Rabu, 12 November 2025

Review Film Little Women, Terpesona Kecantikan Winona Ryder

 

Siapa suka nonton film tentang cewek? Nonton deh Little Women yang menceritakan keluarga March, yang punya 4 anak gadis, dan setting-nya jadul (sekitar 150 tahun lalu). Ehh ini Little Women tahun 1994 yaa, bukan yang ada Emma Watson-nya. Tapi ini yang versi sebelumnya dan ada Winona Ryder sebagai bintang utama.

                                            Sumber foto: Wikipedia

Judul: Little Women (adaptasi dari buku berjudul sama, karya Louisa May Alcott)

Tahun: 1994

Sutradara: Gillian Armstrong

Pemain:  Trini Alvardo (sebagai Meg), Winona Ryder (sebagai Jo), Claire Danes (sebagai Beth), Kirsten Dunst (sebagai Amy), Christian Bale (sebagai Laurie), Susan Sarandon (sebagai Marmee)

 


Dikisahkan keluarga March yang ceria walau sang ayah pergi ke medan perang. Ada 4 anak gadis yakni si sulung Meg, dan adik-adiknya: Beth, Jo, dan Amy. Mereka rajin bekerja dan belajar walau uangnya pas-pasan.

Walau berasal dari keluarga menengah dan punya 1 asisten rumah tangga, keluarga March tidak hidup mewah. Mungkin di masa perang keadaan ekonomi jadi agak sulit? Tapi mereka tetap semangat datang ke pesta dansa, terutama Meg yang tumbuh jadi remaja cantik.

                                           Meg March

Di pesta, Meg didandani oleh teman-temannya. Meg dan Jo bertemu dengan Laurie (Theodore Laurence) di sana, yang merupakan tetangga barunya. Laurie langsung menolong Meg yang kakiknya terkilir dan mengutus kusir kereta kuda untuk mengantarnya pulang.

Kisah Cinta dengan Laurie

Laurie adalah cucu dari tetangga yang kaya-raya tapi tidak sombong. 

                                       Jo March

Jo dan Laurie jadi bersahabat dekat, apalagi dia dipinjami buku-buku yang bagus. Sementara guru privat Laurie malah naksir Meg (dan kemudian mereka menikah).

                                      Jo dan Laurie

Tak disangka Laurie ingin menikahi Jo dan melamarnya, karena dia akan pindah. Tapi Jo menolak mentah-mentah, mungkin karena usianya masih 19 tahun. Menurut Jo mereka lebih cocok bersahabat daripada menjadi pasangan suami-istrii.

Pekerjaan Masing-Masing Gadis

Jo fokus pada pekerjaannya yakni menjadi pendamping sang bibi (yang kaya-raya), dan dia paling suka sesi membacakan buku. 

                                               Beth March

Sementara Meg menjaga anak (orang lain), dan Amy masih sekolah (kayaknya masih SD). Beth fisiknya kurang bagus sehingga dia di rumah saja.

Petualangan Baru Jo

Jo patah hati bukan karena kepergian Laurie, tapi karena sang bibi memilih Amy untuk menemaninya pergi ke Eropa. Kemudian Jo itu pindah ke kota lain yang lebih besar, sambil mengembangkan passion-nya menjadi seorang penulis. Tak disangka dia bertemu dengan Profesor Bhaer yang cerdas dan simpatik.

                                     Amy March

Sepertinya sang professor naksir Jo, tapi apa dia mau menerima cinta dari orang yang jauh lebih tua darinya? Apakah Jo malah memikirkan Laurie? Bagaimana dengan nasib sang ayah di medan perang? Nonton sendiri ahhh, seru lho!

Kesanku setelah Menonton Little Women

Winona Ryder cantiiik banget, memang dia terkenal tahun 90an ya? Lalu shock dong pas baca daftar pemain, ternyata pemeran Laurie adalah Christian Bale (langsung pengen nyanyi lagu “Batman kaulah idolakuu”). Akting Susan Sarandon sebagai ibu dari 4 gadis itu juga bagusss.

Read: Review Merry Little Batman

Little Women menceritakan 4 gadis (dan 1 ibu) yang semangat dan berkemauan kuat untuk berhasil.

                                         Marmee (Mrs. March)     

 Walau mereka hidup di masa lalu (tanpa alat-alat modern seperti sekarang) tapi tidak mengeluh dan pantang menyerah. Bagus sekali didikan marmee (panggilan ibu mereka) bahwa wanita tak hanya pasif di rumah, tapi harus melakukan sesuatu untuk lebih maju.

