Dahulu kala, di kerajaan Taman Hati, ada seorang putri yang selalu bersedih, Lara namanya. Ia tinggal di istana yang megah, dengan taman luas yang ditanam aneka bunga, dan ada kolam yang berisi ikan koi yang jinak dan manis. Putri Lara juga punya kucing peliharaan dan seekor kuda poni berwarna putih. Apapun yang tuan putri inginkan akan langsung tersedia oleh para pelayan istana yang baik dan ramah. Tapi semua itu tidak membuat putri Lara bahagia. Ia selalu bersedih dan menangis.
Sang raja gundah melihat kedaan putri Lara. Akhirnya beliau membuat sayembara. Siapapun yang berhasil membuat tuan putri bahagia akan diberi hadiah yang banyak. Pengumuman ini disiarkan di seluruh Kerajaan Taman Hati.
Para penduduk di kerajaan berlomba-lomba membuat Putri Lara bahagia. Ada yang menyanyi, menari, bermain musik, ada pula yang beratraksi sirkus dan sulap. Sampai hari ke tiga tidak ada seorang pun yang berhasil membuat putri tertawa.
Sampai ada seorang anak desa yang mengetuk gerbang istana. Ia langsung dibawa ke hadapan tuang putri. Putri Lara bertanya, apa kelebihan pemuda itu. Ia hanya tertawa dan berkata bahwa ia bisa membuat putri berbahagia, tapi syaratnya, Putri Lara harus meninggalkan istana.
Kemudian, Putri Lara diajak untuk berlibur ke Desa Sukariang, tempat tinggal pemuda itu. Di sana semua penduduk desa selalu ceria dan gembira. Mereka bekerja sambil bernyanyi dan bersenandung dengan riang.
Putri bertanya kepada sang pemuda, “mengapa mereka begitu riang, padahal mereka bekerja keras menanam padi dan memerah susu?”. Pemuda itu tak menjawab pertanyaan putri. Kemudian, ia mengajak putri berjalan kembali, ke pinggiran desa.
Ternyata di tepi sungai, pinggir desa, ada rumah megah berdiri. Rumah itu diapit oleh kebun apel yang buahnya ranum. Tapi rumah itu kelihatan sepi, seperti tidak ada pemiliknya.
Sebelum putri Lara bertanya mengapa rumah itu sepi, sang pemuda bercerita terlebih dahulu. Ternyata, rumah itu adalah milik Pak Mura, orang terkaya di Desa Sukariang. Ia mempunyai kebun yang sangat luas.
Tapi mengapa rumah ini sepi? Apa Pak Mura pindah?” Tanya Putri Lara. Pemuda itu menjawab “Pak Mura tidak pindah, tapi ia mengurung diri di rumahnya. Anak-anaknya meninggalkannya, karena ia sangat pelit. Istrinya sudah lama meninggal.”
Kemudian mereka berjalan lagi, dan tiba di depan sebuah pondok mungil.
Pondok itu sudah tua, dan terdengar suara ramai anak-anak di dalamnya. “Nah, ini pondok Pak Guti. Anak- istrinya sudah meninggal, tapi ia berbahagia karena ia selalu bermain dengan anak tetangga. Ia tak pernah pelit membagi buah-buahan yang ada di kebunnya kepada mereka.”
Sang putri sadar. Ternyata ia selalu bersedih karena tidak punya teman, dan selalu kesepian. Akhirnya ia minta diantar pulang, dan menghadap baginda raja.
Sampai di istana, putri memohon agar kastil sebelah barat diisi buku dan permainan anak-anak. Ia ingin membuat perpustakaan dan taman bermain anak. Raja menyetujui usulan sang putri. Setiap sore anak-anak boleh bebas membaca dan bermain di sana. Putri lara akhirnya bisa tersenyum kembali. Dan ia menikah dengan pemuda desa.