Jumat, 15 November 2024

Cara Membuat Anak Tertib Tanpa Hukuman Fisik

 Bunda, pernahkah pusing karena lihat mainan anak berserakan? Atau kaki sakit karena tidak sengaja menginjak mainan anak? Punya anak yaa gitu deh. Resikonya adalah rumah berantakan, cepat kotor, begitu dipel eh mereka menumpahkan minuman tanpa sengaja.



Walau anak-anak tingkahnya memusingkan tapi jangan diberi hukuman fisik. Namun parenting yang lembut bukan berarti memanjakan, tapi demokratis plus mengajari cara agar bisa tertib. Justru mumpung mereka masih kecil harus diajari cara beberes, membersihkan dan merapikan rumah, tertib waktu, dll. Namun bagaimana caranya?

Sabar

Kalau mendidik anak kata kuncinya hanya satu: SABAR. Namanya bocah yang masih kecil ya. Diajarin kudu berkali-kali. Kadang kalau diajari malah mintanya bercanda.



Contohnya saat Saladin kuajarin cara menyapu lantai. Eh dia malah ambil sapu lalu beraksi bagaikan Harry Potter yang lagi naik sapu Nimbus 2000. Sabaaar, jangan diomelin. Setelah puas bermain, baru bocah diajari cara menyapu yang benar.

Mereka Hanya Anak Kecil

Mengapa sih harus sabar? Yaa menghadapi anak kecil beda dengan orang dewasa. Anak punya kecenderungan untuk bermain-main. Jadi saat diajari beberes atau disiplin waktu, jangan dikit-dikit dimarahi, apalagi dicubitin.



Bayangkan saja kalau anak tiap hari diomelin dan dicubitin. Betapa sakit hatinya. Dia akan malas dekat-dekat orang tuanya karena galak. Enggak mau kan dijauhi anak saat mereka dewasa nanti? Sedih deh.

Konsultasi ke Psikolog

Cara untuk tidak main fisik atau marah-marah ya konsultasi ke psikolog. Nanti akan ditelusuri apa penyebabnya. Bisa jadi waktu kecil kita juga sering dimarahi jadi menganggapnya hal yang biasa. Psikolog akan memberikan solusi untuk healing sehingga kita sembuh dari segala emosi negatif di masa lalu, dan bisa mengasuh dengan bahagia.

Memberi Contoh



Bagaimana anak bisa tertib kalau orang tuanya slebor, suka buang sampah sembarangan, dan malas cuci piring? Justru guru pertama mereka adalah ayah dan bunda. Jadi kalau sudah berstatus ortu emang kudu upgrade diri dan tidak malas, untuk memberikan contoh positif ke anak.

Berikan Kepercayaan

Daku dulu baru bisa masak di usia 20-an karena belajar dari buku, internet, dan diajari juga oleh emak (alm) alias ART mama. Mengapa tidak diajari mama? Karena dulu terlalu banyak aturan dan disuruh jadi cantrik alias asisten chef. Sementara daku pengennya langsung jadi head chef di dapur.



Jadi, mengajari anak memang harus dengan cara memberi kepercayaan. Percaya bahwa mereka bisa melakukan berbagai tugas di rumah. Meski nyapunya belum bersih, cuci piring lupa tidak dibilas, tidak apa-apa. Jangan diomeli. Namun tetap berikan apresiasi, lalu beri tahu cara yang benar bagaimana.

Konsistensi dan Jadwal

Terakhir, anak harus diajari konsistensi. Jangan hari senin dilarang minum es tapi selasa diperbolehkan dengan alasan kasihan. Nanti dia bingung sendiri, bundaku maunya apa?

Lantas, mereka juga perlu mengenal jadwal. Misalnya bangun jam 5 pagi, mandi, ibadah, sarapan, dll. Jadwal juga dilakukan walau sedang libur sekolah, jadi tetap tertib.



