Judul: The Life Changing Magic of Tidying Up
Penulis: Marie Kondo
Penerjemah: Reni Indardini
Tahun: 2016
Bisa dibaca di: aplikasi Ipusnas
Siapa suka sumpek lihat rumah yang berantakan? Atau malah mager (malas gerak) dan membiarkan baju kering menumpuk, perabotan tidak rapi, dengan alasan sudah capek kerja? Nahh, klean perlu baca buku Konmari atau judul aslinya The Life Changing Magic of Tidying Up.
Buku ini populer dengan sebutan Konmari karena merupakan teknik beres-beres yang ditemukan oleh penulisnya, Marie Kondo. Daku yakin klean udah pernah mendengar istilah Konmari kan? Ternyata merupakan singkatan dari Kondo Marie (kalau di Jepang yang disebutin nama keluarganya dulu baru nama aslinya).
Apa Sih Konmari Itu?
Metode Konmari mendunia sejak Marie Kondo menulis buku The Life Changing Magic of Tidying Up. Intinya begini: kita harus beres-beres secara cepat, langsung, tidak boleh ditunda. Karena kalau ditunda akhirnya makin berantakan. Ngenes euy.
Tapi bener juga kalau sesuatu (yang baik) kalau ditunda jadinya tidak baik. Seriuuus deh habis baca buku Konmari, daku jadi beresin kamar dan membakar barang-barang lawas yang udah tak diperlukan. Misalnya kotak (kemasan) HP, mainan Saladin yang lama, dll.
Kembali ke Konmari. Jadi, Marie Kondo waktu masih kecil bingung saat ditanya hobinya apa? Ternyata ia punya hobi sekaligus passion beberes rumah. Dengan pengalamannya selama bertahun-tahun akhirnya ia menulis buku Konmari.
Langkah Awal Metode Konmari: Menyortir dan Membuang
Kalau mau rumah rapi maka perlu ditata dan pertama-tama yang harus klean lakukan adalah membuang sebagian barang di dalam rumah.
HAAH DIBUANG?
Ya emang se-ekstrim itu. Tapi benar juga karena tanpa disadari kita jadi seorang hoarder alias orang yang suka menumpuk barang padahal usianya sudah lama (belasan sampai puluhan tahun).
Misalnya nih tumpukan buku pelajaran. Kita udah lulus sekolah lama banget tapi buku dan LKS masih ada. Buang aja napa sih? Bikin sumpek rumah aja.
Contoh lain adalah ember bekas, panci yang sudah bocor atau pegangannya lepas, sandal yang sudah kekecilan. Buang tanpa pikir panjang (kalau saya dibakar sih ya).
Dengan membuang barang maka akan ada space yang lebih lega di rumah dan bisa dengan mudah dirapikan. TAPI jangan pindahkan barang-barang lama ke rumah orang tua / mertua karena itu bukan membuang.
Rapikan, Rapikan, Rapikan!
Anehnya Marie Kondo tidak pernah merapikan kamarnya karena selalu rapi. Cara untuk selalu rapi adalah dengan MELETAKKAN SEMUA BARANG PADA TEMPATNYA SETELAH DIGUNAKAN.
Benar juga ya?
Kalau rumah kita belum masuk kategori rapi yuk semangat dirapikan. Lalu semua anggota keluarga dilatih untuk meletakkan kembali barang-barang pada tempatnya.
Lalu, tak perlu membeli kotak khusus untuk menyimpan barang. Pakai saja kardus bekas misalnya kotak sepatu yang tidak terpakai. Cari juga kotak yang fungsinya menyimpan barang-barang yang telah dipakai. Misalnya kalau pulang ke rumah, taruh tas, jaket, dll di sana. Setelah istirahat baru dikembalikan ke tempat penyimpanan yang seharusnya.
Untuk merapikan dan melipat baju juga ada teknik khususnya: jangan semua digantung karena akan memakan banyak tempat. Kecuali jas/jaket/pakaian yang harus digantung, baju-baju digulung. Selain rapi juga memudahkan untuk mengambilnya. Tapi kaos kaki jangan digulung biar tidak melar.
Hubungan Antara Merapikan Rumah dengan Kesuksesan
Lalu di mana keajaiban setelah merapikan rumah? Kukira akan ada aura positif dan keberuntungan yang masuk setelah rumah bersih dan rapi. Ternyata tidak seperti itu maksudnya.
Magic yang dimaksud dalam buku ini adalah: mindset yang berbeda. Kalau klean rajin membuang barang maka akan jadi pemikir yang brilian. Bisa memilih mana barang yang dibuang, mana yang disimpan, mana yang dibakar, dll.
Dengan frekuensi mengambil keputusan yang lebih sering maka klean akan lebih percaya diri, punya mindset positif, dan jadi orang sukses. Kira-kira begitu kata si Marie Kondo.
Bagus sih, Tapi…..
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada Marie Kondo yang telah membuat buku ini dengan begitu detail dan apik, ada satu hal yang membuat metode Konmari gagal total yaitu: rumah yang memiliki anak kecil.
