Hari demi hari berlari, tak terasa sudah bulan februari. Hampir 60 hari di tahun 2021 membuat saya bersyukur karena masih dikaruniai kewarasan. Karena untuk menghadapi pandemi ini butuh sehat lahir batin, bukan?
Februari ini masih musim hujan, dan Kota Malang
dilanda kesejukan yang membuat tubuh terasa nyaman. Saat minum teh di sore
hari, saya merasa Tuhan maha baik karena memberi banyak hal yang bisa
disyukuri. Namun saya tuliskan 3 yang paling membuat hati bahagia.
1. Menulis di Luar Zona Nyaman
Jujur, comfort zone saya tuh menulis non
fiksi, baik itu tulisan ringan di blog, review buku dan film, opini,
dll. Namun saya juga suka nulis fiksi, meski sebatas flash fiction dan
cerpen, kalau ada idenya. Itupun biasanya ditulis berdasarkan pengalaman
sendiri atau pengalaman teman-teman (tentu dengan seizin mereka).
Akan tetapi, februari ini berbeda. Saya mengikuti challenge
di sebuah grup kepenulisan di FB, dan ternyata tantangannya wow banget. Memang
dibagi per kelompok 20 orang, tiap author hanya nulis maksimal 3.000
kata, dan di-upload tiap hari sabtu. Namun yang bikin dahi berkerut
adalah temanya. Di minggu pertama sudah alamak! Karena harus nulis tentang
fiksi sejarah.
Setelah menonton live di grup FB dari Pak
Iksaka Banu (penulis novel sejarah), lalu lanjut riset. Baca buku sejarah
Prancis (karena dapat setting penyerangan penjara Bastille), baca
Wikipedia, nonton film Marie Antoinette. Akhirnya ternyata bisa nulis cerpen
fiksi sejarah! Benar-benar keluar dari zona nyaman saya yang sukanya nulis romance
atau cerita komedi.
Keluar dari zona nyaman ternyata tidak mengerikan,
malah menambah adrenalin. Kalau tak dicoba, tak tahu rasanya. Jadinya makin
semangat menulis dan belajar untuk berkarya dengan berbagai genre.
2. Menggambar Lagi
Karena menulis sudah saya jadikan profesi, maka saya
butuh hobi lain untuk pelampiasan emosi. Memang kalau dari hobi jadi profesi
itu menyenangkan, namun lama-lama jenuh juga bermain dengan kata-kata. Akhirnya
saya mau melemaskan tangan dan berkarya lagi di atas kertas putih.
Beruntung saat beres-beres kamar lama di rumah Mama,
saya menemukan guntingan dari sebuah tabloid jadul (yang mau dijadikan
kipling). Isinya tutorial menggambar anime, mulai dari gerak kepala, cara
menggambar postur tubuh manusia, dll.
Akhirnya saya langsung ambil kertas dan cat air,
sret-sret! Jadilah sebuah lukisan sederhana tapi membuat hati lega, karena bisa
menggambar lagi dengan bebas.
3. Makan Enak dan Irit di Akhir Bulan
Akhir bulan makan apa? Bagi saya, akhir bulan makan
telur ceplok itu sudah istimewa. Namun kalau adanya tempe dan tahu juga seharusnya
disyukuri, karena masih mendapatkan makanan layak untuk hari ini. Agar tidak
bosan, tahu saya olah jadi sapo tahu (tanpa seafood, wkwwk). Kalau tempe
‘disulap’ jadi steak tempe saus jamur.
Makan steak walau berbahan dasar tempe ternyata enak
juga. Menu murah meriah tapi bergizi, dan juga variasi agar tidak digoreng
garing melulu. Steak tempe saus jamur ditambah selada keriting (gak
nyambung ya? Wkwkwk) sudah memuaskan selera saya.
Wah, terima kasih sudah membaca ya Kak, cepat banget.
BalasHapusAamin, semoga makin semangat menjalani hari demi hari dengan penuh rasa syukur dan bahagia.
Aku mauuuu steak tempeeeee
BalasHapusGilss pandemi ini bikin bodi menggendatss
Jadi kayaknya aku mau ngurangi protein hewani mbaaa
hayuk semangat
HapusAku juga kemarin nyoba tantangan baru nulis di KBM, penasaran dan pengin ngikutin kesuksesan Anis hehehe
BalasHapusAku juga suka menggambar lho, dulu paling sering gambar wajah wanita. Tapi kalo diterusin ke badan nggak proporsional.
Ayo diseriusi, Mbak, nulis fiksi karena potensi sekarang bagus banget. Siapa tahu punya novel laris dan bikin makin semangat berkarya. Nulis sambil makan steak tempe, yummy banget, minumnya teh tawar dan kalau bete menggambar deh. Semoga tetap semangat!
BalasHapusAku juga lagi kepikiran mau nulis fiksi mba. Ada 1 tulisan yang belum saya tuntaskan
BalasHapusaku tu suka iri sama orang yang bisa menggambar, sedangkan aku nggak. semoga selalu berbahagia mba
BalasHapusWah Mbak aku tuh pe terkaget2 dan kagum lho pada bisa nulis novel sejarah kayak gitu. Kan harua riset dll jadi butuh waktu. Belum lagi cari ide ceritanya. Mantaplah. Wah suka menggambar rupanya. Aku juga suka tapi udah lama banget ga kulakukan lagi hiks
BalasHapusSelamat mbak sudah menelurkan karya fiksi bertema sejarah. Hebat banget. Saya aja membayangkannya ikut pusing, harus belajar dari berbagai referensi terkait, cek setting, pertimbangan tokoh sesuai keadaan di masa lampau. Ck ck ck.... :D
BalasHapusKeren mba punya keahlian nulis cerpen fiksi sejarah, aq selalu pengen buat cerita fiksi tapi gak sesuai dengan kemampuan
BalasHapusWaah bikin fiksi sejarah?? Ga gampang sih itu. Saluuut mba. Aku sendiri ga pernah nyobain utk menulis di luar hal2 yg aku bisa :D. Anaknya tipe yg kalo udh nyaman, ya udah hahahaha.
BalasHapusBahagia itu sbnrnya datang dari diri sendiri. Bisa diciptakan, tergantung orangnya mau ato ga :). Makan steak tempe, buatku juga udh bikin seneng. Kalo pinter membuat, toh rasanya bisa mirip Ama daging kok :D. Liat aja restoran Vegan yg skr menjamur. Rata2 daging buatan mereka terbuat dr jamur, tahu ato tempe.