Menertibkan anak memang butuh kesabaran dan ingat yaaa jangan pernah main fisik. Justru ketika anak diajari dengan lemah-lembut tapi tetap demokratis dan disiplin, mereka akan nurut dan jadi sosok yang tertib. Yuk mengasuh anak dengan penuh kasih-sayang.

 

Kamis, 14 November 2024

Tangisan dan Tantangan Menjadi Ibu dari Anak Istimewa

 

Bagaimana rasanya jadi ibu? Sungguh daku tak menyangka jadi ibu ternyata tantangannya besar sekali. Apalagi saat punya anak istimewa seperti Saladin. Dia yang ‘ajaib’, suka lari muterin rumah, tapi juga suka memeluk secara tiba-tiba.



Mengapa judulnya ‘tangisan’? Karena  sejak Saladin bayi sampai berusia 6 tahun, daku pusing, stress, dan ujung-ujungnya nangis. Gimana enggak mumet kalau dia nangis, suaranya keras, lalu gulung-gulung di lantai sambil membenturkan kepalanya? Atau malah naik rak buku dan menjatuhkan semua isinya….

Dianggap Anak Nakal

Yang paling sedih  tuh ketika Saladin dicap anak nakal karena tantrumnya mengerikan. Selain itu dia perrnah punya hobi memanjat rak buku dan pohon. Malah yang heboh adalah para tetangga, menyuruhnya untuk cepat turun. Sementara daku slow aja.

Read: Jangan Panggil Anakku Nakal

Banyak yang Jadi Psikolog Dadakan

Kesedihan dan kepusingan makin bertambah karena banyak orang yang memvonis Saladin, padahal mereka bukan psikolog atau psikiater. Ada yang menganggapnya autis, hiperaktif, dll.



Padahal setelah konsultasi ke seorang psikolog anak, Saladin tuh over aktif. Bedanya kalau anak hiperaktif kegiatannya random dan susah banget diam. Sedangkan Saladin pas memanjat masih punya tujuan, misalnya ambil mainan di atas lemari.

Disuruh Ruqyah

Paling shock saat Saladin disuruh untuk ruqyah gara-gara suka nangis dan tantrum. Oalah! Lha wong anaknya tidak apa-apa, maksudnya tidak kesambet makhluk lain kok!



Setelah diamati, ternyata bocah suka tantrum karena cari perhatian. Jadi emang tangki cintanya kudu diiisi dulu, perutnya dikenyangkan, baru dia tenang. Bahasa cinta Saladin adalah physical touch jadi dia senang dipeluk dan dielus-elus, juga ditemani saat bermain dan belajar.

Parentingnya Dianggap Aneh

Tantangan jadi orang tua anak istimewa yang selanjutnya adalah: dianggap aneh. Yaa karena dulu di sekitarku masih pakai parenting ala VOC alias saklek banget. Anak nangis atau manjat tangga malah dibentak, bahkan dipukul.



Sementara kalau Saladin nangis ya kubiarkan sampai diam, baru dipeluk. Kalau dia memanjat ya biarkan saja, nanti kan turun sendiri. Pengasuhanku dianggap aneh, padahal ini demokratis, bukan memanjakan. Saladin memang anak tunggal tapi dia tidak dimanja.

Read:  Cara Mengasuh Anak Tunggal

Mencari Lingkungan yang Tepat

Apa solusi dari semua masalah ini? Pindah rumah. Alhamdulillah tahun 2019 kami punya rezeki untuk pindah ke rumah sendiri. Meski letaknya di Kabupaten Malang tidak apa-apa. Yang penting lingkungannya kondusif.



Di  rumah sendiri Saladin lebih bebas berekspresi dan tidak dikit-dikit dikomentarin. Para tetangga di sini juga baik-baik. Tidak ada anak / cucu tetangga yang mem—bully Saladin.

Read: Ketika Saladin jadi Pelaku Bullying

Alhamdulillah sejak berusia 7 tahun Saladin sudah bisa tertib dan terkendali. Dia jarang banget memanjat, paling hanya sekali dalam 2 bulan atau kalau lagi iseng. Berkat didikan di sekolah yang pas (sekolah alam) tenaganya juga tersalurkan sehingga dia tidak emosional.



Beginilah hari-hariku jadi ibu dari  anak istimewa. Benaar-benar wow cetarr membahana. Meski pada awalnya mumet tapi akhirnya lega juga. Malah bersyukur karena punya anak macam Saladin membuatku lebih sabar dan berusaha mempelajari  ilmu parenting lebih lanjut.

 

 

Rabu, 13 November 2024

Mencicipi Lasagna by Orenza Lasagna yang Nikmat Tiada Tara

 Siapa suka  lasagna? Nahh jujur nih dalam 30+ daku hidup,  belum pernah nyicip lasagna, wkwkkw. Belum tergerak juga buat bikin sendiri. Sampai kemarin  lihat postingan di akun Threads @Orenzalasagna. Kok kayak enak yaa?

                      Dari kiri: Potcass beef bolognese, potcass tuna mentai, lasagna

Alhamdulillah tanggal 12 November  2024 menjadi sejarah bagiku karena baru pertama kali makan lasagna. 

                             Photo by IG @Orenzalasagna

Ketika paket lasagna dari Orenza lasagna sampai, langsung kagum. Packing-an rapi sehingga cocok dibuat hampers.

Lasagna yang Membelai Lidah

Di dalam paket ada 3 jenis ya: lasagna, potato casserole tuna mentai, dan potato casserole beef Bolognese. Tentu  daku langsung ambil lasagna dan ketika dibelah, wow isi dagingnya cukup banyak. Beneran generous Orenza lasagna kalau ngasih isian dan ini asli daging sapi ya, bukan kornet.



Bagaimana dengaan rasanya? Alhamdulillah enak dan cocok di lidahku. Pasta lasagnanya lembut, creamy, dan terasa kejunya. Dagingnya juga nikmat dan mudah dikunyah. Walau yang dimakan adalah porsi personal tapi cukup mengenyangkan, cocok buat sarapan atau cemilan sore.

Read: WOW Spaghetti  Instan yang enak

Alhamdulillah lagi, di dalam paket sudah ada garpu sehingga memudahkan untuk makan. Garpunya terbuat dari kayu jadi cukup kokoh (walau ukurannya mungil). Ada juga sambal sachet.

Potato Casserole Tuna Mentai

Varian kedua yang daku icip adalah potcass alias potato casserole tuna mentai. Awalnya takut bumbu mentai ini pedas, ternyata tidak pedas! Aman banget buat anak-anak. Potcass tuna mentai  gurih dan rasanya pas.

                                      Photo by IG @Orenzalasagna

Isian dari potcass tuna mentai adalah ikan tuna yang cukup banyak. Juga ada bihun, crabstick, lalu di dalamnya creamy juga (Sepertinya ditambah keju). Lalu adonan kentangnya juga lembuut.

Potato  Casserole Beef Bolognese

Potcass beef Bolognese jadi favoritku karenaa kentangnya enak banget! Walau isian sama—sama beef tapi rasanya sedikit berbeda dari lasagna, tapi sama nikmatnya. 

                                     Photo by IG @Orenzalasagna

Potcass beef Bolognese berisi daging sapi berbumbu Bolognese lalu ditutup adonan kentang yang lembut.

Read: Makan Bakso Kuah Keju

Yang daku suka, Orenza lasagna membuat potcass beef Bolognese dengan sangat rapi dan  artistik. Sepertinya adonan kentang dicetak dengan spuit baru dibubuhkan dengan hati-hati. Adonan kentang juga tidak hanya diberi garam tapi juga bumbu lain sehingga rasanya  gurih, kenikmatan ini berasa sampai berjam-jam setelahnya.



