Asal tidak main fisik.
Baca:
Dilarang KDRT ke Anak
Orang
Tua yang Tidak Kompak dalam Pengasuhan
Fenomena
ini sering terjadi, dan bisa juga sebaliknya. Misalnya kalau sang ayah
cenderung manjain, apa-apa dibelikan. Namun bundanya cenderung lebih keras dan
disiplin. Otomatis sang anak cenderung lebih dekat ke ayahnya, bahkan minta
dikelonin (waktu masih balita).
Akan
tetapi ada kelemahannya. Jika orang tua tidak kompak maka anak akan bingung.
Dia nurut ke ayah atau bunda?
Misalnya
saat anak ingin makan es krim. Sang bunda melarang sementara ayah malah
diam-diam membelikan. Padahal anak lagi pilek, kok malah diturutin? Walhasil
bundanya yang mumet karena anaknya
tidak kunjung sembuh.
Kalau
anak kebingungan seperti ini maka bahaya karena berlanjut sampai masa remaja /
dewasa. Dia akan berpikir bahwa melanggar peraturan itu tidak apa-apa. Buktinya
sang ayah selalu mendukungnya, padahal bunda melarang demi kebaikannya.
Karena
Didikannya Berbeda
Kok
bisa sih ada orang tua yang tidak kompak? Ya namanya manusia, didikannya
berbeda-beda. Bisa jadi bunda yang tegas, dulu (waktu kecil) juga diajari
dengan tegas oleh orang tuanya. Begitu juga dengan sang ayah.
Makanyaa
sebelum punya anak, bahkan sebelum menikah, wajib ada pembicaraan penting
mengenai pola pengasuhan anak. Kalau
perlu ada perjanjian tertulis biar tidak lupa. Jangan diremehkan lho karena
berpengaruh penting pada masa depan anak.
Orang
tua memang wajib kompak dalam mengasuh. Jangan sampai ada yang diam-diam
membelikan barang yang dilarang (misalnya es waktu anak sakit). Karena anak
akan merasa bundanya ‘jahat’ karena suka melarang, padahal larangan itu karena
sayang.
Solusinya
Adalah
Bagaimana
jika anak sudah terlanjur merasa bunda atau ayahnya ‘jahat’ karena suka
melarang / mendidik dengan tegas? Oleh karena itu yang perlu diperbaiki adalah pola komunikasi. Sehingga anak akan
mengerti maksud orang tuanya.
Anak
wajib diberi tahu alasan mengapa ia dilarang melakukan sesuatu. Misalnya
dilarang tidur di atas jam 9 malam, karena nanti paginya ngantuk dan terlambat
masuk sekolah. Anak juga diberi pengertian bahwa tidak semua mainan harus
dibeli karena uangnya untuk kebutuhan lain, misalnya beli sepatu, buku, dll.
Sebenarnya
anak bisa kok diberi tahu secara baik-baik, asal orang tuanya sabar. Jadi
memang harus paham bagaimana pola komunikasi ke anak, mengetahui karakternya,
apa dia introvert / ekstrovert, karena penanganannya beda-beda. Yuk semangat
dalam mengasuh dan kompak dalam parenting.
seiring waktu kita belajar bahwa rasa sayang ibu dan ketegasan ayah adalah dua sisi mata uang yang sama berharganya. Kasih sayang ibu bagaikan pelukan hangat yang selalu siap menerima apa adanya. Ketegasan ayah bagaikan kompas yang menuntun ke jalan yang benar.
BalasHapusSering banget menemui hal ini. Ibu cenderung ekspresif menunjukkan rasa sayangnya pada anak. Sementara ayah cenderung diam. Sayang sih. Tapi, ditunjukkannya lewat sikap yang tegas.
BalasHapusKomunikasi emang paling penting ya. Dalam hal apapun.
Komunikasi memang paling penting bukan cuma soal mendidik anak, tapi segala macemnya yg ada di rumah tangga. Kalo pun nggak kompak, setidaknya cari titik tengahnya supaya adil gitu.
BalasHapusYang aku sering baca keluhan netizen tuh, ayah-ibu kompak, tetapi kakek-nenek nih yg merusak disiplin yang udah diterapkan ortu. Ambyar deh...
BalasHapusYang aku lihat juga, kalau ayah-ibu engga kompak, anak jadi cari-cari siapa yang paling menguntungkan buat dianya...
Gawat deh...
pola pengasuhan anak memang harus kompromi antara ayah dan ibu ya. biar lebih kompak dan makin baik
BalasHapusKalo di kami,, bunda ekstrim tapi baba super sabar. Ä°ni aku yang sering dapat siraman rohani paksu karena terlalu keras sama anak. Apalagi klo kesabaran ini sudah habis.
