Beberapa waktu lalu saya baca status seorang rekan. Di dalamnya tersimpan nada kemarahan, ya gimana gak ngamuk kalau tulisannya dicontek habis habisan. Dan yang copas itu sering menang lomba lho..Yang lebih ajib lagi, bahkan live tweet aja dicontek. Haa?
Menurut kbbi plagiat adalah pengambilan karangan (pendapat dsb) orang lain dan menjadikannya seolah-olah karangan (pendapat dsb) sendiri, msl menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan
Jadi tindakan plagiat menurut saya adalah MEMALUKAN diri sendiri. Pembaca tahu tulisan kita bagus, tapi eeh ternyata bikinan orang lain. Mukanya mau ditaruh dimana?
Kalau ada yang mencontek tulisan di blog kita bisa dilaporkan ke google DMCA.
Lalu teman saya bikin status , masih jengkel dengan orang yang sama, dan tanpa tedeng aling aling menyebutkan namanya. Teman lain menimpali, nih tulisan terbaru di blognya. Temanya tentang ditegur. Dia merasa bersyukur ketika ditegur, berarti ada yang perhatian blablabla.
Walah, kok seperti artis saja ada press conference seperti ini. Ya ditegur kan karena salah bu, dan kalau salahnya itu nyontek, yaa..Anak sd juga bisa bikin blog dengan mudahnya kalo cuma hasil copas.
Dia di ban (blokir) di beberapa grup karena kasus ini. Padahal dia pernah dipilih sebagai blogger of the month di sebuah grup. Tapi sayang namanya jadi tercoreng karena kesalahan fatal. Emang gak ada ide lain ya Bu?
Silakan liat ilustrasi di bawah ini yang dibuat oleh Bang Edwin
See? Untuk jadi master butuh waktu bertahun tahun. Mungkin dengan mencontek bisa jadi jalan pintas tapi pasti akan menjungkalkan anda sendiri.
Omong omong saya pernah membaca berita tentang nyontek massal di India. Ini sebagian beritana dikutip dari okezone:
Mencontek saat ujian menjadi hal yang biasa di Negara Bagian Bihar, India. Bahkan, dilakukan secara massal.Praktik curang tersebut tidak hanya dilakukan secara besar-besaran, tapi juga terang-terangan. Sejumlah siswa sekolah menengah tanpa ragu menyelundupkan lembaran catatan ke lokasi ujian meskipun pengamanan ketat.
Tidak hanya itu, orangtua siswa dan teman-teman juga tertangkap kamera memanjat tembok untuk memberi contekan kepada peserta ujian.
Speechless kan.
Oh iya suami saya pernah lho jadi korban plagiarisme. Dulu (sebelum menikah) beliau pernah menulis naskah buku, dan karena tidak tahu prosedurna gimana ya naskah itu dikirim ke penerbit. Berbulan-bulan tak ada kabar oh mungkin tak lolos seleksi. Eeeh ternyata bulan berikutnya buku itu terbit dengan judul dan penulis berbeda tapi isinya 100% sama. Beliau si cuek saja, tapi saya yang geram.
Oiya waspada ya sekarang ada penerbit dan lomba menulis abal-abal. Teliti sebelum mengikuti.
Jadi, masih mau nyontek? Idih, malu maluin. Kalau prinsip saya sih, lebih baik nulis pendek atau dinilai jelek, daripada bagus tapi nyontek. Plagiat? Enggak banget..
▼
Jumat, 27 Maret 2015
Selasa, 10 Maret 2015
[Suka - Duka Hijabku] Tak Perlu Melepas Jilbab demi Mendapat Pekerjaan
"Jangan jangan kamu gak dapat pekerjaan karena berjilbab?", celetuk seorang teman ketika saya curhat padanya. Saya hanya bisa menatap lantai sambil memuntir muntir ujung jilbab. Ucapan tadi langsung JLEBB di hati.
Ya, sejak lulus kuliah akhir tahun 2009, saya mengirim lamaran kesana kesini. Tapi belum ada panggilan. Seratus dua puluh hari berlalu, keadaannya tetap sama. Menganggur dan nelangsa.
Di bulan kelima, tiba tiba, "kring kring". Oh, ada telepon dari nomor tak dikenal. Ternyata undangan untuk tes tahap 2, yippie!
Esoknya, setelah mengerjakan tes, saya komatkamit berdoa, semoga lulus dan diterima sebagai pengajar. Tapi seminggu kemudian, tak ada kabar. Setelah saya telepon ke kampus itu, ternyata..Tidak diterima. Yah, mungkin karena saya belum punya gelar magister di bidang pendidikan bahasa inggris.