Selasa, 11 November 2025

Ketika Saladin Sudah Remaja dan Suka K-POP

 

 “Bun, lihat deh, videonya bagus!”

Saladin menunjukkan sebuah gambar bergerak di ponsel. Di sana ada tiga cewek (animasi) yang sedang menyanyikan lagu berjudul Golden. Ternyata lagu dari girl band Huntrix ini juga viral karena selalu ada di TikTok maupun medsos lain.



Lagu Golden emang bagus sih dan kalian sudah dengerin, belum? Banyak artis yang akhirnya meng-cover, termasuk idolaku (Nayl Author). Lagu ini banyak memakai nada tinggii-tinggiii sekalii.

Tapi ini bukan cerita tentang Golden ya melainkan Saladin yang sudah remaja (hampir 13 tahun) dan mulai suka K-POP. Tahu dari mana? Dari video-video yang dia tonton di YT.

BT21



Sebelumnya, Saladin suka nonton BT21 dan emang imuut banget. Karakternya cocok buat anak-anak. ternyata BT21 ini BTS tapi dalam versi cute. Sepertinya ini marketing gaya baru, ya?

Huntrix dan Saja Boys



Nahh setelah suka BT21, Saladin juga suka Huntrix plus Saja Boys. Apalagi videonya emang cakep, pakai animasi dan dikonsep dengan profesional. Daku lama-lama juga suka lagu-lagunya, wkwkk.

Menerima Bahwa Anak sudah Besar

Setelah Saladin suka beberapa grup K-POP maka daku sadar bahwa dia sudah remaja, sudah besar, dan bukan balita lagi. Dia bukan bocil yang suka lagu anak-anak atau video CocoMelon. Tapi selera musiknya sudah berubah jadi lagu-lagu Korea (dan lagu western juga).



Saladin sudah remaja, badannya tinggi (hampir 160 cm), dan ukuran sepatunya 40. Sudah gedee dia dan wajar banget kalau mulai suka K-POP. Selamat tinggal lagu dakocan, susan, dan lagu-lagu jadul yang dulu suka kunyanyikan kalau lagi bermain dengannya.

Bundanya Makin Tua

Apa yang terjadi ketika anak sudah ABG dan suka K-POP? Maka bundanya menyadari bahwa dia sudah tuaa (30+) wkwkw. Biar deh, yang penting berjiwa muda. Dengan usia dan kekuatan tubuh yang segini semoga bisa terus mengasuh dan menyayangi Saladin.

Bolehkah Anak Punya Idola?

Saat anak suka K-POP maka daku sempat bertanya-tanya, apa boleh anak punya idola? Sebenarnya boleh-boleh saja, asal dalam konteks yang positif. Misalnya mendengarkan lagu korea biar lebih semangat di rumah (dan tak lagi tantrum seperti dulu).



Jadi ingat dulu pas SMP-SMA, daku juga punya idola (Sheila on 7) sampai beli kaset, pasang poster, dan nonton konsernya. Waktu berlalu begituuu cepat. Sekarang Saladin yang suka lagu tapi lagu dari negeri ginseng, bukan lagu Indonesia.

Jika anak punya idola baik itu grup K-POP atau grup yang lain maka biarkan saja dan ajarkan bahwa ngefans juga harus punya batasan. Jangan kenalan asal dengan sesama fans dan membocorkan data pribadi, atau mengkoleksi merchandise sampai kehabisan uang saku. Bagaimana, apa anak-anak juga suka K-POP?

Senin, 10 November 2025

Review Nohara Hiroshi’s Lunch Style: Series yang Bikin Lapar

 

Siapa yang suka nonton Crayon Shinchan alias Nohara Shinnosuke? Kisah anak bandel yang lucu dan kadang ngeselin. Eits, tapi ini bukan tentang Shinchan tapi kartun spin off tentang ayahnya yakni Nohara Hiroshi.



 

Judul asli         : Nohara Hiroshi Hirumeshi no Ryuugi

Jumlah episode: 12 (season 1) – info dari IMDB

Genre              : kuliner

 

Dikisahkan Nohara Hiroshi adalah karyawan swasta yang suka mencoba makanan baru untuk makan siang. Menunya tak hanya cocok di lidahnya tapi juga di kantongnya (maklum dia masih punya cicilan rumah yang belum lunas).  Nah, apa saja yang dimakan oleh Hiroshi dalam serial ini?



Pertama, Hiroshi mencoba makanan yang cukup populer yakni nasi kari (khas India). Sampai di restoran dia malah bingung karena ada kari ayam, daging, dll dan tingkat kepedasannya juga berbeda-beda. Di dekatnya ada gerombolan cewek yang juga makan dan pesan kari pedas. Sebagai lelaki yang agak sombong, dia beli kari pedas dan malah kepedasan (serta akhirnya sakit perut).

Lupakan tentang tragedi nasi kari karena Hiroshi sudah move on dan kali ini dia mencoba kuliner tradisional Jepang: sushi! Aneka sushi dengan beragam bentuk dan protein bikin bingung, mana yang paling enak? Ternyata yang nikmat adalah salmon belly sushi.

Cewek yang Naksir

Tak hanya makan nasi, Nohara Hiroshi juga suka coba burger. Di restoran burger lucu karena ada karyawati yang diam-diam naksir dia dan salah tingkah. Padahal Hiroshi bersikap biasa aja tapi mbak itu GR berat. Waduuuh!

Mie Soba ala Okinawa



Di serial Nohara Hiroshi’s Lunch Style (yang merupakan adaptasi dari komik), juga diperlihatkan mie soba ala Okinawa. Mie ini terbuat dari gandum jadi teksturnya lebih ‘berat’ sedikit dari mie biasa. Nahh dulu daku pernah makan mie soba seafood lalu shock karena soba ala Okinawa lauknya bebong alias p0rk. Kalau yang muslim dan makan di Jepang kudu hati-hati yaa.

Kesanku Setelah Nonton Nohara Hiroshi’s Lunch Style

Pertama bingung karena Hiroshi di serial ini agak berbeda (rahang bagian bawah kurang kotak) dan baru sadar kalau yang menggambar berbeda. Ya iyaalah karena Yoshito Usui sensei (komikus Shinchan) sudah meninggal dunia. Jadi yang membuat serial ini bukan beliau.



Kemudian daku kaget karena Hiroshi beli makan siang, kirain dia bawa bekal yang dibuat oleh Misae (istrinya), biar hemat gituu. Ternyata lebih memilih buat beli lunch, mungkin sekalian refreshing ya? Lalu dia juga suka coba menu baru dari restoran baru, wajar kalau tidak bawa bekal.

Terus daku juga salah karena mengira Hiroshi sudah 40-an tapi ternyata baru berusia 35 tahun! Masih relatif muda ternyataa dan kurang dijelaskan juga dia di kantor posisinya sudah cukup tinggi atau masih pegawai biasa. Tapi dengan gaji segitu, juga cicilan rumah (yang tidak murah), ternyata masih bisa beli makan siang di luar.

Masukan untuk Pengusaha Kuliner

Dalam serial ini juga ada beberapa masukan untuk pemilik bisnis kuliner. Jadii di buku menu sebaiknya dikasih gambar juga (jangan cuma tulisan), biar pengunjung restoran bisa lebih cepat memutuskan mau makan apa. Lalu karyawan juga harus di-traning biar gak baper dengan pembeli.



Serial Nohara Hiroshi’s Lunch Style cukup menghibur (walau tidak seheboh dan selucu Shinchan). Sampai ada netizen yang bilang kalau serial ini jadi salah satu duta kuliner Jepang. Nahh, kamu suka makanan Jepang, kah?

Kamis, 06 November 2025

Pengalaman 13 Tahun jadi Ibu dari Anak ADHD plus

 

Tanggal 7 November 2012 suamiku membawa mobil dengan sangat hati-hati. Diparkirnya mobil merah pinjaman itu di tempat yang tersedia, lalu pelan-pelan memapahku yang berperut buncit. Pakai ada drama sandal lepas segala dan beliau mengambilkannya. Kami terburu-buru karena….

Berjam-jam sebelum ke Rumah Sakit, rasanya tak tertahankan. Punggung dan perut sakit bersamaan. Kata ibu mertua, itu salah satu tanda mau melahirkan, dan kami pun langsung ke sebuah RSIA di Kota Malang.



Tanggal 8 November 2012 jam 8:15 pagi, lahirlah si boy yang ditunggu-tunggu. Dia diberi nama oleh sang ayah: Muhammad Saladin Al-Ayyubi. Berharap bisa jadi sekuat dan sehebat pahlawan tersebut.

Tahun demi tahun berlalu dan Saladin sekarang sudah tumbuh menjadi remaja yang introvert. Iyaa, di ulang tahun ke-13 ini dia menggemaskan karena kadang mau cerita kadang diam saja. kalau kutanya mengapa? Eh jawabannya: aku introvert.



Sudahlahhh, daripada mumet dan ngomel (sambil bilang bunda capek ngomong sama tembok karena kamu dieem seribu bahasa), akhirnya kucoba memahaminya. Dia, yang dulu bayi kecil chubby, telah berubah jadi remaja yang pendiam. Di ulang tahunnya yang ke-13 akhirnya daku ingin share pengalaman mendidik anak ADHD yang nano-nano rasanya.

13 Tahun yang Seperti Roller Coaster

Saladin waktu lahir seperti bayi pada umumnya, minta digendong, minum ASI, dan ceria. Namun pertumbuhan fisiknya sangat cepat: di usia hampir 2 bulan dia sudah tengkurap. Dia sudah berumur setahun dan bisa jalan sendiri, lanjut lari-lari dan…memanjat.



Dulu daku menganggap tingkah Saladin yang suka menek pagar, jendela, pohon, dll adalah hal yang biasa. Namun ketika dia dibawa ke psikolog, ternyata ADHD dan butuh terapi serta arahan. Karena apaa? Karena dia pernah kabur dari rumah, pernah juga mau lompat dari lantai 2 ke lantai 1 (memangnya spiderman??)

Read: Saladin Kabur dari Rumah

Belajar dari Anak

Alhamdulillah setelah terapi dan stimulasi sendiri di rumah, Saladin relatif anteng. Dia sudah tidak lagi jalan-jalan random, mau masuk kelas, duduk dan tertib. Yang penting waktu pagi energinya dikuras dulu (dengan cara jalan pagi ke sekolah) dan dia masih diet gula dan gluten.

Read: Anak ADHD Diet Gula dan Gluten

Justru saat punya anak ADHD daku jadi belajar banyak hal. Pertama tertib makan (meminimalisir konsumsi gula dan gluten), jadi jarang makan mie instan. Kedua, memang kudu sabar ngajarin anak ADHD yang bisa impulsive dan emosian. Harus diasuh dengan sepenuh hati agar mereka mengerti bahwa tingkahnya bisa bikin nangis.

Menerima Keadaan



Sekarang daku sudah dalam keadaan ‘menerima’ karena punya anak ADHD (yang dikategorikan ABK) sangat challenging. Daku sudah tidak bertanya, mengapa anakku seperti ini? Mengapa dia tidak seperti anak normal? Justru dengan keunikannya dia jadi mudah dikenali.

Ulang Tahun yang Sederhana

Tiap tahun Saladin ingat ulang tahunnya dan kami rayakan dengan sederhana: cukup bikin brownies lalu makan bersama. Yang penting dia paham bahwa milad adalah hari untuk bersyukur. Dia juga mengerti kalau orang tuanya sayang padanya.



Selamat ulang tahun anakku, tumbuhlah jadi remaja yang sehat dan berprestasi. Selama 13 tahun ini daku belajar banyak hal, tentang kesabaran, keikhlasan, dan semangat untuk terus maju. Semoga cita-citamu untuk punya camper van tercapai dan kami bisa traveling bersama-sama.

 

Selasa, 04 November 2025

Enaknya Belajar di PKBM

 

PKBM? Mungkin klean belum paham tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. Tapi ini adalah istilah baru dari ‘kejar paket’. Jadi Saladin bukan belajar di SMP tapi di sebuah PKBM di Kabupaten Malang, alias ambil kejar paket B.



Lhoo kok paket B? Ya, karena dulu waktu Saladin SD, ijazahnya dari kejar paket A. Dulu di SD Alam (sekolahnya) kerja sama dengan sebuah PKBM jadi ijazahnya paket A. Pikirku, untuk SMP lanjut paket B saja lah, toh sama-sama resmi (diakui oleh pemerintah). Kalau mau lanjut ke SMA negeri atau swasta ya bisa juga.

Kelas Kecil

Jadi apa saja keunggulan belajar di PKBM? Yang paling daku suka adalah dia punya kelas kecil (maksimal 5 murid). Nahh dulu kan kami sempat survey ke PKBM lain, di sana maksimal 7 murid per kelas. Entah kalau di PKBM daerah lain bagaimana.



Tapi justru dengan kelas kecil ini bagus untuk Saladin karena dia bisa lebih fokus. FYI Saladin ini anak ADHD jadi memang agak berbeda dengan yang lain. Dengan teman sekelas hanya beberapa anak dia lebih happy, apalagi keadaan di sana juga tidak berisik.

Tidak Usah Pakai Seragam

Tidak ada seragam di PKBM-nya Saladin karena ini swasta. Jadi yang dia pakai tiap hari senin sampai kamis adalah celana panjang, sepatu, dan kemeja. Baju bebas tapi rapi gituu deh. Tanpa seragam malah enak karena bisa lebih bebas, tidak usah bingung cari sabuk, topi, dll.



