Bunda, pernahkah pusing karena lihat mainan anak berserakan? Atau kaki sakit karena tidak sengaja menginjak mainan anak? Punya anak yaa gitu deh. Resikonya adalah rumah berantakan, cepat kotor, begitu dipel eh mereka menumpahkan minuman tanpa sengaja.
Walau anak-anak
tingkahnya memusingkan tapi jangan diberi hukuman fisik. Namun parenting yang lembut bukan berarti
memanjakan, tapi demokratis plus mengajari cara agar bisa tertib. Justru
mumpung mereka masih kecil harus diajari cara beberes, membersihkan dan
merapikan rumah, tertib waktu, dll. Namun bagaimana caranya?
Sabar
Kalau mendidik anak
kata kuncinya hanya satu: SABAR.
Namanya bocah yang masih kecil ya. Diajarin kudu berkali-kali. Kadang kalau
diajari malah mintanya bercanda.
Contohnya saat Saladin
kuajarin cara menyapu lantai. Eh dia malah ambil sapu lalu beraksi bagaikan
Harry Potter yang lagi naik sapu Nimbus 2000. Sabaaar, jangan diomelin. Setelah
puas bermain, baru bocah diajari cara menyapu yang benar.
Mereka
Hanya Anak Kecil
Mengapa sih harus
sabar? Yaa menghadapi anak kecil beda dengan orang dewasa. Anak punya
kecenderungan untuk bermain-main. Jadi saat diajari beberes atau disiplin
waktu, jangan dikit-dikit dimarahi, apalagi dicubitin.
Bayangkan saja kalau
anak tiap hari diomelin dan dicubitin. Betapa sakit hatinya. Dia akan malas
dekat-dekat orang tuanya karena galak. Enggak mau kan dijauhi anak saat mereka
dewasa nanti? Sedih deh.
Konsultasi
ke Psikolog
Cara untuk tidak main
fisik atau marah-marah ya konsultasi ke psikolog. Nanti akan ditelusuri apa
penyebabnya. Bisa jadi waktu kecil kita juga sering dimarahi jadi menganggapnya
hal yang biasa. Psikolog akan memberikan solusi untuk healing sehingga kita sembuh dari segala emosi negatif di masa
lalu, dan bisa mengasuh dengan bahagia.
Memberi
Contoh
Bagaimana anak bisa
tertib kalau orang tuanya slebor, suka buang sampah sembarangan, dan malas cuci
piring? Justru guru pertama mereka adalah ayah dan bunda. Jadi kalau sudah
berstatus ortu emang kudu upgrade diri
dan tidak malas, untuk memberikan contoh positif ke anak.
Berikan
Kepercayaan
Daku dulu baru bisa
masak di usia 20-an karena belajar dari buku, internet, dan diajari juga oleh
emak (alm) alias ART mama. Mengapa tidak diajari mama? Karena dulu terlalu banyak
aturan dan disuruh jadi cantrik alias asisten chef. Sementara daku pengennya
langsung jadi head chef di dapur.
Jadi, mengajari anak
memang harus dengan cara memberi
kepercayaan. Percaya bahwa mereka bisa melakukan berbagai tugas di rumah.
Meski nyapunya belum bersih, cuci piring lupa tidak dibilas, tidak apa-apa.
Jangan diomeli. Namun tetap berikan apresiasi, lalu beri tahu cara yang benar
bagaimana.
Konsistensi
dan Jadwal
Terakhir, anak harus
diajari konsistensi. Jangan hari senin dilarang minum es tapi selasa
diperbolehkan dengan alasan kasihan. Nanti dia bingung sendiri, bundaku maunya
apa?
Lantas, mereka juga
perlu mengenal jadwal. Misalnya bangun jam 5 pagi, mandi, ibadah, sarapan, dll.
Jadwal juga dilakukan walau sedang libur sekolah, jadi tetap tertib.
Menertibkan anak memang
butuh kesabaran dan ingat yaaa jangan
pernah main fisik. Justru ketika anak diajari dengan lemah-lembut tapi
tetap demokratis dan disiplin, mereka akan nurut dan jadi sosok yang tertib.
Yuk mengasuh anak dengan penuh kasih-sayang.