Dear myself,
Ramadan sudah hampir setengahnya,
bagaimana dengan kabar hatimu? Kalbu yang berusaha untuk terus disucikan dengan
mengucap nama-Nya, baik di rumah-Nya maupun di mana saja. Hati dijaga agar tak
lagi-lagi melakukan dosa, dan terus bertaubat agar tidak mengulangi semua
perbuatan durjana.
Aku ingin bilang kalau Ramadan memang
spesial karena ada banyak kesalahan yang disadari, dan akhirnya melakukan
evaluasi pada diri sendiri. Masihkah diriku berusaha mendekat kepada-Nya dan
melakukan semua ibadah dengan ikhlas? Mengingat ada banyak rezeki yang kuterima
saat Ramadan (dan di bulan lain) seperti makanan gratis dari para tetangga,
pekerjaan yang datang tanpa menaruh surat lamaran, dll. Jangan sampai aku kufur
nikmat dan akhirnya lupa untuk bermunajat kepada-Nya.
Rasanya aku sudah lelah mengejar
dunia selama 30 tahun lebih diberi nyawa oleh-Nya. Aku sudah merasakan punya
gaji sendiri, kemudahan bekerja dari rumah, dan berbagai rezeki lain. Aku sangat
lelah dikejar deadline setiap 2 jam
sekali dan akhirnya stress sendiri, lalu tak bisa mengendalikan emosi.
Dear
myself,
Ramadan adalah momen yang sangat
pas untuk sadar bahwa semua rezeki adalah pemberian-Nya, bukan dari boss atau
dari sumber lain. Jangan sampai aku terlalu sibuk bekerja sampai melalaikan
panggilan untuk salat di awal waktu. Bukankah sejak tahun 2011 lalu suamiku
sudah mengajari bahwa saat kita mengejar akhirat maka dunia akan ikut sekalian?
Buat apa capek-capek mengejar dunia ketika hati hampa karena kualitas ibadah
menurun drastis?
Rasanya di Ramadan 2024 ini
hampir sama dengan tahun lalu, saat aku sedih karena teringat dosa-dosaku
sendiri. Bedanya aku seharusnya melakukan pergerakan untuk mencari pintu maaf
dari-Nya. Di bulan suci ini selalu ada kesempatan untuk bertaubat nasuha.
Dear
Myself,
Ingatlah bahwa hantaman di akhir tahun 2023 bukanlah akhir dari segalanya. Kala kontrak kerja satu-persatu diputus, itu bukan karena rezekiku habis. Bisa saja itu peringatan dari-Nya agar jalanmu dibelokkan ke arah yang benar.
Sumber: koleksi pribadiDi bulan Ramadan ini aku terus
merenung bahwa memang lebih baik bekerja di sektor lain, di mana keadaan
mentalku bisa lebih stabil. Aku bisa belajar menulis fiksi lagi atau berkarya
di media sosial. Rezeki Allah itu sangat luas dan tidak hanya ada ketika aku
jadi karyawan.
Dear
Myself,
It’s
OK Not to be OK. Seperti
kata sebuah judul drama, maka memang merasa tidak baik-baik saja adalah hal
yang biasa saja. Aku berusaha menerima semua takdir baik dan buruk dan terus
berpikiran positif. Semoga Ramadan menjadi waktu yang pas untuk mengobati hati
dan pikiran yang terluka selama beberapa bulan ini.
Sejak kecil aku didoktrin untuk
menjadi alpha female yang kuat dan
mandiri, mengingat aku adalah anak sulung dan perempuan sendiri. Namun di balik
super power itu aku tetap bisa
menangis. Menyadari kekalahan dan kesalahan adalah hal yang biasa dan jangan
menganggapnya sebagai sesuatu yang negatif.
Dear
myself,
Ingatlah bahwa kita bisa bahagia
ketika mengikhlaskan semuanya. Saat sudah bisa menerima takdir dan pasrah
(tentu sambil terus berusaha) maka harus optimis bahwa masa depan akan cerah
kembali. Bahagia sebenarnya sederhana dan bisa diraih setiap hari.
Ketika aku sadar bahwa diri ini
adalah tipe Feeling (menurut tes
MBTI) maka memang kelemahannya adalah mudah baper. Ramadan adalah saat untuk
belajar mengendalikan diri agar tidak terperosok ke gelapnya amarah dan emosi
negatif lainnya. Kutemukan ketenangan jiwa setelah berwudhu dan beribadah
dengan khusyuk. Semoga bisa menjadi terapi ke diri sendiri dan membuatku makin
kuat lahir-batin.
