Pohon ceri adalah magnet bagi kami, murid-murid SDN Bunulrejo 9 (sekarang SD Bunul 4). Sepulang sekolah kami sempatkan mampir ke lapangan dekat rumah untuk sekedar ngobrol di bawah rindangnya pepohonan. Memanjat, mencari buah, atau menyeruput sisa bekal minuman.
Btw ceri ini buah lokal, bukan ceri yang ada di kue blackforest itu loh. Di daerah lain namanya keres / kersen. Berbentuk bulat mungil, merah, jika ditekan keluar isinya yang empuk dan manis legit.
Sepanjang ingatan, tak sekalipun saya berhasil memanjat pohon ceri. Jika teman-teman memanjat, saya hanya bisa berkhayal, andai bisa sekuat mereka (fyi saya dulu korban bully jadi yakin bahwa fisik saya lemah padahal enggak, nanti akan diceritakan di postingan lain).
Tapi tahun berikutnya pohon-pohon ceri itu tak bisa kami panjat. Karena kecelakaan yang menimpa seorang anak tetangga (adik kelas, sebut saja Dicky). Ia jatuh ketika memanjat pohon, dan tangannya patah. Orangtuanya langsung mengusulkan ke pak RW agar pohon-pohon itu ditebang saja. Setlah penebangan poho, lapangan tempatnya berpijak dilumuri oleh smen dan pavingstone. Keras dan gersang, dan tidak menarik lagi bagi kami.
Sekarang sesekali saya melewati bekas pepohonan ceri itu. Kadang berkhayal, andai pohonnya masih ada, akan saya ajak Saladin untuk piknik di bawahnya. Ya, kenangan akan pohon ceri akan tetap ada di hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar