Jadi
orang tua memang pekerjaan seumur hidup. Apalagi kalau anak di bawah usia 12
tahun. Harus ngajari berbagai cara mulai dari makan sendiri, mandi sendiri,
belajar beberes rumah, usaha untuk disiplin, dll.
Tapii
di balik kepusingan jadi orang tua ini, ada juga sosok anak yang tak kalah
pusing. Penyebabnya karena ucapan ayah atau bunda yang tidak konsisten. Orang tua
yang seperti ini – entah mengapa- jadi membingungkan. Mungkin karena dulu
mereka terlalu dituntut sewaktu kecil sehingga ketika punya anak jadi gantian menuntut?
Atau mereka berekspetasi tinggi pada anak agar terus berprestasi?
Fenomena
seperti ini makin banyak di masyarakat. Akibatnya anak makin bingung, ayah dan
bunda maunya apa? Pernahkah klean melihat kejadian-kejadian seperti ini?
Anaknya Disuruh Jadi Leader tapi
Dipaksa Menurut
Dulu
ituu hampir semua anak diwajibkan jadi ‘anak manis’ dan penurut. Disuruh ke
warung, disuruh ini dan itu oleh bunda ya harus mau. Memang bagus sih tapi
sayangnya tidak semua anak bisa begini.
Dari
pengamatanku (sebagai mantan guru PAUD) ada 2 tipe anak: yang full penurut dan yang kritis serta
berjiwa pemimpin. Lha kalau anaknya tipe kedua bagaimana? Anak yang berbakat
jadi leader umumnya anak pertama,
atau memang anak yang sejak kecil punya sense
alami untuk memimpin kawan-kawannya.
Masalahnya,
ada anak yang disuruh jadi leader oleh
orang tuanya, didorong untuk jadi ketua kelas, dll tetapi malah dipaksa 100%
menurut. Padahal anak tipe seperti ini punya pemikiran sendiri. Mereka bukannya
tidak mau menurut apa kata bunda / ayah. Namun ingin mencoba jalan lain dan
juga kritis, dan jangan sampai dilabeli ‘pembangkang’.
Disuruh Mandiri namun tak Diberi
Kepercayaan
Nahh
ada lagi anak yang sudah didorong jadi pemimpin, juga disuruh untuk mandiri.
IMHO kemandirian memang bagus karena jadi bekal menuju masa dewasa dan anak
tidak akan tergantung oleh orang tua / guru / ART / suster. Mereka belajar
untuk berangkat sekolah sendiri, menata buku dan keperluan sekolah sendiri,
dll.
Akan tetapi saat anak sudah PD dan mandiri malah tidak diberi kepercayaan. Misalnya saat ada persami (perkemahan sabtu minggu), outbond, atau acara lain. Anak malah dilarang ikut dengan alasan takut kedinginan, takut kena nyamuk, takut sakit, dll. Maunya apaa bunda?
Dianggap Anak Kecil Terus
Klean
masih ingat salah satu serial di TV saat ada anak laki-laki berujar, “Jangan
panggil aku anak kecil!” Namanya anak yang bertambah besar maka ia tidak mau
dianggap kecil terus. Karena ia sudah merasa punya fisik yang membesar dan
kemampuan yang lebih.
Misalnya
saat anak mau bersepeda dengan rute yang agak jauh malah dilarang dengan alasan
“masih kecil”. Ia juga tidak didengarkan pendapatnya di rumah, lagi-lagi karena
dianggap anak kecil. Kalau begitu kapan anak belajar jadi besar dan bertanggung
jawab, padahal dia bukan balita atau bayi lagi?
Read:
Anak yang tak Mau Dianggap Bayi Kecil
Terlalu Mengatur Anak
Ini
salah satu fenomena yang masih terjadi bahkan sampai puluhan tahun. Ada tipe
orang tua yang suka banget mengatur anak, padahal dia sudah pre teen, bahkan menjelang dewasa. Contohnya
saat anak pakai baju biru malah disuurh pakai warna merah (padahal kondisinya
sama-sama bagus). Kemudian, anak juga disuruh masuk ke sekolah tertentu, yang
tidak sesuai dengan kemampuan / bakat anak.
Jika
anak terlalu banyak diatur maka akan sangat berbahaya karena dia bisa susah
mengambil keputusan sendiri. Apalagi kalau anak laki-laki, haduuh. Laki-laki
adalah calon pemimpin keluarga, bagaimana dia bisa membuat rumah tangga yang
baik kalau tidak bisa jadi leader?
Anak / Menantu Diarahkan jadi
Wanita Karir tapi Mengeluh saat Mengasuh Cucu
Last but not least, fenomena
ini juga terjadi dan banyak dikeluhkan oleh orang tua yang sudah berstatus
kakek dan nenek. Mereka ingin agar anak perempuannya mengejar karir. Namun ketika
momong cucu malah mengeluh kecapekan.
Well, menjadi
wanita karir boleh-boleh saja sih. Namun alangkah baiknya jika nenek / kakek
sudah tidak kuat mengasuh cucu, jangan dipaksakan. Lebih baik cucu dijaga oleh
suster / baby sitter / nanny di daycare.
Solusinya Bagaimana?
Nah,
solusinya adalah komunikasi yang baik antara
anak dan orang tua. Jangan sampai anak merasa tersisih / dicuekin gara-gara
tidak didengarkan pendapatnya. Lebih mengerikan lagi, anak bisa terpengaruh
pergaulan negatif di luar rumah ketika ia selalu tidak dipercaya, bahkan
disalahkan oleh ayah / bunda. Yuk jadi orang tua yang bijak dan penuh dengan
kasih sayang.
Baru tahu kalo mbak Avi mantan guru PAUD. Keren ini. Aku sendiri dulu waktu kecil selalu dipilih jadi pemimpin. Jadi ketua kelas, ketua barisan, dsb. Karena bobot tubuh bongsor dan keliatan paling gede sendiri. Semakin dewasa semakin muak dikasih tanggung jawab memimpin haha. Males mendrama dengan orang yang dipimpin. Pernah soalnya kepaksa ngatur orang yang lebih tua. Duh, capek bangeeet.
BalasHapusIyaa ngajarnya itu duluuu pas belum nikah, hehhehe.
HapusKuncinya memang di komunikasi. Rata-rata orang tua melakukan itu karena merasa itu yang terbaik untuk anaknya. Padahal ya, tiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Kayak misal anak udah SMP, pasti dah nggak mau lagi tuh dianterin ke sekolah. Beda ketika hal si anak masih SD.
BalasHapusdaycare juga mahal banget mbak. jadi menyesuaikan kondisi keuangan juga. kebanyakan mamah muda tuh takut anaknya kenapa2 dititipin ama orang. akhirnya sang kakek nenek diminta jagain.
BalasHapusini pentingnya membahas cara pengasuhan anak dengan pasangan sehingga jelas ingin dibawa kemana pola pengasuhannya. Jadi orang tua memang pekerjaan seumur hidup tapi harus tetap waras dan semangat ya bun buat si kecil agar tumbuh dewasa dengan skill yang terbaik.
BalasHapusTernyata selama ini kita tuh hidup di dunia yang serba kontradiktif yaa..
BalasHapusMenjadi orangtua memang gak ada sekolahnya, tapi banyak belajar dan membaca artikel parenting seperti ini jadi insighful banget. Aku jadi inget masa-masa pengasuhan kedua orangtuaku dan aku. Kaya aku menghindari beberapa pola asuh kedua orangtuaku karena menimbulkan "jarak".
Pinginnya aku sama anak tuh bisa sama-sama bebas ngobrol apa aja yang mereka resahkan.
Karena aku orangnya juga dependent banget.
anak kalau udah mulai besar dikit, emamg udah gak mau sih ya dipanggil kecil, butuh validasi juga dong kayak si Syifa ya :D
BalasHapuskomunikasi memang hal penting yang harus ditegakkan, kalau gak dibicarakan baik-baik kan jadi gak tau keinginan ortu dan anak, ortu juga harus mau dong ya mendengarkan anak jangan anak mulu yang dengerin ortunya :)
Nah, kebanyakan orang tua di negara kita kayak gini nih. Maunya anaknya penurut tapi dia berprestasi apa-apa bisa. Terus mandiri, tapi takut anak-anaknya kenapa.
BalasHapusYa, kuncinya memang di komunikasi. Kalau anak sudah gede mungjin bisa mdngutarakannya ya. Kalau masih anak-anak jadi bisanya brontak. Malah dicap sebagai anak pembangkang.
orang tua memang kadang suka nggak sinkron yaa mau anaknya mandiri tapi anaknya dimanja dengan berbagai fasilitas dan nggak dibolehin melakukan hal-hal yang seharusnya sudah bisa mereka lakukan sendiri
BalasHapusDisuruh mandiri tapi tidak diberi kepercayaan, ini nyata bangeeeeet.. Di sekeliling banyak kejadian begini, anak diminta mandiri tapi setibanya ingin mencoba hal baru, melakukan sendiri malah engga boleh dgn banyak alasan
BalasHapus