Namun menurut keterangan seorang teman, kalau di PKBM negeri muridnya masih pakai seragam. Sebetulnya istilah ini juga kurang tepat. Karena menurut teman lain (yang orang tuanya mengelola PKBM), yang negeri namanya “sanggar belajar”, bukan PKBM.

Read: Pengalaman Mencari SMP untuk Saladin

SPP Terjangkau

Berapa biaya di PKBM? Karena yang mengelola yayasan swasta jadi tergantung kebijakan masing-masing. Kalau di tempat Saladin, SPP 300.000 rupiah per bulan, masih terjangkau untuk ukuran sekolah swasta. Untuk uang kegiatan juga masih masuk budget kami.

Guru-Guru yang Perhatian

Alhamdulillah Allah maha baik dan mempertemukan Saladin dengan PKBM yang punya guru-guru yang perhatian. Mereka sudah biasa meng-handle anak istimewa. Bahkan salah satu guru Saladin pernah mengajari murid lain yang autis, jadi memang beliau lebih sabar dan paham bagaimana cara mendidik anak ABK.

Visi dan Misi yang Sesuai dengan Kami

Memilih sekolah bukan hanya karena fasilitasnya, tapi juga karena punya visi dan misi yang sama. Kalau yang dipakai di PKBM kurikulum nasional. Tapi karena satu yayasan dengan SD Alam di Kota Malang (bukan sekolah Saladin dulu), ada pelajaran bercocok tanam juga.


Menurut salah satu terapis anak istimewa di IG, anak ADHD maupun ABK cocok sekali belajar di sekolah alam. Karena ada sesi grounding dan nature bisa jadi media belajar, sekaligus terapi alami.

Jam Belajar Hanya Setengah Hari 

Sekolahnya Saladin sampai jam berapa? Cuma sampai beduk alias jam 11.30 sudah pulang, dan hanya 4 hari saja. Enak yaa, bentar banget sekolahnya. Tapii tetap dong di rumah juga belajar (daku yang ajarin).



Untuk Saladin yang ADHD dan hipersensitif terhadap suara dan keramaian, sekolah setengah hari sangat menyenangkan. Karena memang dia belum kuat (secara mental) untuk belajar dari pagi sampai sore.

Belajar di PKBM memang asyik dan yang paling bikin lega adalah penerimaan dari para guru. Karena memang tidak semua sekolah dan pendidik paham bagaimana cara meng-handle anak istimewa. Semoga Saladin makin betah sekolahnya dan tidak ada drama.

Minggu, 02 November 2025

Martabak Tahu dan Semangat yang Terbentuk dari Dapur

 

Siapa nih yang suka makan martabak telurr? Renyahnya kulit yang berpadu dengan kelembutan isian, dimakan hangat-hangat sungguh sangat nikmat. Tapi kali ini daku bikin martabak isi tahu, bukan daging sapi atau ayam.

Resep martabak kudapatkan dari internet dan sedikit dimodifikasi (karena ayahnya Saladin kurang suka daun bawang jadi tidak pakai daun bawang). Setelah jadi eh cepat sekali ludes. Bisa diulang lagi nih dengan resep yang sama karena bisa dijadikan lauk atau cemilan yang bikinnya mudah buangett.



Sambil melipat kulit martabak, ingatan terbang ke peristiwa lebih dari belasan tahun lalu. Kala itu daku masih belajar masak dan gurunya sangat perfeksionis, salah posisi pisau dikomentarin. Jika bikin lumpia, martabak, atau makanan lain yang digulung atau dilipat, dan tidak presisi, dimarahin.

Kebiasaan Mencela yang Sangat Buruk

Akhirnya apa yang terjadi saudara-saudaraaa? Daku jadi malas belajar masak. Baru tergerak untuk bisa terampil di dapur itu pas kuliah (karena sudah punya waktu luang saat jeda waktu belajar). Itupun baru sebatas bisa masak nasi goreng, mie goreng, ayam ungkep, dll. Guru masaknya juga ganti dan daku dibebaskan untuk lebih percaya akan kemampuan diri sendiri.



Kebiasaan mencela amat-sangat buruk apalagi jika dilakukan di dapur. Memang modal utama mengajar adalah SABAR dan ketika ada orang yang belum bisa masak, ya jangan malah dimarahi. Saat melipat adonan martabak telur agak penceng ya tidak apa-apa, toh untuk dimakan sendiri, bukan dijual. Lama-lama juga rapi kok bentukannya, dan tidak boleh terlalu perfeksionis.