Bagi teman-teman yang ada di Malang dan pengen makan lasagna enak, cuss aja lihat di akun Instagram Orenza lasagna @Orenzalasagna. Beneran enak semua varian yang dijual, sampai bingung milihnya. Siapa suka makan lasagna?

Minggu, 10 November 2024

Review Film My Best Wedding, Jika Sahabatmu Menikah, Didukung atau Ditentang?

 



Rasanya daku jadi seneng nonton film-film lama Julia Roberts. Setelah Notting Hill dan Eat, Pray, Love, (ada satu lagi tapi lupa judulnya, tentang fotografer yang nikah dengan duda), akhirnya nonton my best friend's wedding. Seperti apa ceritanya sehingga daku nyimak dan bikin review film my best friend's wedding?

 

Read: Review Film Notting Hill

 

Jules punya sahabat bernama George. Dia juga punya sahabat lain bernama Michael. Sebenernya si Michael adalah mantan pacarnya tapi mereka memutuskan untuk bersahabat saja.

 

Read: Review Film Eat, Pray, and Love



Jules shock berat karena Michael akan menikah! Padahal mereka pernah berjanji jika berusia 28 dan belum menikah dengan orang lain, maka mereka akan menikah. Michael memperkenalkan Jules dengan tunangannya yg cantik.

 

Menjadi Bridesmaid 

 

Jules kaget lagi karena calon istri Michael sangat friendly dan memohon agar dia menjadi bridesmaid. Keluarganya juga welcome. Di sini lucuu karena keliatan kalau ada pesta pernikahan, yang repot adalah banyak orang.

 

Jules juga mendamaikan Michael dan tunangannya ketika mereka bertengkar. Dia berusaha jadi sahabat yang baik bagi semua orang.

 


Di tengah tugasnya sebagai bridesmaid, George masih aja dicurhatin. Akhirnya Jules mendapatkan nasehat untuk jujur. Bahwa dia masih mencintai Michael.

 

Akankah Michael jadi menikah? Atau meninggalkan tunangannya demi Jules? Nonton sendiri ya!

 

Kesanku Setelah Menonton My Best friend's wedding 

 

Mengapa bikin review film my Best friend's wedding? Karena daku suka dengan acting Julia Roberts dan di sini dia jadi cewek setengah slebor. Penampilan agak tomboy.

 

Nah beda jauh dengan tunangaj Michael yang lebih modis dan ramah. Tapi bukan itu saja nilai plusnya.

 

 Tunangannya mau mendukungnya. Bahkan mencarikan pekerjaan yang lebih baik. Dia juga mau dipeluk di depan umum. Laki-laki mah gitu ya? Minta didukung.


 

Dari sini penonton belajar bahwa Michael minta dipahami bahasa cintanya, bahwa dia suka phsyical touch. Sedangkan Jules tidak.

 

So far film my best friend's wedding cukup bagus dan ceritanya ringan. Kamu suka aktingnya Julia Roberts? Yuk nonton lalu bikin review film my best friend's wedding juga.

 

Jumat, 08 November 2024

Happy Birthday Saladin! 12 Tahun yang Menyenangkan, Sekarang dan Selamanya

Alhamdulillah, tanggal 8 November 20024 Saladin resmi berusia 12 tahun. Tidak terasa! Kayaknya baru saja daku lahiran di sebuah RSIA di Kota Malang, lalu menyusui dan mengasuhnya. Eeh ni bocah sudah segede ini. Tahun depan SMP!



Hari-Hari Saladin yang Menyenangkan

Saladin jarang bercerita tentang kegiatannya di sekolah (karena dia introvert jadi kudu ditanya dulu). Namun Alhamdulillah komunikasi dengan bunda guru dan bunda kepala sekolah sangat lancarr. Mereka sering WA dan cerita kalau Saladin di sekolah sudah jarang tantrum, mulai tertib, mau ikut piket kelas, dll.

Read: Memahami Anak Introvert

Di rumah, Saladin pun tak kalah happy. Sepulang sekolah langsung tertib ganti baju, makan siang (sekolahnya Cuma setengah hari), lalu istirahat. Boleh main game atau nonton sejenak, lalu belajar mandiri.



Iya sih, di sekolah jarang ada PR. Akan tetapi Saladin antusias belajar. Kalau dulu waktu balita sampai sekarang juga sih) dia suka belajar aksara Rusia, Korea, dll. Sekarang dia  lagi demen belajar coding, belajar mekanika, electron, bahkan menghafal tabel unsur kimia. Semua dilakukan dengan happy tanpa disuruh olehku.

Read: Ultah Saladin yang kesebelas

Kok bisa? Iyaa karena Saladin sudah kuajak untuk suka belajar dan mencintai ilmu pengetahuan, sejak dia masih dalam kandungan. Apalagi dulu kan daku sempat bed rest selama trimester pertama. Jadi baca buku ajaa, daripada bosan di kamar terus, sampai sehari bisa baca 200-300 lembar buku.

Anak yang Responsif dan Cepat Tanggap

Yang kusyukuri selama jadi bundanya adalah, Saladin tumbuh jadi anak yang cepat tanggap. Dia mau bantu mengambilkan baju kering di jemuran. Tanpa disuruh, dia  juga mau menyapu lantai.



Ini salah satu keuntungan menyekolahkan anak di tempat yang tepat. Di SD Alam, Saladin diajari untuk menjaga kebersihan dan cepat tanggap. Namun sebelum dia masuk SD juga sudah kuajari untuk bertanggungjawab, dan tidak mengamuk saat dia tidak sengaja melakukan kesalahan.



Misalnya saat Saladin masih balita, dia tak sengaja menumpahkan air dari teko. Ternyata dia berusaha mengambil minum sendiri, tapi karena tekonya berat, dia tidak kuat, lalu airnya tumpah. Beneran deh! Jadi orang tua kudu sabarrrr, karena kalau ngamukan dan suka melarang-larang, anak jadi mutung dan akibatnya kehilangan inisiatif.

Pola Pengasuhan Saladin

Lantas bagaimana pola asuh Saladin selama ini? Apalagi dia anak tunggal? Hei, walau anak tunggal belum tentu dimanja, tapi dididik seperti ini:

1. Penuh Kasih Sayang

Daku meniru papaku (mbah okonya Saladin) yang menyebut anak-anaknya dengan sebutan ‘sayang’. Bukan hanya disebut, tapi anak juga beneran disayang. Misalnya dibangunkan dengan cara lembut (bukan diteriakin atau disiram air), dielus-elus, dll.

                                    Saladin bersama mbah  uti dan mbahh oko

Efeknya? Saladin tumbuh jadi anak yang penyayang dan suka memeluk bundanya. Suka kasih kejutan juga, misalnya tiba-tiba ngasih sekotak siomay, mencium pipi bunda, dll.

Read: Cara Membangunkan Anak

2. Tidak Memaksa



Daku juga enggak suka memaksa anak. Misalnya saat dia belum mau potong rambut, ya sudahlah. Untung di sekolah juga boleh gondrong. Tapii kalau poninya sudah panjang, baru kubujuk untuk potong poni, karena takut menutupi mata. Kalau dibujuk dia mau, tapi dipaksa ya emoh.

3. Memberi Contoh

Anak akan lebih menurut ke orang tua kalau diberi contoh. Misalnya dengan tertib buang sampah, langsung mencuci piring setelah makan, dll. Ada lho bapak-bapak yang habis makan, piringnya digeletakkan gitu aja di meja (minta dijewer!). Bahaya! Nanti ditiru anaknya.

4. Tetap Tegas

Akan tetapi, kasih-sayang bukan berarti pemanjaan yang berlebihan. Saladin tetap dididik dengan tegas, apalagi dia anak laki-laki. Dia tetap wajib bantu beres-beres di rumah, belajar masak (minimal bisa bikin teh dan mie instan sendiri), dll. Ketika salah juga tetap ditegur dan dihukum (ini bagian bapake).



Di ulang tahunnya yang ke-12, kuharap Saladin tumbuh jadi anak yang cerdas, mencintai ilmu pengetahuan, tertib, dan penuh kasih-sayang. Kami masih sering berkhayal. Misalnya bisa travelling berdua sampai ke luar negeri. Semoga Saladin makin sehat dan sayang bundanya.

 

Kamis, 07 November 2024

Derita Ibu yang Punya Anak Istimewa

 Disclaimer! Daku tidak menganggap ibu anak istimewa itu ‘minus’ karena menderita ya. Namun ini based on my story ketika harus menguatkan hati karena punya anak yang berbeda.

Saladin!

Berkali-kali kusebut namanya. Namun dia tidak ada. Di mana dia? Kucari di balik selimut, tidak ada. Di kolong kasur, tidak ada juga. Ternyata dia sedang nangkring santai di atas pintu!





Di lain hari, Saladin tidak ada di rumah. Ternyata dia sedang asyik memanjat pohon. Aku sih santai saja karena tahu dia akan bisa turun sendiri, atau langsung loncat gitu aja dari atas. Namun orang lain yang heboh dan menyuruhnya untuk segera turun.

Begitulah hari-hariku menjadi ibu dari anak istimewa. Meski sekarang Saladin sudah cukup tenang, tapi di 5  tahun pertama usianya, dia susah diam dan enggak karu-karuan. Belum lagi lonjakan emosinya yang bikin pusiiiing.

Ibu dan Anak Menjadi Korban Bully

Saladin pun sempat di—bully bahkan pernah dikeroyok oleh anak dan cucu tetangga. Untung saat itu ada emak (alm) alias ART mama yang melihat, dan langsung menegur mereka sampai bubar. Meski kejadian ini sudah cukup lama tapi tetap membekas.



Daku sebagai ibunya juga ikut di-bully. Dibilang tidak bisa mendidik, kurang perhatian, sampai disuurh keluar dari pekerjaan (padahal work from home). Apa salahku jadi ibu dari anak istimewa?

Manajemen Stress Ibu yang Punya Anak Istimewa

Memang punya anak istimewa itu bikin stress dan rentan di-bully. Sehingga  harus pandai manajemen stress dan emosi, serta menyempatkan untuk me time. Kalau daku, setelah pindah rumah, Alhamdulillah punya lingkungan yang lebih kondusif, sehingga mengurangi stress.

Kurangnya Sosialisasi Tentang Anak Istimewa



Mengapa ada cibiran dan dan bullying? Penyebabnya karena belum banyak sosialisasi tentang anak istimewa. Jadi masyarakat ada yang belum paham apa itu anak ADHD, autis, hiperaktif, dll. Mereka hanya menganggap ‘nakal’ padahal bukan….

Jangan Panggil Mereka Nakal

Sakit banget kalau anak dibilang nakal  padahal dia hanya sedang melatih motoric kasarnya dengan cara memanjat pohon. Bagaimana bisa dia dibilang nakal padahal tidak melempar batu ke orang lain atau melakukan tindakan yang di luar nalar? Jangan sembarangan mengecap anak ‘nakal’ padahal dia sebenarnya adalah anak aktif.

Mencintai Anak Apa Adanya

Terakhir, daku berpesan kepada seluruh orang tua yang diamanahi anak istimewa, cintai mereka apa adanya. Terimalah semuanya karena seeunik apapun kelakuannya, mereka adalah anugerah dari yang Kuasa. Jangan malah diabaikan atau dimarahi karena dianggap tidak bisa anteng. Haloo, kalau mau anak anteng ya sudah, gendong boneka saja!   



Punya anak istimewa memang challenging. Setelah menerima dan mencintai anak apa adanya, selanjutnya apa? Mendidik dengan penuh kesabaran dan kasih sayang. Percayalah, anak bisa diajari kok, walau keadaan mereka sedikit berbeda, dan kelak menjadi orang sukses.

Minggu, 03 November 2024

Anak Laki-Laki kok Cengeng?

 Mama!

Air mata menetes terus ke pipinya. Saladin yang baru bangun tidur lalu memelukku erat-erat. Tumben dia menangis pagi-pagi? Padahal dia sudah 12 tahun, dan seingatku terakhir dia bangun sambil mewek adalah ketika berusia 5 tahun.



Setelah itu Saladin kupeluk erat-erat. Dia pun perlahan berhenti menangis. Kujelaskan kalau tadi itu aku keluar sebentar untuk beli sarapan, bukan pergi jauh dan meninggalkannya selama berhari-hari.

Boys Don’t Cry?

Punya anak laki-laki adalah sebuah anugerah sekaligus tantangan. Sebagai orang tua, kita tuh wajib mendidiknya agar jadi anak yang mandiri, berani, tegas, tegar, sekaligus kreatif. Karena laki-laki adalah calon pemimpin rumah tangga, jadi tidak boleh lembek.



Tak heran ada ungkapan boys don’t cry. Tapi  apakah berlaku untuk semua anak laki-laki? Lantas ketika dia menangis, entah karena mimpi buruk atau hal lain, malah dimarahi habis-habisan?

Menangis Bukan Cengeng

Mari kita sadari bahwa tangisan bukan berarti cengeng dan anak laki-laki boleh menangis. Karena itu adalah salah satu bentuk emosi. Asalkan menangisnya tidak berlarut-larut.



Apalagi kalau anakknya tipe melankolis yang memang cenderung lebih sensitif. Perasaannya lebih halus dan hatinya lembut. Jika dia menangis belum tentu cengeng. Jangan malah diejek dan dibilang, ‘Idih, kok nangisan, kayak anak cewek!’ Padahal anak laki-laki maupun perempuan boleh menangis, asal setelah itu ditenangkan.

Mencari Penyebabnya

Daripada emosi ketika anak menangis, lebih baik mencari penyebabnya. Bisa jadi anak mewek karena habis mimpi buruk. Bisa jadi dia menangis karena sakit, atau lagi caper aja. memang kudu sabar seluas samudera menghadapi anak menangis, sambil mencari sebabnya.

Memvalidasi Emosi Anak

Setelah dapat penyebab tangisan anak, baru kita validasi emosinya. Jadi anak dikenalkan bahwa ada bermacam-macam emosi, termasuk kesedihan. Tangisan harus diterima dan diresapi. Baru setelah itu anak ditenangkan dengan cara dipeluk. Bukannya disangkal atau dicegah, lagi-lagi karena alasan boys don’t cry.



Anak yang perasaannya tidak divalidasi bisa berbahaya lho. Dia bisa jadi lebih mudah emosi atau berlarut-larut dalam kesedihan, kelak ketika dewasa. Kalau masih bingung bagaimana cara memvalidasi emosi anak, bisa konsultasi ke konselor keluarga atau psikolog.

Menenangkan Orang Tua

Lantas bagaimana jika anak nangis tapi kita tuh jadi emosi dan malah rasanya pengen mukul? Wahh, bahaya banget. Bisa jadi ada inner child yang belum sembuh. Karena dulu pas kecil, kita terlalu sering dimarahi saat menangis, jadi pas dengar anak nangis bukannya kasihan tapi malah marah-marah.



Tenang dulu, tarik nafas panjang. Kalau memang inner child masih ada, ya butuh disembuhkan dengan cara terapi. Bisa dengan cara belajar mindfulness atau konsultasi ke psikiater. Ingat ya,  ke psikolog atau psikiater bukan berarti gila. Namun adalah salah satu usaha untuk menyembuhkan luka batin sehingga akkan terjadi keseimbangan mind, body, and soul.