Ya sudahlah, mari kita coba melamar di tempat lain. Tapi setelah sebulan, dua bulan, hasilnya nihil. Hampir setengah tahun tidak punya pekerjaan. Tidak ada uang pegangan. Tidak punya murid karena pekerjaan sebagai guru les privat sudah saya lepaskan, agar konsentrasi mengurus skripsi. Kalau kata Hamdan ATT, berasa termiskin di duniaa..Hiks !
Apa benar saya belum dapat pekerjaan karena mereka tidak suka karyawati berjilbab? Jadi teringat ketika mengurus surat kelulusan. Jika foto untuk ijazah memakai jilbab, maka harus tandatangan surat keterangan. Isinya, mereka tidak bertanggungjawab atas foto berjilbab di dalam ijazah. HAA? Apakah berjilbab se-ekstrim itu?
Akhirnya saya nekat menuruti nasehat sesat kawan itu. Mengirim surat lamaran, dan fotonya tanpa jilbab! Kemudian dikirimkan ke sebuah lembaga kursus.
Lagipula saya belum istiqamah berjilbab (nakal ya). Pergi ke warung yang jaraknya 200 meter dari rumah, tidak berjilbab (dekat sih). Saat berolahraga juga gak pakai jilbab. Kalau senam di gym kan gerah, jadi kostumnya pakaian olahraga biasa.
Jadilah siang itu nekat foto di studio tanpa jilbab. Setelah fotonya jadi, bikin surat lamaran dan cv, lalu dikirim ke kursusan X. Saya turun dari angkot dengan waspada, celingak celinguk, takut ketahuan jika tak berjilbab. Lalu tuktuktuk setengah berlari menuju tempat kursus tersebut. Cepat-cepat menyerahkan berkas lamaran ke front office.
Hari berlalu, minggu berganti. Setelah hampir dua bulan tak ada panggilan. Oalah.. Sudah bela-belain lepas jilbab tetap saja tak ada panggilan dari tempat kursus itu. Ini teguran pertama dari Allah.
Ya, sudahlah, mari kita berusaha lagi. Setiap hari terus mencari informasi di internet maupun koran, memelototi kolom lowongan pekerjaan. Aih, sepertinya ini menarik. Tertulis iklan "Butuh guru playgroup. Silakan kirim lamaran ke Jl Ikan ABCDE nomor 555". Pucuk dicinta, ulam pun tiba, karena saya suka dunia anak-anak. Cepat cepat saya menulis surat lamaran dan menyiapkan foto serta cv. Fotonya yang berjilbab, dong. Sudah trauma pakai foto yang tanpa jilbab.
Dengan bermodal bismillah, pagi pagi saya berangkat ke playgroup. Segepok berkas lamaran tak lupa dibawa serta. Sesosok wakil kepala sekolah menyambut di kantor. Bapak setengah baya itu menyunggingkan senyum, melihat lihat isi surat lamaran. Lalu ia menyodorkan selembar kertas dan pena, oh ada psikotesnya.
Setelah mengisi form itu (disuruh menggambar pula). Tiba tiba beliau mengambil sesuatu dari dalam lemari. Apakah itu? Jrengjrengjreng..Sebuah Al Qur an. Lalu saya diminta untuk membaca beberapa ayat di surat Al Baqarah. Bismillahirrahmanirrahim..
Setelah mengaji tiba tiba saya dipersilahkan menuju ke samping kantor. Untuk langsung orientasi mengajar. Hah? Saya tak punya persiapan. Aduh, harus gimana nanti? Keringat dingin mengucur membasahi punggung.
"Assalamualaikum, saya Avi, sedang orientasi mengajar disini", lalu menyalami mereka. Begitulah cara saya kenalan dengan para guru. Setelah itu menghampiri kumpulan murid, lalu asyik membantu mereka yang kesulitan dalam meronce kalung.
Tengtengnteng! Ooh sudah jam 10 pagi, saatnya murid murid pulang. Eh ternyata ada 1 anak yang tertinggal yaitu Azham. Karena ia dititipkan sampai sore . Oo ternyata playgroup ini sekaligus tempat penitipan anak. Jadi guru guru disini kerja dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore, setelah anak di TPA pulang.
"Miss Avi!", Azham memanggil sambil mengelap bekas susu di ujung bibirnya, lalu "gendong!". Aah, pelukannya lebih hangat dari boneka. Setelah itu ia minta dipangku sambil menonton tv. Lalu zzzzz, tertidur pulas di pelukan. Aih senangnya, seperti punya anak sendiri. Selama 1 jam ia ketiduran, dan saya terus menemaninya sampai sore.
