Perjalananku sebagai blogger dimulai lebih dari 10 tahun lalu. Lalu ketika ditanya, apa hal yang terbaik ketika ngeblog? Maka jawabannya adalah saat tulisan-tulisanku di sini bermanfaat bagi orang lain.
Sebenarnya daku tak
menyangka blog ini akan ramai pengunjung, meski banyak di antara mereka yang
tidak berkomentar. Netizen membaca blogku karena daku share link di sosial media, baik di status sendiri maupun saat
mengomentari status orang lain. Memberikan link blog sangat praktis karena
mereka bisa membaca sendiri pengalamanku sebagai ibu dari anak istimewa (ADHD).
Sosialisasi
Anak Istimewa
Dari pergaulanku dengan
banyak orang (di dunia nyata maupun dunia maya) ternyata ada yang belum paham,
apa sih anak istimewa? Malah ada yang menyangka anak autis itu (maaf) tidak
normal karena suka marah-marah dan tidak bisa dikendalikan. Setelah kulihat
langsung, ternyata si anak sedang fase sugar
rush (kebanyakan konsumsi glukosa).
Ternyata ada orang yang
belum paham bahwa spektrum autis itu luas, anak kinestetik yang disangka
hiperaktif (seperti Saladin), dan kondisi anak-anak istimewa yang lain. Di
sini, daku sebagai orang tua anak istimewa berusaha menjelaskan bahwa mereka
memang ada. Anak istimewa memang berbeda tapi jangan dipandang negatif.
Daku memang bukan
psikolog atau psikiater, tapi berdasarkan pengalaman mengasuh Saladin selama 12
tahun ini, jadi paham cara mendidik anak istimewa. Saat diberi anak spesial
maka orang tua punya stok kesabaran seluas samudera dan memahami mereka yang
pola pikirnya berbeda. Dengan penuh welas asih maka anak istimewa akan merasa
disayang, dan bisa diarahkan, meski butuh waktu.
Berdasarkan pengalaman,
akhirnya muncul banyak tulisan parenting di
blog tentang anak istimewa dan mereka yang masih awam pun jadi paham. Biasanya kusarankan
anaknya untuk dibawa ke psikolog anak untuk obeservasi lebih lanjut, apa butuh
terapi khusus, dll. Jangan takut untuk datang ke psikolog untuk konsultasi, dan
mari hapus stigma negatif bahwa curhat ke psikiater hanya berlaku untuk orang
gila.
Punya
Anak Istimewa Tidak Memalukan
Dari banyak tulisanku,
daku berusaha memberi pemahaman kepada pembaca bahwa punya anak istimewa itu
tidak memalukan. Sebenarnya si bocah juga tidak tahu mengapa dia diciptakan
sebagai anak ABK, bukan? Jadi jangan dimarahi, bahkan dianggap sebagai “kutukan”
atau “karma” karena orang tuanya melakukan perbuatan buruk di masa lalu.
Justru dari anak
istimewa kita bisa belajar tentang banyak hal. Mereka yang punya “kekurangan”
(misalnya terlambat bicara atau hiperaktif) ternyata tegar dan mau ikut terapi.
Anak-anak berhati murni memberi tahu orang tua bahwa dunia begitu berwarna, dan
pasti Tuhan menghadirkan mereka dengan suatu misi, misalnya agar lebih
bersyukur dan bersabar.
Memutus
Mata Rantai Pengasuhan Negatif
Salah satu misiku di
blog Catatan Bunda Saladin adalah memberi tahu bahwa parenting ala VOC (yang penuh dengan kekerasan)
sudah tidak lagi relevan dengan zaman sekarang. Jika dulu anak bisa patuh hanya
dengan pelototan mata, atau sesekali dicubit orang tuanya, maka tidak bisa
diterapkan pada anak sekarang. Penyebabnya karena mereka jauh lebih kritis.
Alhamdulillah kalau
para pembaca blog juga sadar bahwa mata rantai pengasuhan negatif harus
dihapuskan. Mereka yang dulu jadi korban VOC parenting, memutuskan bahwa anak
tidak boleh dikerasi sama sekali. Meski ada trauma tapi menyadarkan mereka
bahwa mendidik anak tak usah pakai “main tangan” karena memang tidak efektif.