Menghadapi anak yang menangis pagi-pagi memang butuh kesabaran yang luar biasa. Anak-anak jangan dipaksa diam atau malah dibentak, nanti malah tambah sakit hati. Jangan juga mengecap anak dengan sebutan ‘cengeng’ karena bisa jadi dia belum paham bagaimana cara memvalidasi emosinya.

Jumat, 01 November 2024

Ketika Ibu Beranak Satu Dibully di Media Sosial

Entah mengapa beberapa Minggu ini marak bullying. Bukan di dunia nyata tapi di sebuah media sosial. Yang mana? Yang itu lhooo, yang isinya orang bikin konten (banyak yang pemula), dan selalu bilang "salam interaksi".


Yang bikin sedih tuh daku kena bully juga. Kan anakku cuma sebiji yaitu si Saladin Al Ayyubi. Karena pengguna medsos tersebut mencemooh ibu-ibu yang anaknya cuma satu. Bahkan bullying beramai-ramai, mirip black campaign.






Alasan mereka yang membully adalah: kasihan anaknya jika tidak punya saudara. Nanti kalau sudah dewasa bagaimana? Tidak ada saudara untuk berkeluh-kesah, tidak bisa bergantian jaga orang tua.


Habis itu daku enggak komentar sih cuma shock aja. Haaah? Lha wong yang punya anak lho orang lain. Mengapa dia yang repot?





Anak orang lain ya biarkan saja. Kurang kerjaan banget kok mikir nasib orang lain? Mbok ya daripada melakukan bullying, mending ngepel rumah, masak yang enak dan sekalian bikin konten. Daripada mencemooh dan menambah energi negatifnya sendiri.



Bullying yang Menyesakkan Dada


Enggak sekali ini daku kena bully. Kira-kira setahun lalu, ada yang tanya (di grup WA) mengapa anakku cuma satu? Ya kujawab karena alasan kesehatan. 




Yaa ada something inside my womb dan berbahaya kalau hamil lagi. Beneran deh dulu hamil Saladin penuh drama. Mulai dari hampir keguguran, pendarahan, berkali-kali ke dokter, disuruh bed rest dan minum obat penguat, dll.





Namun si pembully (yang punya 6 anak) malah dengan entengnya bilang ya gakpapa. Hamil dan melahirkan aja. Toh kalau melahirkan dan meninggal, nanti masuk surga 



Haaah? Your mouth! Masalahnya daku belum mau mati. Kasihan juga anaknya atuh. Gile aja kok bisa dia bilang gitu (tapuk online dipersilahkan).


Tidak Siap Menerima Perbedaan di Dunia


Daku pun menceritakan ini ke salah satu sahabat. Kami akhirnya berkesimpulan bahwa bullying terjadi, salah satunya karena masyarakat kita dipaksa untuk seragam. Jadi tidak siap menerima perbedaan.




Jangankan yang child free. Yang punya anak satu aja juga salah. Anak dua masih aja kurang. Anak tiga disuruh nambah. Namun anaknya empat dibilang kebanyakan. Maunya apaa? 


Parenting Anak Tunggal


Daripada membully bukankah lebih baik fokus ke keluarga sendiri? Memang menyesakkan kalau kita udah happy. Eh ada orang lain yang membandingkan kondisinya dengan kita, lalu menyalah-nyalahkan.




Daku sekarang fokus mengasuh Saladin agar bisa bahagia. Meski dia anak tunggal tapi tidak dimanja. Bahagia bukan berarti memanjakan. Namun mengajarkan dia untuk cinta lingkungan, mandiri, dan bertanggungjawab.




Bagaiman teman-teman. Ada yang pernah kena bully juga? Atau ada yang punya anak tunggal juga?