Jadii daku tuh berusaha keras agar tidak banyak komentar saat Saladin belajar bikin mie instan atau mengupas kentang sendiri (dengan peeler). Jangan sampai gara-gara dicela dia jadi malas untuk mandiri dan ogah masak sendiri. Padahal anak laki-laki kudu bisa masak, minimal bikin telur dadar dan menanak nasi sendiri.

Modifikasi Resep

Dari martabak tahu daku belajar untuk modifikasi resep karena disesuaikan dengan lidah dan selera keluarga, seperti yang tadi kujelaskan kalau tanpa daun bawang karena suami tidak suka. Kalau aslinya pakai bumbu bawang merah dan bawang putih, tapi ganti pakai bawang putih bubuk yang lebih praktis. Lalu tambahkan garam dan kaldu bubuk.



Tahunya direbus dulu, peras (untuk mengurangi kadar air), pas sudah hancur baru diberi bumbu tadi dan sebutir telur. Baru masukkan ke selembar kulit lumpia, rekatkan dengan putih telur (atau campuran air dan tepung terigu). Goreng hingga matang dan selamat menikmati, hati-hati panasss!



Jadi ingat beberapa waktu lalu saat bikin nasi goreng ikan asap. Resep aslinya pakai saus tiram tapi akhirnya ku-skip karena rasa ikan asap sudah dominan, sehingga tidak usah saus tiram. Kita tidak usah melihat resep bulat-bulat karena bisa dimodifikasi sesuka hati, karena dapur adalah tempat untuk berkreasi.

Dapur yang Mengajariku untuk Tidak Menyerah

Dari cara pembuatan martabak tahu yang cukup sederhana, daku belajar untuk tidak menyerah. Dulu pernah gagal bikin martabak karena nekat bikin kulit sendiri (dari terigu) dan ternyata lebih mudah kalau pakai kulit lumpia atau kulit pangsit. Practice makes perfect jadi jangan takut untuk terus berani mencoba, tak hanya di dapur tapi di manapun.



Terima kasih martabak tahu dan dapur yang telah memberi pelajaran hidup. Manusia terus berkembang menjadi pribadi yang jauuuh lebih baik. Jangan mutung saat masakan gagal karena bisa dicoba lagi di lain waktu, atau kalau capek ya beli saja, wwkwkwk.

 

Sabtu, 01 November 2025

Anak yang Terlalu Pintar Bahasa Malah Bikin Pusing

 

Siapa yang tidak bangga jika punya anak pintarr? Saladin (12 tahun) belum pernah kutes IQ tapi sudah ada 2 guru yang menduganya sebagai anak cerdas istimewa. Pasalnya, dia sudah bisa bahasa inggris (writing, reading, and speaking). Dia juga hafal huruf Hangeul Korea, Yunani, Urdu (Pakistan), Rusia, dan tentu saja hijaiyah (Arabic). Padahal modal belajarnya dari YT.



Tapi suatu hari bu guru Saladin memanggil. Beliau cerita kalau Saladin menulis di buku tapi bingung, huruf apa? Korea bukan, arab bukan. Ternyata Saladin bikin abjad sendiri! Oalah, bocahhhh!

Di satu sisi daku bangga karena Saladin sudah hampir jadi polyglot. Tapi di sisi lain juga pusing karena dia masih seenaknya sendiri dalam menulis. Saking antusiasnya pada huruf sampai lupa bahwa hampir semua orang di sekitarnya baru bisa 2 macam abjad (alphabet dan hijaiyah).



Pernah tuh dia protes mengapa ada tamu yang tidak bicara dalam bahasa inggris? Astagaa, mengapa bocah bisa berpikiran seperti itu? Kujelaskan kalau tidak semua orang Indonesia bisa speaking, atau bahasa inggrisnya masih pas-pasan.

Mengendalikan Kemampuan

Benar-benar deh Saladin menguji kesabaran dengan kepintaran berbahasa yang jauh melebihi anak lain. Sampai tiap hari kubilangin, kalau di sekolah pakai abjad biasa (huruf latin). Jangan pakai huruf lain karena ibu dan bapak guru (serta teman-temannya di PKBM) tidak paham.



Saladin bagaikan avatar pengendali api yang harus diajari untuk mengendalikan kemampuan supernya. Jangan sampai kelebihannya jadi boomerang dan membuatnya kerepotan sendiri. Misalnya pas lagi ujian malah menjawab dengan abjad lain (korea) dan saat yang memeriksa guru di luar PKBM, mereka jadi kebingungan.

Read: Anak Pintar Bikin Pusing

Menulis Huruf pada Tempatnya

Selain menyuruh Saladin untuk memakai abjad biasa (alphabet) di sekolah, daku juga memintanya untuk menulis huruf pada tempatnya. Alias boleh bikin tulisan dan belajar aksara dari negara lain tapi saat sesi belajar di rumah, bukan di PKBM. Soalnya kadang ada jam bebas pelajaran dan dia diperbolehkan untuk pinjam PC, jadi kalau di sana buka web edukasi saja, bukan yang tentang huruf.

Mengimbanginya

Hal lain yang bikin pusing adalah daku diminta untuk hafal huruf-huruf asing juga. Jadi sekarang belajar keras untuk menghafal huruf cirrylic (rusia). Kalau huruf yunani kan sudah biasa diajarkan di pelajaran fisika (beta, gamma, phi dan lain-lain) jadi sudah cukup familiar.



Memang jadi manusia harus belajar sepanjang hayat dan berkat Saladin daku jadi belajar bahasa dan aksara asing. Memiliki anak cerdas istimewa adalah anugerah sekaligus tantangan. Semoga Saladin makin bisa menempatkan diri, dan daku juga bisa makin memahaminya.

Selasa, 28 Oktober 2025

Tantangan Mendidik Anak Tunggal

 

 

“Bun, lapar!”

Jam 17:51 Saladin sudah mengeluh kelaparan dan ingin makan malam. Langsung kujawab, “Kalau lapar ya ambil piring sendiri, bukan lihatin Bunda.” Yaa, di usianya yang 12 tahun Saladin kadang masih begini, minta tolong diambilkan makan. Akhirnya dia melipir ke dapur lalu makan dengan nikmat.



Setelah itu daku jadi mikir, apa karena dia anak tunggal jadi kayak gini? Memiliki anak hanya satu memang punya banyak tantangan (juga pertanyaan dari netizen yang kepo, wkwkwk). Yang jelas Saladin tidak punya adik karena daku punya alasan kesehatan.

Nahh, jadi apa saja yang harus dilakukan ketika mengasuh anak tunggal?

Tidak Memanjakan

Anak tunggal tidak selalu manja, YGY. Tergantung didikan keluarganya. Nah daku ini sulung dari 4 bersaudara tapi saat masih gadis malah manja, hehehe.



Lantas bagaimana agar anak tidak manja? Pertama, mengajari basic skill seperti beberes rumah (minimal menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, atau setidaknya menaruh piring dan gelas kotor ke sink cucian). Anak diajari bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak hanya dilakukan perempuan tapi juga laki-laki.

Kedua, yakinkan anak kalau tidak memanjakan bukan berarti tidak sayang. Terutama kalau dia tipe feeling (cek MBTI deh atau tes dulu). Jika ada orang tua yang tegas maka mereka memberi cinta dengan cara lain, bukan dengan menggelontorkan uang.

Belajar Sabar

Mengajarkan anak untuk sabar memang butuh waktu dan kesabaran jugaa. Karena orang tua jadi teladan. Apalagi kalau anaknya Cuma satu. Jangan sampai dia gampang marah karena keinginannya terlalu sering dan mudah untuk dituruti.



Memang ya jadi orang tua kadang dilemma antara memberi kasih sayang dengan mengajarkan sabar. Tapi jangan terlalu sering mengiyakan permintaan anak, apalagi kalau dia masih kenyang, misalnya minta beli sate ayam padahal 30 menit lalu sudah makan malam. Karena seringnya anak tuh hanya caper atau tergoda aroma makanan dari penjual keliling.

Apalagi kalau permintaannya ‘ajaib’ misalnya pengen melihara ular atau binatang buas, emooh! Harus tegas bilang NO, agar anak sabar dan paham bahwa tidak semua keinginannya harus dituruti.

Mengajari Kemandirian dan Keberanian

Setelah anak belajar untuk tidak manja maka dia juga diajari kemandirian. Misalnya makan sendiri, mandi sendiri, berani ke toko sendiri, dll. Jangan disuapin padahal sudah SMP (dengan alasan biar cepat makannya). Apalagi kalau anaknya laki-laki, jangan sampai gedenya jadi anak mami.



Mengajarkan anak untuk berani ini juga jadi tantangan, apalagi kalau dia anak tunggal. Kuncinya adalah orang tua harus memberi kepercayaan dan tidak usah overthinking. Misalnya ketika bocah ikut perjusa (perkemahan jumat sabtu) di usianya yang sudah 11 tahun, ya biarkan saja ikut, bukannya dikekepin di rumah.