Malamnya saya kembali menerima sms dari bapak wakil kepsek, "Miss Avi harap besok datang ke playgroup ya. Kami butuh tenaga anda" Alhamdulillah YES ! Berhasil berhasil berhasil horee! Akhirnya saya punya pekerjaan sebagai pengajar di playgroup. Walau gajinya di bawah UMR tak apalah. Yang penting bisa bertemu Azham dan bermain serta belajar bersama teman-temannya.
Alhamdulillah tempat ini membawa banyak sekali pengaruh positif. Ada pengajian seminggu sekali. Ada pemberian dari mereka berupa beberapa setel seragam pengajar, blus longgar dan rok panjang. Tak lupa kerudung yang menutup dada. Pelan pelan semua koleksi skinny jeans mulai teronggok di lemari, tak saya sentuh lagi. Dan berusaha untuk terus berjilbab syar'i. Terus berjilbab meski keluar rumah dengan jarak yang dekat. Mengenakan jilbab saat berolahraga.
Pertistiwa itu adalah peringatan kedua dariNya. Menyadarkan saya bahwa tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan pekerjaan. Jika kita masih menganggur ya tidak boleh menyalahkan jilbabnya. Bisa jadi tempat kerja yang dituju belum "berjodoh", dan rencana Allah pasti lebih indah.
Bagaimana jika anda dapat pekerjaan dan harus melepas jilbab? Wahai temanku, bukankah Allah Maha Kaya (ALGHANIYY). Dan Ia juga Maha Mencukupi (AL MUGHNIY ). Dan datangnya rejeki bisa dari jalan yang tak disangka-sangka. Rejekimu belum disana, di tempat yang melarang pemakaian jilbab. Mungkin ada di tempat lain, bersabarlah.
Tak ada yang salah dengan jilbab. Karena memakainya adalah keharusan bagi muslimah, seperti yang tertera di Surat An Nur ayat 31.
Katakanlah kepada para wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.
See? Ini adalah KEWAJIBAN. Apa anda memilih happy ending, khusnul khatimah, menjadi muslimah berjilbab dan berorientasi akhirat (menuju surga)? Atau memilih dunia (meninggalkan jilbab demi pekerjaan)?
Di dalam Qur'an surat Al Mu'min ayat 39 tertera: Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negri yang kekal.
Pilihan ada di tangan anda. Semoga kisah ini bisa menginspirasi.
Artikel ini diikutsertakan dalam "Hijab Syar'i Story Giveaway"
Ya, sejak lulus kuliah akhir tahun 2009, saya mengirim lamaran kesana kesini. Tapi belum ada panggilan. Seratus dua puluh hari berlalu, keadaannya tetap sama. Menganggur dan nelangsa.
Di bulan kelima, tiba tiba, "kring kring". Oh, ada telepon dari nomor tak dikenal. Ternyata undangan untuk tes tahap 2, yippie!
Esoknya, setelah mengerjakan tes, saya komatkamit berdoa, semoga lulus dan diterima sebagai pengajar. Tapi seminggu kemudian, tak ada kabar. Setelah saya telepon ke kampus itu, ternyata..Tidak diterima. Yah, mungkin karena saya belum punya gelar magister di bidang pendidikan bahasa inggris.
Ya sudahlah, mari kita coba melamar di tempat lain. Tapi setelah sebulan, dua bulan, hasilnya nihil. Hampir setengah tahun tidak punya pekerjaan. Tidak ada uang pegangan. Tidak punya murid karena pekerjaan sebagai guru les privat sudah saya lepaskan, agar konsentrasi mengurus skripsi. Kalau kata Hamdan ATT, berasa termiskin di duniaa..Hiks !
Apa benar saya belum dapat pekerjaan karena mereka tidak suka karyawati berjilbab? Jadi teringat ketika mengurus surat kelulusan. Jika foto untuk ijazah memakai jilbab, maka harus tandatangan surat keterangan. Isinya, mereka tidak bertanggungjawab atas foto berjilbab di dalam ijazah. HAA? Apakah berjilbab se-ekstrim itu?
Akhirnya saya nekat menuruti nasehat sesat kawan itu. Mengirim surat lamaran, dan fotonya tanpa jilbab! Kemudian dikirimkan ke sebuah lembaga kursus.
Lagipula saya belum istiqamah berjilbab (nakal ya). Pergi ke warung yang jaraknya 200 meter dari rumah, tidak berjilbab (dekat sih). Saat berolahraga juga gak pakai jilbab. Kalau senam di gym kan gerah, jadi kostumnya pakaian olahraga biasa.
