Sepuluh menit habis
subuh, langit masih setengah gelap. Kulangkahkan kaki dengan cepat agar sesi
jalan pagi lekas selesai. Tak sengaja mata ini melihat seseorang yang diam-diam
jinjit, memetik beberapa lembar daun pandan yang tumbuh di dekat pagar rumah
orang lain. Astaga!
Ingin kuteriak dan
menegurnya tapi tidak enak jika nanti suaraku akan membangunkan tetangga lain.
Akhirnya daku berlalu meski dalam hati bertanya-tanya. Apa dia sudah izin untuk
mengambil daun pandan? Jika iya, mengapa harus memetik lewat luar pagar?
Jangan
Mencuri
Peristiwa itu membuatku
teringat akan ajakan seseorang. Tiba-tiba dia datang ke depan rumah dan meminta
pupuk pada suamiku. Alhamdulillah ada lalu diambilkan di belakang.
Kami berbincang karena
sudah lama tidak bertemu. Tiba-tiba dia menunjuk ke rumah sebelah. “Ayo,
panen!”
Dalam hati HAH
BUJIBUNENG INI POHON MANGGA DI DALAM RUMAH TETANGGAKU, KENAPA MAU MENCURI MALAH
NGAJAK-NGAJAK? Amit-amit!
Mangga di pohon
tetanggamu bukan milikmu, jangan dimaling. Ya ampun, mangga lagi murah juga.
Paling harganya hanya 10.000-20.000 rupiah per kilogram. Mengapa ingin gratisan
dengan dalih panen padahal itu mencuri? Mentang-mentang tetanggaku sibuk proyek
di luar kota.
Cerita
Lain
Tiba-tiba ada orang
lain yang cerita kalau tetangganya (bukan di sebelah rumahku) sebal karena
pohon mangganya berbuah. Ada yang diam-diam mengambil mangga lalu rontokan daun
dibiarkan begitu saja. Dia jadi kehilangan buah sekaligus capek karena harus
menyapu daun.
Apa susahnya minta izin
untuk memetik beberapa mangga? Toh beliau tidak pernah pelit. Ngomong apa
susahnya, malah diam-diam mengambil mangga, karena godaan setan!
Jangan
Jadi Manusia Bermental Maling
Sayang sekali mengapa
ada tipe manusia yang menganggap punya tetangga adalah punyanya juga, dengan
alasan pohon itu ada di bagian depan rumah (milik tetangga). Meski ranumnya
mangga sangat menggoda, meski kelaparan, apakah harus mencuri demi buah yang
hanya mengenyangkan perut selama beberapa jam?
Daku pernah membuat flash fiction di media sosial tentang
tema yang serupa. Ceritanya begini:
Seorang gadis sebal
karena hasil kebun mini di rumahnya (berupa cabe dan sayuran) dicuri oleh
tetangganya. Begitu ketahuan, sang tetangga malah beralasan kalau tanaman itu
milik umum (padahal milik pribadi). Akhirnya sang gadis membalas kalau mobil
tetangga yang sering parkir di jalan desa adalah milik umum jadi boleh
dipinjam, sekalian sopirnya (suami tetangga itu).
Sungguh mental maling
ini menyebalkan dan jangan pernah ditiru. Selembar daun pandan yang ada di
dalam kolak bisa membuatnya jadi haram. Bukankah minta izin lebih baik daripada
mengambil diam-diam (dan menambah dosa)?









_poster.jpg)


