Marie Kondo
Gimana bisa rapi kalau baru masang sprei si dedek langsung menariknya lalu dibuat gulung-gulung badan? Baru beresin kamar eh dia lari dan main air di kamar mandi. Siapa pernah mengalaminya?
Marie Kondo sendiri mengaku menyerah dengan metodenya ketika menikah dan memiliki anak kecil. Ia terlalu lelah beberes ketika semuanya berantakan lagi, padahal baru saja dirapikan.
Tapi gak ada salahnya mengikuti metode Konmari ini. Hitung-hitung biar gak mager di rumah dan kalau semuanya rapi pasti senang kan? Bedanya, kalau Marie membuang barang bekas, di sini bisa dialihkan. Misalnya baju bekas bisa dijadikan pel-pelan atau di-recycle jadi baju boneka.
Gimana, klean suka beberes atau entar-entar aja?
agak ironis yaa, teori beres-beres rumahnya konmori gak berlaku di rumah dengan anak kecil, hihihi. eh tapi berlaku juga sih, apalagi kalau sebelum punya anak punya habit beresberes rumah dan barang ala konmori. setelah punya anak, kebiasaan itu bakalan terus berlanjut meski gak 100% sama. above all, aku suka banget konmori, urusan beres-beres rumah atau decluttering tuh penting banget buat memperluas space dan hati kita jadi plong.
BalasHapusBeneer Teh Eka, wajib decluttering minimal 4 bulan sekali.
HapusMetode yang biasanya dimanfaatkan para bu ibu kalau lagi punya anak usia suka main. Temenku juga menerapkan ini biar rumah gak makin berantakan hehe
BalasHapusKalo rumah berantakan jadi sumpek pikiran.
HapusAku pernah mencoba metode ini
BalasHapusLumayan bikin rumah rapi, ya meski nggak bertahan lama
Karena anak anak masih kecil, masih suka berantakin barang secara berkala haha
Naaah itu tantangannnya
HapusSaya dulu juga sering menumpuk barang yang sebenarnya sudah tidak terpakai. Saya menyimpannya, karena historinya. Misalnya kipas angin pertama yang saat merantau di Jakarta. Tapi sudah rusak, dan tidak terpakai juga, ya sama juga dengan sampah.
BalasHapusJadi memang harus dikeluarkan dari rumah. tapi kalau saya, tidak saya bakar, Mbak. kebetulan ada tukang rongsokan yang sering lewat. Jadi tinggal dijual. Bisa lumayan. Jajan bakso sih bisa banget hahaha.
Hehehhe tetap bakso nomor 1 yaa
Hapuskalau denger kata konmari aku selalu ingat guyonan.. kalo orang jawa timur sudah konmari dari dulu. wahaha soalnya diteriakin "kon mari ngene gak beres2 titenono yo" biasanya diteriakin ibunya sih wkwk
BalasHapuswkwkwkkw
HapusBener banget nih. Dulu pas kecil selalu diajarkan oleh orang tua meletakkan barang pada tempat yang sesuai. Selain lebih rapi juga pastinya lebih mudah untuk ditemukan
BalasHapusnasehat yang sepertinya sepele tetapi ternyata sangat bermakna
HapusAku tipe yang ga suka atau udah ngga penting buang aja. beda sama ibuku atau suamiku yang kadang masih suka simpen2 barang karena katanya ada "kenangan"nya di situ hahaha tp kelebihan mereka tuh jadi aweeeeett sama barang sendiri dan ngga pernah beli kalo bener2 ga butuh banget
BalasHapusNahh iya Mbak Jihan. Tantangannya kalau orang di sekeliling kita adalah hoarder.
HapusFamiliar dengan Konmari.
BalasHapusAda yang memang pas, ketika ada yang gak oke ya buang. Namun kalau masih bisa bermanfaat jadinya dialihkan, dengan catatan bukan malah jadi tumpukan di wilayah baru hehe
Hehehhehe jangan sampai nambah tumpukan lah
HapusKalau sudah punya anak apalagi masih usia bermain memang susah menerapkan ilmu konmari ini. Namun, sebisa mungkin saya selalu bersih-bersih dan sorting barang kira-kira 2 bulan sekali.
BalasHapusIyaa Kak, sortir barang2 ini penting banget biar rumahnya gak sumpek.
HapusHal yang paling sering saya declutter adalah bahan makanan di kulkas. Kalau saya lihat bahannya sudah kadaluwarsa, biasanya saya buang. Umumnya paling sering itu saos-saos sachetan yang sering jadi bonus kalau beli ayam goreng.
BalasHapusIyaa Kak Vicky, decluttering kulkas juga penting.
HapusWkwkwkwk, bener juga mbak. Kalau ada anak kecil kayaknya gak ada kata rapi deh buat rumah. Berantakan udah pasti. Tapi memang bener loh kerapian itu bisa bikin kerja lebih mood. Ternyata jadi salah satu kunci kesuksesan ya. Dicontoh ah
BalasHapusHehehehhe begitulah kalau ada anak kecil
HapusPas baca buku ini, rasanya langsung semangat untuk segera beberes
BalasHapusBiar semuanya rapi gitu ya mbak
Iyaa kalau rapi kan nyaman jadinya
HapusWaah si pakar rumah minimalis berikut isiannya nih. Aku jd ikut2an nih gara2 Marie Kondo. Skrg ruang tamuku bersih ga ada perlengkapan apapun. Cuman ada karpet. Jd ntr kl ada tamu ya klesotan deh di karpet. Malah lbh leluasa.
BalasHapusMalah adem ya klesotan di karpet, hihihih.
HapusRumah yang rapi dan bersih bisa meningkatkan mood seharian, tapi musuhnya adalah rasa males, mager, suka rebahan and menunda waktu ituuu..Kalo aku biasanya beberes kalo memang pas selo, tapi kalo nyapu n beresin tempat tidur harus tiap hari
BalasHapusSaya termasuk orang yang ditengah tengah kadang rapi rapi kadang menunda hehe. Penasaran pengen baca bukunya kayaknya bagus untukengibaj mindset saya soal kerapihan rumah dan juga Senin rapi rapi yang bisa diterapkan tidak hanya soal rumah secara fisik tapi juga tentang sebuah masalah
BalasHapusDulu kamarku rapi. One day punya rumah sendiri, rapi. Ehhh anak kicik mulai gede, mendadak segalanya nggak tertata lagi. Lantai nggak selalu keurus, gimana isi lemari. Monangeeesss.
BalasHapusTapi poin untuk nggak menyimpan barang yang sudah nggak dimanfaatkan itu sih sebenarnya tahap terberat dari bersih-bersih dan menata ruangan. Menyortir sembari berperang dengan perasaan "duh sayang, duh banyak kenangannya ini". Glek.
ah bagus buku ini tuh.. bisa langsung diaplikasiin. dulu saya langsung bongkar semua, mulai decluttering, yang berat sih ketika menemukan benda2 kenangan xD sayang untuk dibuang, tapi ya buat apaaa. jadi mikir ulang buat keep, just keep things that make happy :)
BalasHapusHahahah emang berat memutuskan mana yang dikeep mana yg dibuang.
HapusApalagi kalau punya anak-anak cowok yang tiap hari gak bisa tenang, saking super duper aktifnya. Rumah jadi selalu berantakan, baru beresih eh terbongkar lagi. Capek jiwa raga emaknya, hehe. Mario Koondo pun mengakuinya, hihi. Eh tapi emang bukunya ini mujarab banget ya buat kita yang mau merasakan hidup lebih 'lapang'. Btw baru tahu juga bukunya udah ada di ipusnas. Mau intip ke sana ah
BalasHapuswkwkwk anakku juga cowok, Kak.
HapusBaru denger istilah Konmari akutuh. Langsung penasaran dong pengen baca.
BalasHapusYuuk kak mumpung free baca di app Ipusnas.
HapusSetiap rumah yang ada anak-anak memang agak susah untuk dirapikan ya Mbak, hehe. Belum merasakan sendiri sih. Tapi memang paling nggak Konmari ini mengajak untuk decluttering atau sortir barang-barang yang nggak diprlukan y mbk
BalasHapusIyaa decluttering penting banget.
HapusPas baca metode Konmari dari buku beliau juga awalnya shock gituu..
BalasHapusKaya yang "Masa bisa aku nerapin konsep beberes seperti ini?"
Trus tercerahkan dengan buku-buku seni beberes lainnya.
Jadi semakin kaya dan semakin banyak sekte bebersih yang bisa digabung-gabungin sesuai degan style kita.
Keren banget sii..Marie Kondo.
Arigatou Gozaimanshita.
Iyaa Teh kalo dipraktekkan juga mengasyikkan.
HapusAwal pas mencoba menerapkan metode ini setelah membaca bukunya Marie Kondo, awalnya memang mengasyikkan, namun lama lama karena kesibukan pekerjaan jadi semakin mager untuk melanjutkannya lagi, alhasil rumah jadi berantakan lagi
BalasHapusnah iya
Hapuskalo yg sibuk yaa udah tugas beberes didelegasikan aja
Aku termasuk stress pas anakku dulu lahir, dan rumah ga bisa bener2 rapi 🤣🤣. Soalnya dari kecil didisiplinin rapi Ama mama, jadi pas rumah sendiri berantakan aku ya kayak ga bisa terima 😅
BalasHapusTapi untungnya asisten2 ku eigap kerjanya. Rumah baru dirapiin, tapi anak2 malah ngeluarin mainan, ya nantinya dirapiin lagi Ama si mbak.
Tapi pas anak2 udh bisa disuruh kerja, aku latih mba utk selalu rapi. Memang belum berhasil. Namanya masih anak2. Tapi aku mau mereka lama2 terbiasa utk selalu rapi.
Dulu aku juga ga langsung bisa. Tapi Krn diomelin Mulu tiap berantakin rumah, ya jadi terbiasa naro barang ditempat semula. Demi mama ga marah2 😄