Jadilah siang itu nekat foto di studio tanpa jilbab. Setelah fotonya jadi, bikin surat lamaran dan cv, lalu dikirim ke kursusan X. Saya turun dari angkot dengan waspada, celingak celinguk, takut ketahuan jika tak berjilbab. Lalu tuktuktuk setengah berlari menuju tempat kursus tersebut. Cepat-cepat menyerahkan berkas lamaran ke front office.
Hari berlalu, minggu berganti. Setelah hampir dua bulan tak ada panggilan. Oalah.. Sudah bela-belain lepas jilbab tetap saja tak ada panggilan dari tempat kursus itu. Ini teguran pertama dari Allah.
Ya, sudahlah, mari kita berusaha lagi. Setiap hari terus mencari informasi di internet maupun koran, memelototi kolom lowongan pekerjaan. Aih, sepertinya ini menarik. Tertulis iklan "Butuh guru playgroup. Silakan kirim lamaran ke Jl Ikan ABCDE nomor 555". Pucuk dicinta, ulam pun tiba, karena saya suka dunia anak-anak. Cepat cepat saya menulis surat lamaran dan menyiapkan foto serta cv. Fotonya yang berjilbab, dong. Sudah trauma pakai foto yang tanpa jilbab.
Dengan bermodal bismillah, pagi pagi saya berangkat ke playgroup. Segepok berkas lamaran tak lupa dibawa serta. Sesosok wakil kepala sekolah menyambut di kantor. Bapak setengah baya itu menyunggingkan senyum, melihat lihat isi surat lamaran. Lalu ia menyodorkan selembar kertas dan pena, oh ada psikotesnya.
Setelah mengisi form itu (disuruh menggambar pula). Tiba tiba beliau mengambil sesuatu dari dalam lemari. Apakah itu? Jrengjrengjreng..Sebuah Al Qur an. Lalu saya diminta untuk membaca beberapa ayat di surat Al Baqarah. Bismillahirrahmanirrahim..
Setelah mengaji tiba tiba saya dipersilahkan menuju ke samping kantor. Untuk langsung orientasi mengajar. Hah? Saya tak punya persiapan. Aduh, harus gimana nanti? Keringat dingin mengucur membasahi punggung.
"Assalamualaikum, saya Avi, sedang orientasi mengajar disini", lalu menyalami mereka. Begitulah cara saya kenalan dengan para guru. Setelah itu menghampiri kumpulan murid, lalu asyik membantu mereka yang kesulitan dalam meronce kalung.
Tengtengnteng! Ooh sudah jam 10 pagi, saatnya murid murid pulang. Eh ternyata ada 1 anak yang tertinggal yaitu Azham. Karena ia dititipkan sampai sore . Oo ternyata playgroup ini sekaligus tempat penitipan anak. Jadi guru guru disini kerja dari jam 8 pagi sampai jam 3 sore, setelah anak di TPA pulang.
"Miss Avi!", Azham memanggil sambil mengelap bekas susu di ujung bibirnya, lalu "gendong!". Aah, pelukannya lebih hangat dari boneka. Setelah itu ia minta dipangku sambil menonton tv. Lalu zzzzz, tertidur pulas di pelukan. Aih senangnya, seperti punya anak sendiri. Selama 1 jam ia ketiduran, dan saya terus menemaninya sampai sore.
Malamnya saya kembali menerima sms dari bapak wakil kepsek, "Miss Avi harap besok datang ke playgroup ya. Kami butuh tenaga anda" Alhamdulillah YES ! Berhasil berhasil berhasil horee! Akhirnya saya punya pekerjaan sebagai pengajar di playgroup. Walau gajinya di bawah UMR tak apalah. Yang penting bisa bertemu Azham dan bermain serta belajar bersama teman-temannya.
Alhamdulillah tempat ini membawa banyak sekali pengaruh positif. Ada pengajian seminggu sekali. Ada pemberian dari mereka berupa beberapa setel seragam pengajar, blus longgar dan rok panjang. Tak lupa kerudung yang menutup dada. Pelan pelan semua koleksi skinny jeans mulai teronggok di lemari, tak saya sentuh lagi. Dan berusaha untuk terus berjilbab syar'i. Terus berjilbab meski keluar rumah dengan jarak yang dekat. Mengenakan jilbab saat berolahraga.
Pertistiwa itu adalah peringatan kedua dariNya. Menyadarkan saya bahwa tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan pekerjaan. Jika kita masih menganggur ya tidak boleh menyalahkan jilbabnya. Bisa jadi tempat kerja yang dituju belum "berjodoh", dan rencana Allah pasti lebih indah.