BalasHapusPeran ayah dan ibu dengan komunikasi yang kompak jadi kuncinya ya kak berarti? Wuah ini sih pengingat ciamik buat calon orangtua
BalasHapusMba saya selalu menunggu cerita mba soal keluarga, suka ada hal yang unik apalagi kalau cerita Saladin, btw mungkin karena perempuan lebih lembut ya jadi lebih mudah kalau menunjukan sayangnya sementara kalau lak-laki cenderung kaku jadi bentuk kasih sayangnya ga begitu mudah diungkapkan
BalasHapusNah bener antara ayah ma ibu aja cara ngasihnya beda apalagi klo serumah ma kakek nenek
BalasHapusIya bun, kebanyakan emaknya sabar meskipun kadang hobi teriak-teriak, tapi bapaknya lebih ngga sabar ahahaha. Biasanya langsung aku briefing di lain hari, jadi nggak di depan anak
BalasHapusSepakat sih. Sbg ortu kita jg hrs selaras dlm memberikan pendidikan ke mereka. Termasuk dlm hal komunikasi ini. Jgn sampe beda.
BalasHapusSodaraku yg pny anak skrg malah agak stres krn pola pengasuhan berbeda. Tiap bulan hrs sering konsuk ke domter utk menyeledaikan masalahnya.
Ini pembelajaran buat kita semua sih. Nikah jgn dikira enaknya aja. Ada hal2 kyk gini yg hrs diperhatikan.
Hehe kalau aku sebaliknya, bundaku galak ayahku nggak
BalasHapusGitu kata anak anakku
Emang kadang, orang tua bisa g kompak ya
Iya betul, sebisa mungkin, sebelum menikah sudah harus membahas soal pola asuh ini, jangan sampai berbeda nanti pas sudah nikah dan punya anak. Tidak baik juga kalau pola asuh antara ibu dan anak sangat berbeda.
BalasHapusKadang kami juga gak kompak dalam mendidik anak. Ya gitu deh. Kalau urusan jajan apalagi beli mainan elektrik, anak sama bapak kompaknya minta ampun.
BalasHapusSaya udah ngelarang aja mereka tetep beli. Hahahaa
Pola kebersamaan antara orangtua dan anak di rumah benar-benar turut memberi pengaruh dalam bentuk kedekatan sih ya. Kebanyakan memang si anak jadi lebih dekat sama salah satu orangtua sih, kalau memang nggak kompak. Inti dari segalanya memang komunikasi ya. Sebagai dua orang dewasa di rumah, beneran harus berlatih berkomunikasi yang baik nih, apalagi kalau sudah ada anak.
BalasHapusKomunikasi pasangan suami istri itu memang penting dalam pengasuhan kepada anak-anak, kalau tidak mereka pasti bingung dengan sifat orang tua yang kontradiktif
BalasHapusWah saya dan keluarga banget ini. Gara gara ayahnya anak dan saya sering berseberangan kalau mendidik anak, jadinya anak bilang ibu mah galak, ayah baik, ya gitu deh...
BalasHapusMakanya setelah selesai SD, saya niat mengirimkan anak ke pondok biar bisa mandiri tanpa intervensi ayahnya
wajib banget ngobrolin pengasuhan anak dengan pasangan, biar anak gak heran, kok bunda boleh tapi ayah gak boleh dan anak tau aturan-aturan yang berlaku di rumah
BalasHapusOrang tua harus sering komunikasi dan saling mengingatkan. Karena pola didik setiap keluarga itu berbeda dan pasti terbawa saat menjadi orang tua..
BalasHapusMemang penting kekompakan orang tua dalam mendidik anak. Jangan ibunya mulu yang dituntut. Ayah juga punya kewajiban untuk mendidik anak. Kerjasama yang baik akan membuat anak tumbuh menjadi anak cerdas dan penuh cinta kasih karena disayang kedua orang tuanya
BalasHapussaya sepakat seperti komennya ka yonal, pola asuh harus dikomunikasikan dan disepakati. tapi ini tergantung pola asuh masing masing juga yang sesuai dengan karakter dan value keluarga.
BalasHapusmisal, saya pribadi ibu yang tipe tegas, disiplin sementara ayahnya justru sebaliknya kebagian sisi lembut.
disini bisa jadi kerjasama yang solid sih menurut saya and it works di keluarga saya.
jadi, ketika saya mendisiplinkan anak seperti gak main ke balong lagi ( dalam seminggu bisa 3kali main di balong) karena alasan higienis dan kuman, setelah saya larang dan situasi udah cooling down baru dikasih pengertian kenapa saya melarang.
saya galak? ya! kalau gak gitu menurut saya anak gak akan ada rasa segan. setelah itu, biasanya saya "curhat" ke suami, tadi anak anak main lagi ke balong, semua badan penuh lumpur.
setelah ini biasanya, suami ajak ngobrol anak dan kasih pengertian kenapa mamah larang main di balong dan ini itu. tapi gak ada penekanan, mamah galak atau mamah salah udah marahin. justru sebaliknya, pendekatan suami lebih menekanankan apa yang dilarang mamah baik itu kalian. jadi, nanti nurut ke mamah.
mungkin yang sering terjadi adalah, ketika mamah "galak" sang ayah ada terbesit feeling being hero yang menyelamatkan anak anak dari mamah galak tanpa mengkomunikasikan kenapa mamah marah dan melarang ini dan itu. makanya anak jadi bingung karena kontradiktif lantas pro ke salah satu orangtua.
alhamdulillahnya dengan cara ini, anak anak berimbang. untuk urusan jajan dan minta anter main jauh yang pake motor pasti minta ayahnya, tapi kalau pengen cerita atau curhat and ofkors minta dibikinin cemilan, minta ke mamahnya , hehe.
jadi intinya, memang komunikasi dengan pasangan. which means emang harus ada peran pendisiplin dan pelembut agar berimbang.
ya ampun baru sadar komennya panjang, hahahaha. bisa jadi satu artikel ini mah. seru sih pembahasannya ^0^
Hapustapi memang pola asuh anak itu harus dibicarakan dari awal berdua ya. supaya bisa sama tujuannya dan ketika di mata anak ada salah satu yang dinilai kurang menyenangkan, satu laginya bisa ngasih pengertian
BalasHapusBener ya, memang dari pondasi orang tuanya dulu harus kuat biar anak jg nggak bingung mau ngikutin siapa. Kalo sejalan, diterima anak jg jd lebih masuk akal
BalasHapusAwal mula menjadi orang tua susah banget buat kompakan dengan pak suami dalam hal pola asuh ke anak. Suami lebih suka menuruti apa maunya anak, tapi saya lebih tegas. Namun, seiring berjalanny waktu dengan membangun komunikasi yang baik, akhirnya sekarang kami lumayan kompak meskipun belum 100%. Memang komunikasi itu penting banget ya...
BalasHapusKomunikasi adalah koentji. Emang ya ayah dan ibu harus kompak. Jangan sampai yang satu membolehkan, sementara yang lain melarang. Perlu kekompakan, juga visi misi yang sama. Menjadi orang tua memang nggak mudah...
BalasHapusSetuju kak, pola pengasuhan anak ini emang lebih baik dibicarakan bersama pasangan. Supaya bisa kompak dalam menerapkan aturan. Lalu kalau terlanjur berbeda memang mesti dikasih penjelasan ke anak. Aku setuju kalau anak juga akan memahami kalau diberikan pengertian secara baik-baik
BalasHapusBahaya juga tuuh kalau antara papa dan mama tidak ada kesepakatan bagaimana mendidik anak. Anak jadi kayak lepas aja gitu, tinggal milih aja pas butuh apa, maka yang dirasanya inferior yang akan 'dimanfaatkan' olehnya. Respek pada ortu tidak berarti harus takut loh. Asalkan berdua sama2 disiplin dan ada kesepakatan untuk mengarahkan anak, Insya Allah anak akan melakukannya dengan baik.
BalasHapusAku biasanya suka menekankan sama suami kalau mendidik anak tuh jangan disamain. Karena setiap anak itu unik.
BalasHapusDan fun fact, anak pertamaku kepribadiannya tuh persis kaya Daddy-nya. Sak ngambeg-ngambegnya, sak wise-wise nya.
Kalo anak kedua kami, persis aku banget.
Jadi, semisal curhat.. anak pertamaku suka lebih cepet masuk pas curhat sama Daddy. Kalau sama si adek, lebih seneng curhat ke aku.
Yauda sih yaa..
Kaya uda dikasih lahan masing-masing.
Tapi bukan berarti kaka gak pernah curhat ke aku. Seneng juga kok.. cuma aku tipikalnya kan kasih diskusi panjang.. sedangkan si kaka senengnya dikasih jawaban yang dasdes.
Simple.
Jadi kalo bagi keluarga kami, MBTI ini jadi ngaruh banget.
Yes, komunikasi di keluarga itu sangatlah penting, agar dapat ditemukan gimana cara parenting yang baik. Ayah dan ibu wajib banget komunikasi, jangan sampai berdiri sendiri-sendiri karena setelah menikah dan punya anak kondisinya sudah berbeda.
BalasHapus