Gentle
Parenting
Mulai banyak pembaca
blog Catatan Bunda Saladin yang setuju akan artikel-artikelku tentang gentle parenting. Di mana anak dididik
dengan kelembutan dan kasih-sayang. Mereka juga paham bahwa gentle parenting tidak membuat anak jadi
manja karena faktanya anak tetap diajak untuk inisiatif bersih-bersih dan punya
kedisiplinan yang tinggi.
Parenting
Bukan Hanya untuk Orang Kaya
Salah satu hal yang
mengejutkan dari banyak komentar netizen adalah anggapan bahwa parenting hanya
untuk orang kaya? Ya Tuhan….
Pengasuhan dengan gaya
parenting positif (yang penuh dengan kasih dan sayang) dianggap “hanya” berlaku
bagi orang kaya karena mereka tidak pusing memikirkan uang bulanan. Langsung saja
kujelaskan (melalui tulisan) bahwa ada kok orang tua dari kalangan menengah dan
menengah ke bawah yang sabar dalam mendidik anak. Janganlah berprasangka
negatif, dan Tuhan memberi kesabaran bagi semua orang, bukan hanya untuk yang
kaya saja.
Menjelaskan
Tentang Speech Delay
Selain tentang anak
istimewa, blog Catatan Bunda Saladin juga pernah membahas tentang anak yang
terlambat bicara. Rasanya senang ketika ada yang membaca artikel mengenai speech delay lalu mereka paham apa saja
penyebabnya (misalnya terlalu banyak nonton di HP atau TV). Ternyata anak sekarang yang
punya ponsel di usia yang sangat muda, bisa terlambat bicara karena kurang
stimulasi.
Anak yang terlambat
bicara masih bisa dilatih, asal mau diet gadget
dan terapi wicara (baik oleh terapis atau orang tuanya sendiri). Pembaca blog
Catatan Bunda Saladin juga paham kalau penyebab lain speech delay adalah bingung bahasa. Seperti Saladin yang dulu baru
bisa ngomong di usia yang nyaris 4 tahun, ternyata dia bingung mau bicara
bahasa Inggris, Jawa, atau Indonesia.
Menjelaskan
tentang Sekolah Alam
Momen manis lain saat
ngeblog adalah ketika daku menjelaskan tentang sekolah alam kepada para
pembaca. Saat masih ada yang belum paham apa itu sekolah alam, atau malah
mengejek (karena para murid “hanya” terlihat menggelindingkan ban bekas di pagi
hari), maka daku tetap bersabar. Sebenarnya, kegiatan ini melatih motorik kasar
dan anak-anak di sekolah alam (yang rata-rata kinestetik) butuh penyaluran
energi sebelum belajar di kelas.
Sekolah alam menjadi
sekolah yang cocok bagi anak istimewa karena lebih banyak praktek daripada
teori. Di sana, murid diajari untuk dekat dengan alam, merawat tanaman dan
hewan, dan grounding (berjalan tanpa
alas kaki). Salah satu wali murid bercerita kepadaku kalau aktivitas grounding ini sama seperti yang anaknya dapatkan
saat terapi di salah satu rumah tumbuh kembang.
Apakah anak istimewa
butuh guru shadow di sekolah alam? Biasanya
guru tersebut dibutuhkan agar anak punya tentor pribadi yang lebih fokus
mengurusnya. Akan tetapi di SD Alam tempat Saladin sekolah, kelasnya relatif
kecil (hanya 3-4 anak) sehingga anakku tidak memakai jasa guru shadow.
Bermanfaat
untuk Orang Lain
Senang sekali ketika
blog Catatan Bunda Saladin yang tampilannya cukup sederhana dan masih memakai free template bisa menarik para pembaca.
Prinsipku, ilmu dan pengetahuan wajib disebarluaskan, agar makin banyak yang
paham tentang parenting dan segala liku-likunya. Bahkan bagi netizen yang belum
menikah, mereka jadi punya gambaran jika kelak berumah tangga dan memiliki anak
sendiri.
Memiliki blog bukan
sekadar mengejar monetasi dan traffic, akan
tetapi memberi banyak manfaat bagi pembaca. Alhamdulillah jika ada yang jadi
paham tentang parenting dan cara mengasuh anak istimewa berkat artikel-artikel
di blog Catatan Bunda Saladin. Inilah best
moment blogging yang sesungguhnya, tulisanku bisa bermanfaat untuk banyak orang.