Tanggal
8 November kemarin, anakku Saladin tepat berusia 10 tahun. Nano-nano rasanya
karena sepertinya baru kemarin aku melahirkannya, membedong, menggendong,
mengajarinya berjalan, dan tiba-tiba sudah besar dan duduk di kelas 4 SD.
Ini
Saladin waktu masih kecil.
Sekarang dia bilang ‘aku medium’ wkkkw dan udah enggak mau dipanggil baby.
Masih
ingat rasanya saat 9 bulan mengandung, dengan resiko tinggi karena sebelumnya
pernah keguguran. Akhirnya Dokter Novina menyarankan untuk bed rest pada trimester pertama (karena pernah pendarahan) dan
meminum obat penguat kandungan.
Back to Saladin.
Bayi
ini akhirnya lahir dan tumbuh besar. Selama 10 tahun ini dia lengket sekali
kepadaku dan alhamdulillah makin lama makin nurut bundanya plus anteng.
Padahal
dulu kata DIAM adalah kemustahilan wkwkwk.
Masa Batita dan Balita yang Menegangkan
Kita
flashback ketika Saladin sudah bisa
berjalan di usia 13 bulan. Ia semangat sekali bahkan berlari ke mana-mana.
Perkembangan motorik kasarnya sangat cepat, bahkan sebelum bisa berdiri
sendiri, ia bisa naik tangga dengan cara merangkak.
Saladin
berlari di mana saja. Di rumah, di lapangan, dan ketika melihat pintu terbuka
ia lari ke luar rumah sambil tertawa-tawa. Pintunya dikunci? Ia langsung sigap
mencari di mana letak kuncinya. Ckckkc ini bocah panjang juga akalnya.
Masa
balita dan batita kubilang menegangkan karena selain hobi kabur, dia juga
pernah nyaris tertabrak sepeda motor. Ceritanya nih, Saladin naik sepedanya
(sepeda plastik yang ada dorongan di belakangnya). Kami mau ke minimarket dan
ia lompat dari sepeda lalu menyebrang jalan sendiri. Padahal ada sepeda motor
(sport) yang lewat dan untungnya mas-mas itu mengerem dengan pakem.
Bundanya
nangis dong.
Perubahan Ketika Ia Masuk SD
Saladin
masuk SD di usia 6,5 tahun dan ada sedikit perubahan, sudah mulai anteng dan
tidak tantrum parah sampai jedotin kepala ke lantai, atau naik ke lemari sambil
jatuhin semua bukunya. Namun sesekali ia memanjat tembok atau pohon (cari perhatian
bundanya ckckck).
Pandemi
membuatnya harus school from home dan
ia tak bisa bebas berlari di luar, akhirnya lari-lari di halaman belakang. Progress baru ada ketika ia kelas 3,
sudah bosan memanjat dan godain bundanya. Ia keranjingan laptop untuk belajar
coding dan sedikit lebih anteng.
Ketika
Saladin sudah 10 tahun rasanya waktu cepat sekali berlalu, tetapi kusyukuri. Bukan
karena ia lebih anteng (karena aku sama sekali gak mempermasalahkan kalau punya
anak super aktif). Namun karena emosinya lebih stabil.
Saladin
sudah bisa bilang dengan jelas maunya apa, dan jarang tantrum karenanya. Paling
ia hanya minta peluk untuk ditenangkan, tidak berteriak-teriak atau bahkan
menggigit lenganku seperti dulu.
Alhamdulillah
ketika ia sudah mulai besar dan bisa mengendalikan emosinya, menahan
keinginannya dan belajar sabar. Saat ini tugasku adalah memastikan ia untuk
lebih mandiri, seperti belajar mengupas kentang dan apel (pakai peeler), menyapu, dll. Alhamdulillah di
sekolahnya juga diajari untuk rajin karena merupakan pendidikan karakter.
Minta
doanya ya semoga Saladin lebih baik lagi ke depannya. Happy birthday! Maaf Bunda hanya membuatkan pizza mini.
Semoga Saladin selalu sehat dan bahagia.
Selamaaat 10 tahun Saladin. Masya Allah ... mbak sabar banget menghadapi anak aktif. Alhamdulillah sehat yaa. Makin nambah umur pun makin stabil emosinya. Keren lhooo semakin mandiri.
BalasHapusmakasih aunty cantik. Aamiin
HapusAamiin, Barokaallah Saladin, semoga ke depan semakin tambah pinter dalam emosi dan lain-lainnya, Bunda Saladin juga lebih sabar dan tetap semangat mendamping yaaa
BalasHapusmakasih aunty cantik
Hapus