Sadarilah bahwa selama ini Allah
sangat menyayangi semua makhluk-Nya. Jika aku sekarang fokus jadi housewife maka bisa lebih lama lagi
memeluk Saladin dan menguatkan bonding
antara ibu dan anak. Rezeki akan datang dari arah yang tak disangka-sangka dan
pasti sudah disiapkan oleh-Nya, selama diri ini selalu sabar dan terus
berusaha.
Terima kasih kepada diri sendiri
karena sudah berjalan sejauh ini. Jangan sesali semua yang ada atau terus
gelisah karena iri pada rezeki orang lain. Allah sudah memberi takdir paling
baik dan rezeki yang sesuai dengan takaran. Bismillah, semoga setelah Ramadan ini
semua sakit hati dan kepusinganku sembuh dan tak lagi kambuh.
Tetap semangat dan selalu bersyukur akan menjadikan kita pribadi yang kuat
BalasHapussama kita mbaaa...aku juga anak sulung dan cewek sendiri dan bener banget dari kecil memang dibiasakan harus mandiribisa ngerjain segala macam pekerjaan rumah :)
BalasHapussemoga di bulan Ramadhan in kitaakan menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih dekat dengan Nya aamiin
Ramadan ini memang luarrr biasa ya mbaaa. kayak Allah kasih sentilan untuk diri ini supaya mau berubah jd lebih baik
BalasHapussemogaaa Allah mudahkan upaya kita ya
semoga kita selalu disehatkan dan dicukukpkan rejekinya. Apalagi di Bulan Ramadhan ini semoga semua kebaikan yang kita buat dan doa yang dipanjatkan bisa membuat kita mendapat pahala yang berlipat
BalasHapusDear You,
BalasHapusTerima kasih sudah berjuang dan kuat
teruslah dalam prasangka baik, nanti aku tiba waktunya akan berterima kasih pada hidup bahwa semua terjadi punya tujuan.
Salam sayang dari pejuang #hidupberkehidupan
Mba, baca tulisanmu bikin hati hangat dan air mata rembes. Beneran deh ramadan memang sangat spesial, momen untuk introspeksi diri, mendekatkan diri pada sang pencipta, bermunajat tiada henti. Semoga ramadan taun ini jadi ramadan penuh dengan kebaikan serta kebermanfaatan, aamiin. Semangat menjalankan peran dengan penuh tanggung jawab serta rasa bahagia ya mba.
BalasHapusSemangat Avi, semoga selalu diberikan Allah kesehatan dan rezeki yang melimpah yaa sekeluarga aamiin...be happy..
BalasHapusSemangat mbak Avy
BalasHapusSemoga Allah selalu memberikan berkat dalam setiap langkah kehidupan mbak Avy
Semangaaat mba. Tulisan ini juga JD reminderku bahwa ga perlulah mengejar dunia bgt. Kadang manusia suka lupa , terlalu terlena Ama dunia, ga inget kalo semua rezeki diberi oleh Allah yaa.
BalasHapusBener kata suami mba, kalo kita udh fokus dengan akhirat, dunia pun akan mengikuti. Lagian, pada akhirnya, yg akan dilihat hanya amal ibadah, bukan banyaknya harta
Seringkali kita kejam dengan diri sendiri ya. KIta menganggap diri kita payah dalam segala hal. Padahal, sudah bisa berjalan dan bertaha sejauh ini itu prestasi yang luar biasa. Sudah sepantasnya kita berterima kasih pada diri sendiri.
BalasHapus"Buat apa capek-capek mengejar dunia ketika hati hampa karena kualitas ibadah menurun drastis?"
BalasHapusIni kalimatnya nampar banget. Baca surat untuk dirinya Mbak ini jadi berasa berkaca sama diri sendiri juga yang ramadan tahun ini juga sudah hidup lebih dari 30 tahun tapi ibadah pun masih belum maksimal :'(
Dear bunda saladin, you are one of greatest mom in the world, dan apapun yang kita jalani adalah yang terbaikd ari Allah, menjadi housewife adalah pekerjaan mulia, dan pastinya semakin besar bondingnya dengan anak dan suami ya Mba
BalasHapus