Pernah denger istilah silent treatment? Yakni keadaan ketika didiamkan oleh seseorang karena (menurutnya) kita tuh punya kesalahan. Daku baru ngerasain kena silent treatment di usia 24 tahun dan rasanya ngenezzz.
Akan
tetapi gimana kalau ada anak yang di-silent
treatment oleh bundanya? Ketika dia tak sengaja melakukan sesuatu (yang
menurut orang tuanya salah) tidak dimarahi sih. Tapi didiamkan sampai
berhari-hari.
Anak menyapa bundanya, dicuekin. Anak nggelendot malah ditepis. Anak minta uang saku malah dibentak (itu sih karena lagi bokek aja). Lantas anak menyanyi lagu kumenangiiiiis.
Anak Akan Lebih Stress
Padahal
dampak dari perlakuan silent treatment dari
orang tua sangat berbahaya. Emang enak dicuekin? Tidak disapa oleh bundanya
selama berhari-hari.
Bagaimana
bisa sebuah keluarga bahagia jika salah satu anggotanya (atau lebih) hobi
melakukan silent treatment? Alasannya,
anak didiamkan karena ia harus belajar mencari tahu apa salahnya (lalu meminta
maaf). Lah bagaimana dia bisa tahu kalau tidak diberi tahu dan dibiarkan? Ini adalah
cara komunikasi yang SANGAT BURUK.
Mencari Kesalahannya Sendiri
Saat
anak kena silent treatment maka dia
akan sibuk bertanya, apakah salahkuu dan apa dosakuu? Akibatnya saat dewasa dia
akan takut melakukan kesalahan. BTW, melakukan kesalahan itu normal (asal tidak
diulangi dan wajib diperbaiki). Akhirnya dia tidak akan berkembang dan selalu
menyalahkan dirinya sendiri.
Anak Menjauh dari Orang Tua
Sudah
tahu kan enggak enaknya kena silent
treatment? Apalagi jika dilakukan oleh orang tua sendiri (duluu waktu kita
masih kecil). Sekarang kok tega sih mendiamkan anak dengan alasan mendidik?
Salah
satu dampak negatif dari perlakuan silent
treatment adalah merenggangnya hubungan anak dan orang tua. Bagaimana bisa
anak nurut dan selalu mendekat ke bundanya kalau didiamkan terus? Akhirnya bonding juga jadi rusak.
Padahal
saat bonding antara bunda dan anaknya rusak maka bahayanya adalah anak bisa
saja mencari pelampiasan di luar. Ngapain sih di rumah saja kalau bundaku diam
seribu bahasa? Iya kalau lingkungannya baik. Kalau anak terseret pergaulan
negatif gimana? Seraaaam.
Menjadi Tidak Enakan dan Kurang
Percaya Diri
Kalau
anak sudah di-silent treatment sampai
berkali-kali maka efeknya adalah dia menjadi orang yang tidak enakan. Dia ingin
selalu membuat semua orang bahagia, agar tidak ada yang memandang negatif
kepadanya. Padahal kita tuh gak bisa bikin semuanya senang, bukan?
Kemudian,
anak juga akan jadi sosok yang kurang percaya diri. Gimana bisa PD kalau salah
dikit aja didiemin. Mau ikut lomba bukannya didukung malah dicemberutin. Haduuuh,
kasian banget jadi anaknya.
Yuk Cari Pertolongan
Nahh
makanya daku berpesan jangan pernah silent treatment ke anak! BAHAYA!
Kalau
bunda udah bertekad untuk memperbaiki diri tetapi masih suka silent treatment gimana? Saat begini
maka jangan diam aja. Ayo cari pertolongan dengan konsultasi ke psikolog atau
psikiater. Nanti beliau akan memberi cara agar kita berhenti melakukan silent treatment.
Namun
setelah konsultasi dan terapi harus dipraktekkan lho ya. Mata rantai pengasuhan
yang negatif harus segera dihapus. Semuanya demi kebahagiaan anak dan
harmonisasi keluarga.
Setuju sekali, Mbak. Jangan lakukan silent treatment pada anak. karena kadang anak melakukan sesuatu itu, karena tidak tahu, sekadar ikut-ikutan dan sebagainya. Jadi memang langsung diberitahu saja. Jadi anak paham dan mengerti, selanjutnya tidak mengulangi perbuatannya.
BalasHapusIya Mas. Memberi tahu kan ya ga susah.
HapusIya, jangan silent treatment ke anak, karena nanti bisa mempengaruhi relasi antara orang tua dan anak ya mbak
BalasHapusMengganggu perkembangan emosi anak juga
Ya Allah, saya suka silent treatment padahal ke saudara-saudara terdekat, juga ibu saya. Meski kondisinya kebalik, saya harusnya gak melakukan silent treatment ini juga kali, ya.
BalasHapusBerarti kalau silent treatment itu ya jadinya malah menjauhkan hubungan ya kak, padahal kan harusnya tercipta bonding. Dan juga kalau dipikirkan malah jadinya itu urusan kan gak kelar² ya, alias gak punya titik temu
BalasHapusTernyata bahaya ya kalau ngelakuin silent treatment ke anak2. Aku aku sih paling lama ngediamin anak paling bbrp jam doang... Ga sanggup klo pe berhari2. Ga tega euy...
BalasHapusAku silent treatment pernah sii.. tapi karena sakit gigi.
BalasHapusHuhuhu, ya bukan gini konsepnya yaa..
intinya, aku juga tipikal yang kalo uda maraaah banget, bukannya ngomel. Tapi nge-diemin. Pernah sii.. anak-anakku kena silent treatment. Dan karakter masing-masing anak buat ngembaliin moodku lagi tuh beneran se-effort itu..
Alhamdulillah-nya,
Aku orangnya ga ngambekan yang sampeek lamaaaa gitu.
Paling dibuat bobok juga aku uda balik lagi moodnya. Hihihi..
((tetep hamdalah))
bahaya kalau didiamkan, nanti anak bisa beneran merasa bersalah atau malah jadi membangkang. Diam bukan emas kalau sudah berhadapan dengan anak. Harus dikasi tahu baik baik dan diarahkan yang bener biar bisa memperbaiki diri
BalasHapusMemang ada baiknya kalau marah atau kecewa diungkapkan saja ya, biar anakknya gak merasa didiamkan. Kasian juga kalau anak sampai kena silent treatment, kita yang udah dewasa aja gak suka.
BalasHapusSetuju Mbak silent treatment ke anak itu bahaya. Lebih baik dikasih tahu aja kesalahannya supaya anak juga bisa memperbaikinya. Jujur aja saya juga kena silent treatment pas dewasa aja nggak enak berasa nggak percaya diri dan Pusing banget nyari kesalahan saya di mana. Beneran nggak suka di silent treatment
BalasHapusBetul Mbak, silent treatment itu sungguh nggak enak. Makanya aku ke anak-anakku tuh, kalau ada salah atau nggak sesuai ya langsung dibicarakan.
BalasHapusbaru tahu istilah ini mbak, sepakat jangan didiamkan, lebih baik disampaikan karena anak ga akan pernah tahu salahnya dimana, mereka belum pernah jadi orang tua, kita yang sudah pernah jadi anak-anak sebaiknya tidak memperlakukan seperti itu, secara pola pikir anak belum sampai kesana
BalasHapusortu apalagi ibu adalah orang dewasa terdekat mereka untuk berlindung, la kalau ortunya bersikap seperti itu kan kasihan anaknya, mau kemana lagi mereka berlindung