Tidak Ikut Campur

Apa sih yang bikin anak manja? Salah satunya adalah orang tua yang terlalu ikut campur. Mau berangkat sekolah, malah bundanya yang heboh memeriksa PR, buku, dll. Saat anak punya PR malah dikerjakan oleh orang tuanya, padahal ini sangat tidak mendidik!



Mendidik anak apalagi yang tunggal memang butuh kesabaran, disiplin, dan konsistensi. Di era sekarang jangan sampai deh anak jadi cengeng dan manja karena salah didik. Yuk semangat agar mereka bisa tumbuh jadi insan yang berani, cepat tanggap, suka belajar, kritis, dan mandiri.

Minggu, 19 Oktober 2025

14 Tahun Menikah Tanpa Tepuk Sakinah

 

Tepuk sakinah? Lagi viral di sosial media dan kalau mau lihat gerakan di videonya, cari sendiri ya. Tapi kali ini daku bukan mau cerita tepuk sakinah, melainkan perjalanan selama 14 tahun+ nikah dengan ayahnya Saladin. Meski agak telat karena wedding anniversary udah September kemarin. Enggak apa-apa kan, better late than never.

Kalau dihitung sejak 2011 sampai 2025 berarti 14 tahun bersamanya, dan sebelum nikah enggak pacaran. Lama juga ya? Bener-bener enggak nyangka sudah lebih dari satu dekade dengan beliau. Padahal dulu tak pernah mikir kalau punya suami sepertinya.

Up and Down

Namanya hidup pasti ada pasang surutnya, anggap saja naik roller coaster. Kami sudah pernah mengalami beberapa tahun tinggal di rumah ortuku, di rumah ibu mertua, dan Alhamdulillah sejak tahun 2019 tinggal di rumah sendiri, cash keras tanpa bingung mikir setoran bulanan. Namun petualangan belum selesai.



Namanya punya suami pengusaha ya ada naik turunnya. Tapi daku ikut berjuang juga, bantu mengiklankan pisau dan produk lain yang dibikin oleh suami. Hampir sama seperti dulu saat kami punya bisnis percetakan, beliau di bagian produksi dan daku bagian pemasaran.

Menanggulangi Masalah Berdua

Lantas apa yang terjadi selama 14 tahun dan ada gelombang yang menerjang? Jika manusia hidup pasti ada masalah. Yang penting tenang dan berusaha diatasi berdua. Jadi jangan pernah merasa sendiri, dan kalau diterjang bersama-sama, masalah pasti akan selesai.

Intinya jangan mudah emosi dan malah bertengkar saat ada masalah. Bukannya menyelesaikan problema malah tambah runyam. Sabar, sabarr, sabarrr, kalau ada problema jangan dikit-dikit ngadu ke mertua.

Memikirkan yang Tak Kupikirkan



Salah satu nasehat dari kakak online adalah selalu mengingat kebaikan suami. Lalu mikir, oh ternyata beliau selalu mengalah dalam hal makanan (ngasih jatah nasi kotak / jumat berkah ke daku dan Saladin). Beliau juga mikir masa depannya Saladin misalnya dengan mencarikan guru les (padahal daku enggak pernah kepikiran gini, karena terlalu yakin kalau bocah bisa belajar sendiri).

Memperbaiki yang Tak Bisa Kulakukan Sendiri

Apa fungsi suami ketika beliau work from home? Salah satunya adalah memperbaiki rumah. Karena ini hunian sudah lama berdiri maka wajib direnovasi. Beliau juga yang inisiatif memperbaiki pintu, tempat cuci piring, dll.

Memang bahasa cinta kami berbeda. Daku lebih ke words of affirmatinon dan giving. Sementara beliau act of service. Nah, memperbaiki rumah ini salah satu bentuk perhatiannya. Jadi emang enggak boleh ngambek karena merasa suami tidak romantic, padahal love language-nya beda, dan harus dipahami.

Mengatasi Berbagai Perbedaan

Dengan berbagai perbedaan yang ada maka tercapai satu pemahaman dan kesepakatan. Jika ada perbedaan maka tak perlu jadi bahan pertengkaran (kecuali dalam hal penting seperti religion). Kecuali hal yang tidak bisa ditoleransi (misalnya istri orangnya ‘lurus’ sementara suami berbuat kriminal), ngeri beudd dah.

Jadiii, inti dari pernikahan selama ini adalah SABAR. Beneran deh. Daku berkaca dari nenek dan kakekku yang menikah selama hampir 60 tahun. Benar-benar sampai maut memisahkan.