Papa, 54 tahun sudah usiamu..Terimakasih sudah mengajariku banyak hal.
Kau ajari aku blogging walaupun tempatnya sudah almarhum (mp).
Kau ajariku untuk selalu sabar dan nggak grusa grusu..
Masih tertanam di ingatan, kau ajari ku menghafal ayat kursi saat sd..
Kau ajari filosofi kehidupan saat menyetir. Di jalan, melihat padatnya arus lalu lintas. Harus ada yang mengalah. Begitulah kehidupan, kadang ada giliran kita harus mengalah, dan ada saatnya kita bisa melaju dengan sabar..
Ya, kesabaran.
Saat stasiun tv lama berubah jadi baru karena ownernya berubah, Papa tetap sabar. Peraturan berubah. Ketika satu berita muncul di 3 televisi yang berbeda (dalam satu grup), honornya hanya seharga satu berita, bukan tiga..Akhirnya Papa memutuskan mundur jadi wartawan dan stringer tv lalu merintis penerbitan indie sendiri. Jualan buku melalui seminar-seminar. Alhamdulillah saat kumembantu di salah satu acara seminar, bisa bertemu lagi dengan guru SD-ku.
Semua ada hikmahnya.
Hanya ini yang bisa kuucapkan, maaf Pa tahun ini aku tak membuat kue untukmu. Doaku pada Allah,
semoga Papa sehat selalu..
Nice story, mbak. Aku sedih bacanya. Karena ayahku sudah almarhum sejak aku masih dikandungan ibu. Pasti rasanya bangga ya punya ayah seperti beliau. *peluk*
BalasHapusPapanya mbak masih muda ya :) kalau papa saya sudah almarhum sejak saya masih balita. Mudah-mudahan orangtua kita sehat selalu, aamiin.
BalasHapus