Bagaimana jika anda dapat pekerjaan dan harus melepas jilbab? Wahai temanku, bukankah Allah Maha Kaya (ALGHANIYY). Dan Ia juga Maha Mencukupi (AL MUGHNIY ). Dan datangnya rejeki bisa dari jalan yang tak disangka-sangka. Rejekimu belum disana, di tempat yang melarang pemakaian jilbab. Mungkin ada di tempat lain, bersabarlah.
Tak ada yang salah dengan jilbab. Karena memakainya adalah keharusan bagi muslimah, seperti yang tertera di Surat An Nur ayat 31.
Katakanlah kepada para wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.
See? Ini adalah KEWAJIBAN. Apa anda memilih happy ending, khusnul khatimah, menjadi muslimah berjilbab dan berorientasi akhirat (menuju surga)? Atau memilih dunia (meninggalkan jilbab demi pekerjaan)?
Di dalam Qur'an surat Al Mu'min ayat 39 tertera: Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negri yang kekal.
Pilihan ada di tangan anda. Semoga kisah ini bisa menginspirasi.
Artikel ini diikutsertakan dalam "Hijab Syar'i Story Giveaway"
Kamis, 05 Maret 2015
Selfie Bareng Pohon Kacang Panjang
Siapa suka diet? Lirik perut sendiri. Aih, diet itu menyenangkan kok. Banyak yang salah persepsi, diet sama dengan tidak makan. Absen makan malam atau melompati waktu sarapan. Jadinya malah porsi makan selanjutnya makin banyak. Dan..gagal diet lagi dehh :(.
Padahal orang diet itu bisa makan 5x sehari, 3x makan besar, 2x ngemil. Asal, makanannya rendah lemak, misalnya makan nasi merah/nasi hitam, lauknya pepes tahu, cemilannya melon atau sayur sayuran.
Lalu apa hubungan antara diet dan kacang panjang?
Alhamdulillah sejak Emak (art) rajin menanam kacang panjang, bayam, pepaya, sudah tidak bingung mencari persediaan camilan. Tinggal memetik salah satunya, lalu eksekusi. Kali ini bikin pecel kacang panjang yuk! Bersihkan, potong potong, rebus, siram bumbu kacang, jadi deh cemilan sehat.
Pagi tadi lihat kacang panjang di pohon, hijau mengkilat dan segar. Nyam, bikin ngiler duluan. Jadi main kulum aja. Smartfrenku alias Emak cuma bisa bengong :D.
Kacang panjang, hijau warnanya, sejuta khasiatnya: meredakan pembengkakan, mengobati peradangan, sebagai antivirus, mencgah malaria, dll. Gak salah kan kalau sayur ini jadi makanan favorit? Enak dan bergizi tinggi.
Sulur sulur kacang panjang semakin memanjang, merayap di bilah bambu. Siapa tahu pohon kacangnya merambat ke atas, mencakar langit. Lalu bisa manjat di negeri atas awan ( emangnya Jack dan pohon kacang ? ). Hahaha, kacang panjang, kau bawaku ke alam imajinasi tak terbatas.
Padahal orang diet itu bisa makan 5x sehari, 3x makan besar, 2x ngemil. Asal, makanannya rendah lemak, misalnya makan nasi merah/nasi hitam, lauknya pepes tahu, cemilannya melon atau sayur sayuran.
Lalu apa hubungan antara diet dan kacang panjang?
Alhamdulillah sejak Emak (art) rajin menanam kacang panjang, bayam, pepaya, sudah tidak bingung mencari persediaan camilan. Tinggal memetik salah satunya, lalu eksekusi. Kali ini bikin pecel kacang panjang yuk! Bersihkan, potong potong, rebus, siram bumbu kacang, jadi deh cemilan sehat.
Pagi tadi lihat kacang panjang di pohon, hijau mengkilat dan segar. Nyam, bikin ngiler duluan. Jadi main kulum aja. Smartfrenku alias Emak cuma bisa bengong :D.
Kacang panjang, hijau warnanya, sejuta khasiatnya: meredakan pembengkakan, mengobati peradangan, sebagai antivirus, mencgah malaria, dll. Gak salah kan kalau sayur ini jadi makanan favorit? Enak dan bergizi tinggi.
Sulur sulur kacang panjang semakin memanjang, merayap di bilah bambu. Siapa tahu pohon kacangnya merambat ke atas, mencakar langit. Lalu bisa manjat di negeri atas awan ( emangnya Jack dan pohon kacang ? ). Hahaha, kacang panjang, kau bawaku ke alam imajinasi tak terbatas.