Penulis: Gea Aulia, Haya Aliya Zaki, dll
Tahun:
2020
Penerbit:
Stiletto
Menjadi
ibu adalah pekerjaan seumur hidup yang kadang membuat para mommy tertekan.
Bagaimana tidak? Saat memilih untuk berkarir malah dibilang tidak sayang anak.
Namun ketika kukuh menjadi 100% ibu rumah tangga dibilang “sayang sekolah
tinggi malah hanya mengasuh anak”.
MAKSUD
LOE?
Eh
kenapa daku yang jadi ngegas gini? Sorry. Bagiku tiap ibu yang bekerja pasti
ada alasannya. Namun ibu yang jadi IRT juga ada alasannya.
Walau
statusku saat ini adalah housewife plus
freelancer tetapi angkat topi
setinggi-tingginya kepada para working
mom. Terlebih ketika membaca buku A
Cup of Tea for Working Mom: 14 Kisah Nyata Inspiratif untuk Ibu Bekerja.
Ketika
membuka lembaran-lembaran buku yang diberi oleh salah satu penulisnya (kak
Haya) aku tertegun. Ternyata dunia kerja ada yang begitu kerasnya meski status
pegawai tersebut adalah seorang wanita.
Ya,
di buku ini ada kisah dari Kak Gangsar yang jadi working mom dan blio harus menghabiskan waktu sampai 3 jam untuk
datang ke tempat kerjanya. Sepulang kerja blio memacu motor dengan speed tinggi sampai suatu hari tidak
sengaja kecelakaan dan giginya patah.
Blio
ngebut karena tentu rindu akan anak-anak dan keluarganya. Pekerjaan yang
meletihkan tetap dijalani. Semata-mata agar anaknya jangan sampai menangis
karena ingin minum susu sedangkan uangnya habis.
Berjuang demi Keluarga
Alasan
uang menjadi faktor mengapa banyak working
mom bekerja dengan giat sampai senja, bahkan malam hari. Bahkan ada yang
rela kerja berjauhan karena diterima sebagai ASN di provinsi lain, seperti
salah satu kontributor di buku ini.
Blio
berhasil membelikan anaknya sepeda motor dan punya penghidupan yang bagus.
Namun jangan ditanya sedihnya saat sibuk lalu lupa ulang tahun anak sendiri!
Anak yang diasuh oleh sang nenek juga pengertian lalu merayakan birthday dengan sahabatnya.
Dilema Ibu Bekerja
Dalam
buku ini diperlihatkan ibu bekerja yang dalam hati ingin sekali mendampingi
anak-anaknya. Namun keadaan memaksa mereka untuk terus bekerja, karena jadi single
mom atau karena penghasilan suami memang kurang mencukupi.
Dilema
seperti ini wajar ya dan setelah baca buku A
Cup of Tea for Working Mom: 14 Kisah Nyata Inspiratif untuk Ibu Bekerja, daku
jadi paham bagaimana perasaan mama (mbah
utinya Saladin) ketika dulu harus menitipkanku pada baby sitter sementara beliau mengajar.
Rasanya
ingin menangis lalu meminta maaf pada mama karena mengira beliau tidak sayang
padaku. Padahal working mom sama
dengan ibu lainnya, tetap sayang walau secara fisik berjauhan dengan anaknya
(selama beberapa jam). Maafkan aku, Ma!
Menjadi
ibu bekerja, ibu rumah tangga, maupun freelancer
adalah sama-sama jadi IBU. Sama hebatnya dan sama mulianya. Tidak usah ada
peperangan mana yang terbaik karena tiap keluarga kondisinya berbeda.
Ada
ibu yang nyaman di rumah saja. Namun ada yang malah stress berat lalu
memutuskan untuk tetap bekerja, walau ia sudah punya anak. Aku yakin
anak-anaknya pasti mengerti mengapa mamanya bekerja di kantor.
Ibu
pekerja tetap menyayangi anaknya dengan caranya sendiri. Mendampingi saat bikin
PR, memasakkan makanan kesukaan, memantau kegiatan anak lewat HP, dll. Seorang
ibu pekerja tetap mengasuh anaknya walau waktunya lebih terbatas. Kasih
sayangnya tetap 100% dan tidak akan tergantikan dengan pekerjaan.
Sebagai
anak dari seorang ibu pekerja, daku mau mengucapkan terima kasih ke penerbit
Stiletto yang telah membuat buku antologi ini.
Kamu
sudah baca buku ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar