Rabu, 26 November 2025

Membaca Buku Lupus saat Sudah Dewasa, Begini Rasanya

 

Siapa yang suka baca Lupus? Buku karya alm Hilman Hariwijaya ini sudah terjual sampai jutaan copy dan dibikin film serta sinetron. Eh tapi kali ini daku mau bahas versi bukunya ya, bukan film atau sinetronnya.

Berbagai versi Lupus

Kalau ngomongin Lupus maka bakal ada 3 kelompok serial, yakni versi Lupus kecil, ABG, dan SMA. Ada yang ditulis sendiri oleh Bang Hilman. Ada yang ditulis berdua dengan sohibnya, Boim Lebon.



Lupus kecil menceritakan tentang anak SD yang ekstrovert dan hobi mengusilin adiknya, Lulu. Si Lupus suka main tebak-tebakan dan bermain dengan temannya. Kalau di Lupus kecil ada bonus short comic yang digambar oleh Key Mangunsong (yang juga jadi sutradara sinetron Lupus Milenia).

Sedangkan Lupus ABG sudah mulai ada naksir-naksirannya. Cinta monyet gituu. Kalau Lupus yang sudah SMA, tetap sih menceritakan anak gaul yang punya banyak teman (Boim dan Gusur) dan suka mengunyah permen karet.



Si Lupus digambarkan lucu, gaul, dan gokil abis. Tapi walau suka ngerjain Lulu, dia tetap sayang ke adik semata wayangnya. Ketika Papi sudah meninggal, cowok itu berusaha cari uang dengan mengirimkan karya ke majalah remaja, kerja di kafe, dll.

Read: Resensi Lupus and Work

Lupus yang kelihatan tengil tapi cukup bertanggungjawab ke Lulu dan maminya dengan bekerja sampingan. Sang mami punya bisnis tapi Lupus tak mau merepotkan beliau. Patutlah ditiru oleh gen Z atau generasi di bawahnya, kalau mau uang ya harus usaha.

Papi yang Medit

Waktu sang Papi masih hidup, beliau ditulis sebagai tokoh yang medit. Maklum, hanya pegawai kantoran biasa. 



Jadi si Lupus uang sakunya terbatas, hanya bisa jajan permen karet. Tapi walau medit beliau tetap bertanggung jawab pada keluarga kecilnya.

Mami yang Sabar dan Pekerja Keras

Kesal enggak kalau punya suami medit? Maminya Lupus tidak digambarkan sebagai ibu yang suka marah walau suaminya pelit, paling sesekali ngomel doang. Coba kalau ibu-ibu zaman sekarang ya? Kemarahan bisa dengan mudah di-expose di sosial media.

Read: Parenting ala Mami Lupus

Setelah sang suami meninggal, maminya Lupus tidak putus asa. Beliau berbisnis katering dan punya beberapa asisten di dapur (yang lucu juga). Beneran deh, kalau kalian lagi stress, baca Lupus aja, dijamin ketawa.

Hidup di Era Pra Internet



Buku-buku Lupus diterbitkan tahun 80-an sampai 2000-an. Jadi kebanyakan setting di era pra internet. Sambil baca Lupus kecil, bisa tuh dibacakan juga ke bocils. Zaman dulu anak-anak bisa main dan happy walau tidak ada HP atau gadget canggih.

Kritik Sosial Lewat Buku

Walau genre-nya komedi, tetap ada percikan kritik sosial di serial Lupus. Misalnya di buku Lupus yang setting-nya di masa krisis moneter (tahun 1998). Lupus waktu masih kecil juga digambarkan sebagai anak yang kritis, jadi tidak hanya melawak saja.

Sebagai penulis, Bang Hilman sangat berhasil membuat karya yang bisa dinikmati anak kecil, remaja, maupun dewasa. Hebat banget lho karena ini tidak mudah, butuh banyak riset dan kekuatan otak untuk menulis. Al fatihah untuk beliau.

 

Selasa, 25 November 2025

Ketika Saladin Tantrum Lagi di Sekolah

 

Jam di HP menunjukkan pukul 10:30 pagi. Tiba-tiba ada telepon dari bu guru. Ada apa gerangan? Ternyata Saladin tantrum parah di sekolah sehingga harus dijemput.



Untungnya jarak dari rumah ke sekolah dekat (tidak sampai 2 KM) dan ayahnya Saladin sedang work from home. Saladin segera dijemput dan benar, saat sampai rumah dia langsung menangis. Daku segera menenangkannya dan dia pun ketiduran. Alamakkk!

Mencari Penyebab Tantrum

Setelah Saladin bangun dan sudah tenang, kutanya: mengapa marah-marah di sekolah sampai mau merusak pintu kelas? Ternyata dia pusing dan merasa tidak nyaman. Oalahhhh! Memang sehari sebelumnya dia pilek tapi karena pagi itu sudah tidak meler, kusuruh sekolah.



Ternyata Saladin masih kurang enak badan dan dia tidak bisa bilang (atau mungkin malu?) ke gurunya. Karena pusing dia jadi marah-marah dan membuat banyak orang bingung. Jadi ini PR-ku untuk membuat Saladin lebih terbuka dalam komunikasi ke para guru dan teman-temannya di sekolah, dan tidak mengedepankan emosinya.

Waktu Saladin masih SD, dia pernah tantrum parah dan bertengkar dengan adik kelasnya (anak baru). Pulang-pulang sudah terluka, dibalut perban di dekat pergelangan tangan, karena ternyata ni bocah ngamuk dan memecahkan kaca di lab komputer. Kukira setelah remaja tidak ada drama seperti ini, ternyata salah.

Read: Tangan Saladin Luka Sampai Dijahit

Tantrum di Usia Remaja

Mengapa Saladin yang sudah berusia 13 tahun masih tantrum? Padahal biasanya terjadi pada balita atau anak kecil. Yaa karena dia adalah remaja dengan ADHD jadi memang punya masalah dengan pengelolaan emosi.



Tapii punya anak yang beranjak remaja memang bikin deg-degan. Walau anaknya tidak ADHD tetap bisa ngambek atau melakukan hal-hal yang membuat orang tuanya pusing. Perubahan fisik dan emosi dari anak kecil menuju dewasa, menjadikan dia bisa berubah. Jadi memang harus didampingi dan dimengerti agar mau curhat dan terbuka, serta mencegah hal-hal yang negatif.

Cara Mencegah Tantrum

Lantas bagaimana cara mencegah tantrum yang tak terkendali, dan membuat Saladin lebih stabil emosinya? Ternyata jalan pagi (sebagai upaya mengurangi energi dan mencegah emosi berlebih) baginya kurang. Harus ditambah juga dengan latihan / olahraga lain, karena anak ADHD punya tenaga yang berlebih dan harus disalurkan.



Cara lain adalah dengan mengatur lagi dietnya. Harus disiplin lagi mengurangi konsumsi gula dan gluten. Karena memang diet berpengaruh banget ke emosi Saladin.

Read: Anak 12 Tahun Diet

Drama Mengasuh Anak ADHD

Memang punya anak istimewa seperti Saladin bikin hidupku lebih darderdor, ada saja gebrakannya. Tapi daku tidak boleh larut dalam kesedihan atau malah balik memarahinya. Anak ADHD harus dibimbing agar jadi manusia yang tertib, sopan, dan bertanggungjawab. Bukannya dimaki-maki atau dicubit saat dia ngamuk.



Bukankah kita lebih baik cari solusi daripada hanya berkutat pada suatu masalah? Ketika Saladin tantrum maka menjadi suatu pengingat bagiku, untuk terus mengajarinya cara berkomunikasi yang baik, dan cara mengelola emosi. Semoga setelah ini dia tenang dan tak lagi marah-marah sampai merugikan orang lain dan dirinya sendiri.

Senin, 24 November 2025

Jangan Sedih jika Dibilang IRT Sarjana Malah Nganggur

 

Ketika seorang anak perempuan bersekolah sampai SMA, dan dilanjutkan sampai kuliah, besar harapan dari orang tua dan kerabat. Mereka berharap dia bisa jadi sarjana yang brilian dan memiliki karir yang bagus. Apalagi jika gajinya besar, sungguh membanggakan.

Akan tetapi jalan hidup seorang wanita tidak selalu seperti itu. Ada yang berhenti kerja lalu banting setir jadi IRT. Ada yang sejak menikah jadi full time housewife atas permintaan suaminya, atau memang ingin merawat dan mengasuh anak sendiri.



Saat wanita jadi IRT maka muncullah mulut-mulut usil yang berkomentar: sudah capek jadi sarjana malah sekarang pengangguran! Kalau lebaran juga kudu sabar karena mertua membanggakan menantu lain yang jadi wanita karir. Sedih enggak??  

Jangan Bersedih, Bunda!

Memang benar ungkapan lidah lebih tajam daripada pedang karena omongan manusia bisa menusuk sampai ke ulu hati, dan meninggalkan bekas luka yang tak terlihat, bahkan sampai bertahun-tahun. Kenyataannya IRT tidak menganggur karena ada seabrek pekerjaan rumah tangga. Kok ada saja yang berpikiran IRT kerjaannya hanya nonton drakor dan gegoleran di rumah?



Jangan bersedih, bunda, mama, dan segenap ibu di dunia. Memang kita tidak bisa membekap mulut berbisa tapi bisa menutup telinga. Kadang ada orang yang hanya basa-basi busuk dan lupa kalau pernah menyindir seorang IRT sarjana, padahal dia sendiri juga IRT.

Mom War yang Tidak Penting

Entah siapa yang memulai mom war dan menjadikan dua kubu yang berbeda. IRT vs working mom, ASI vs sufor, dst. Semua berdebat, semua ingin jadi nomor satu. Padahal kondisi tiap keluarga berbeda-beda sehingga peran ibu juga berbeda-beda.

Menjadi Pengajar Anak

Kalau ada yang bilang IRT sarjana nganggur itu memang kualitasnya perlu dipertanyakan. Kenyataannya banyak IRT sarjana yang sukses mengajari anaknya sendiri. Apalagi saat pandemi beberapa tahun lalu, di mana kelasnya online dan anak jadi ‘dipegang’ oleh mamanya.



Apalagi pelajaran sekarang tambah susyeee, materi untuk anak SD saja sudah woow, apalagi yang SMP. Tidak semua orang tua bisa menyediakan guru les atau memasukkan anak-anak ke bimbel. Jadi kalau ibunya yang mengajari jelas hematt.

Bekerja Bisa di Mana Saja

Di era teknologi informasi, seorang IRT sarjana tidak perlu galau, karena masih bisa menghasilkan uang. Bisa dengan cara jadi reseller, affiliator, atau pekerjaan lain yang dilakukan di rumah. Apalagi kalau anaknya belajar di full day school jadi punya banyak waktu dan konsentrasi untuk WFH.

Abaikan dan Blokir

Bagaimana jika masih ada yang nyinyir terhadap IRT sarjana? Abaikan saja, cuek bebekkk. Kalau ada medsosnya, blokir saja sekalian. Daripada nanti ada perkara di belakang. Karena kesehatan mental kita lebih penting, bukaan?



IRT sarjana bukanlah sebuah kondisi yang memalukan. Seorang istri bisa kok memilih untuk melanjutkan karir, jadi full time housewife, atau bekerja dari rumah. Bahagiakan dirimu sendiri dan tak usah pedulikan ocehan negatif di luar sana.

Minggu, 23 November 2025

Membaca Buku Keluarga Cemara saat Sudah Dewasa

 

Siapa yang dulu suka nonton Keluarga Cemara? Sinetronnya pernah ditayangkan di TV swasta dan daku ingat pemeran si emak juga diganti. Cerita ini diadaptasi dari buku berjudul sama, yang ditulis oleh almarhum Arswendo. Bukunya bisa dibaca di aplikasi Ipusnas yaa.



Kembali ke Keluarga Cemara. Dulu daku tidak baca bukunya tapi nonton versi serialnya dan memang dibuat punya cerita yang sama persis. Akan tetapi, menyimak buku Keluarga Cemara saat sudah dewasa membuatku punya perspektif yang berbeda.

Pekerjaan Abah

Keluarga Cemara adalah cerita Abah (ayah), emak (ibu), dan 3 putrinya: Euis, Ara, Agil. Mereka dulu orang yang cukup berada tapi kemudian bangkrut. Akhirnya Abah menjadi tukang becak demi sesuap nasi.



Ternyata pekerjaan Abah tidak hanya mengayuh becak. Namun beliau juga menjadi buruh sawah. Tapi di versi sinetron Cuma diperlihatkan adegan-adegan saat Abah jadi pak becak.

Kesedihan Euis

Euis adalah putri pertama Abah yang berjualan opak di terminal dan tempat lain. Dia tetap sekolah, jadi jualannya di luar jam pelajaran. 



Di buku terlihat kesedihan Euis, yang terlalu sibuk jualan opak dan akhirnya tidak naik kelas.

Ara dan Agil

Euis punya 2 adik yakni Ara dan Agil. Sedihnya ketika Agil mengompol maka Ara kebauan dan kena juga, karena mereka masih tidur seranjang. Perlak plastik yang disiapkan sebagai alas kasur juga tidak mempan.

Ketegaran Emak





Coba deh kalau kalian jadi Emak, suami bangkrut, hidup dengan sangat sederhana, dan harus bikin opak untuk dijual. Apa tidak stress? Tapi Emak tetap tegar dan setia di samping Abah, bukannya: ada uang abang disayang, tak ada uang abang ditendang.

Orang Miskin Di-bully

Ketika sudah dewasa, baca Keluarga Cemara kok jadi nyesek ya? Merasakan betapa tidak enaknya jadi orang miskin. Contohnya saat Ara menghadiri pesta ulang tahun temannya. Dia memberi hadiah berupa puisi bikinan Abah. Tapi semua orang tak percaya karena Abah hanya seorang tukang becak.

Kalau di serialnya ada lagu: harta yang paling berharga adalah keluarga. Mungkin maksud Pak Arswendo adalah walau seseorang berasal dari keluarga sederhana tapi dia tetap senang. Tapii daku tetap memilih untuk kaya dan bahagia, kalau kamu bagaimana?

Rabu, 19 November 2025

Serunya Cooking Class di Kane Café

 

Siapa suka makan dan masak? Anak sekolah zaman sekarang pada happy ya karena ada praktek memasak dan Saladin juga senang karena bisa jalan-jalan. Karena cooking class diselenggarakan di Kane Kafe, Soekarno-Hatta, Kota Malang.

Tanggal 15 November 2025, jam 8 pagi, kami meluncur ke kafe. Menurut G-Maps, hanya butuh 15-20 menit ke sana. Alhamdulillah juga lokasinya juga dekat dengan rumah ibu mertua, jadi ayahnya Saladin bisa menunggu di sana. Sementara daku ikut masuk ke kafe.



Lhoo kok anaknya ditungguin? Memang diperbolehkan kok, bahkan ada ruangan untuk para wali murid yang ingin melihat anaknya di kelas memasak. Apalagi para peserta kebanyakan murid kejar paket A jadi masih kecil (kalau Saladin kejar paket B). Terima kasih para tutor PKBM.

Pembukaan Kelas

Kami langsung masuk kafe, isi absensi, dan naik ke lokasi cooking class di lantai 2. Saat kami datang, acara baru saja dimulai. Saladin duduk dan pindah ke meja lain karena para murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Kemudian semua murid diberi baking paper dan sarung tangan plastik.



Acaranya seru karena ada chef yang menjelaskan ke para murid. Jadi mereka diberi dough pizza yang sudah jadi (bundar pipih). Kemudian ada juga saus pizza, daging giling, sosis, dan keju parut, yang sudah dikemas dalam plastik kecil-kecil.



Saladin dan teman-temannya mengoleskan saus dan menata topping. Tapii daku batal nungguin di ruang wali murid karena dia sudah menunjukkan tanda-tanda mau tantrum (dia ADHD jadi begitulah). Memang bu guru minta daku ikut untuk mengawal Saladin.

Mulai Tantrum

Saladin mulai nangis dan ndeprok di lantai ketika melihat baterai HP-ku hanya 21 persen. Waduhh, kayaknya butuh ke psikolog lagi, apa dia kena panic attack? Mana daku lupa tidak bawa charger HP.



Alhamdulillah ada bu guru yang datang dan menenangkan. Eh dia langsung diam dong. Memang ya ada tipe anak yang lebih nurut apa kata guru daripada ortunya?

Membuat Minuman

Setelah tantrumnya selesai (Alhamdulillah Cuma bentar), Saladin dan teman-temannya ke lantai 1 untuk belajar membuat es teh leci. Jadi mereka bikin minuman sambil menunggu pizza-nya dipanggang oleh chef. Antri duluu, yang tertib yaaaa.



Saladin langsung happy karena melihat gelato yang dijual di kafe. Kubilang iya, ikut bikin minuman dulu. Setelah itu dia pilih satu scoop gelato rasa kopi dan dimakan dengan nikmat.



 Alhamdulillah dapat rezeki berupa voucher diskon 15%.

Kane Café yang Cozy



Kapan-kapan boleh deh nongkrong di Kane Café (sambil me time gituu). Karena di sana tidak hanya jual kopi, gelato, dan snack (seperti pizza dan croissant). Tapi jual makanan berat juga. Cek di google maps untuk lokasi tepatnya yaaaa.

Nyaris Tantrum Lagi

Setelah makan gelato, para murid antri untuk mengambil pizza. Eh Saladin hampir tantrum, mungkin karena kecapekan. Kok pas kulihat ada salah satu teman blogger Malang yang anak-anaknya sekolah di PKBM yang sama (Cuma mereka full homeschooling) dan kuajak Saladin untuk menyapanya. Kebetulan beliau bawa si bungsu yang masih baby dan Saladin tuh seneng lihat bayi.

Para murid diajak foto bersama lalu Saladin takjub saat melihat drone yang dipakai untuk memotret. Malah mau pinjam remote drone juga, dan langsung kutegur. Untung dia nurut lalu mau foto bareng.



Kami lalu diperbolehkan pulang dan ternyata masih jam 10:34 pagi, padahal sudah janjian minta dijemput suamiku jam 11. Ya sudahlah, duduk dulu di bagian luar kafe sambil menikmati pizza. Tidak bisa sambil main HP karena masih low battery, jadi Saladin inisiatif menulis aksara di bukunya.

Saladin habis itu berdiri (sebenarnya daku takut dia menyebrang jalan atau melakukan hal lain), ternyataaaa. Dia lihat ada bungkus kue (yang tidak dibuang oleh temannya) lalu menaruh bungkus itu ke tempat sampah. Aiih, betapa bangganya punya anak yang inisiatif seperti ini. Acara cooking class-pun ditutup dengan indah.

 

Selasa, 18 November 2025

Memasak Serasa Melawak Gara-gara Mangga dan Tewel

 

Memasak atau melawak? Di dapur kok malah tertawa? Kalian jangan bingung dulu karena daku akan menceritakan beberapa hal konyol yang terjadi saat memasak. Kalau diingat-ingat lucu juga dan jadi pelajaran ke depannya.

Selai Mangga atau Nanas?

Ini kejadian beberapa hari laluuu. Alhamdulillah di akhir tahun lagi musim mangga dan di dapur ada beberapa mangga (pemberian tetangga). Tapii Saladin tidak mau makan buah, jadi daku bikin selai saja, nanti dioles di atas pancake atau roti.



Di percobaan pertama selainya manis, tapi di eksperimen kedua malah ngakak. Mangganya tidak semanis yang kemarin jadi selainya asam. Padahal sudah ditambah gula pasir dan gula merah, dan lucunya selai mangga berasa selai nanas saking kecutnya, wkwkwk. Jadi Saladin makan roti (bikinan bundanya) dengan selai itu, ditambah sedikit susu kental manis.

Gara-gara Tewel

Agak sedih sih tapi ini murni karena kesalahan penyimpanan. Ada orang yang ngasih tewel utuh (nangka muda) ke suami, tapi daku baru sempat masak 2 hari kemudian. Begitu tewel dibelah, dalamnya udah busuk, huhuhuu. Akhirnya daku cari tewel di 3 toko sayur tapi tidak ada.

                                        Maunya seperti ini (gudeg) tapi batal

Padahal daku sudah terlanjur beli kelapa parut (untuk dijadikan santan), ceker ayam (biar masakan tewel lebih sedap), dan gula merah (karena mau bikin gudeg). Mana di rumah tidak ada kulkas (dulu sempat punya tapi kukirim ke dapur mama setelah kulkas dipanjatin Saladin saat masa pandemi). Lain kali kudu memastikan bahan-bahan lengkap dan siap masak, baru beli bumbu dll.

Akhirnya kelapa langsung dijadikan santan dan dibagi 2 bagian. Setengahnya untuk masak opor (sudah beli ayam dan bumbu). Lantas tadi kan di toko sayur ketiga ditawari mbak kasirnya sebungkus manisah (labu siam) yang sudah diiris. Ya sudahlah, cekernya dimasak dengan manisah dan santan, lagian sudah lama banget enggak masak sayur beginii. Anggap saja rezeki toko sayur ketigaa.



Apa yang terjadi ketika sedang merebus ceker dan ayam (di 2 panci yang berbeda)? Terrnyataa gasnya habis, saudara-saudara! Oalah, apa emang daku disuruh istirahat saja di hari mingguu? Mau ganti gas tapi takut dan akhirnya menunggu ayahnya Saladin pulang dari rapat RT.

Sambil menunggu, goleran saja di ruang tamu ehh tiba-tiba ada tetangga yang mengetuk pintu. Beliau memberi sup merah, ayam goreng, dan mie goreng jawa. Alhamdulillah, pas masakan belum matang kok pas dikasih makanan, benar-benar rezekii.

Kue yang Tak Kunjung Matang



Dapur lawak terjadi lagi saat bikin prol tape. Saat mengecek seloyang prol tape (dikeluarkan dari oven), ternyata masih kurang matang. Akhirnya kumasukkan lagi, tapi kok tidak panas? Ternyata daku lupa kalau sebelumnya kabel oven dicabut sebentar, ya tidak bisa panas dan matang, alamak!

Nasi Goreng Bencana

Ini cerita mudik lebaran 2 tahun laluu. Kala itu daku masih masak hidangan berbuka puasa. Saladin minta dibuatkan nasi goreng dan daku ambilkan wajan. Dia ambil sebutir telur dan ketika dipecahkan ternyata busuk! Padahal nasi sudah masuk ke penggorengan. Nasi goreng bencanaa! Lain kali telur harus dikocok di mangkok dulu untuk mencegah hal seperti ini.

Nugget Homemade yang Keasinan

Kalau yang ini terjadi saat Saladin masih balita dan kala itu daku eksperimen bikin nugget sendiri. Jadi, setelah ayam dihaluskan, diberi telur kocok, bumbu, dan tepung, lalu dibungkus di daun pisang (seperti bikin lontong). Setelah dikukus baru diiris dan digoreng. Tapi keasinann!

Waduh, bagaimana ini?? Seharusnya ada tes rasa, jadi caranya adonan nugget digoreng dan diicipin, kalau terlalu asin bisa dikasih gula pasir sedikit. Karena ini sudah terlanjur matang, maka nugget dipotong kecil-kecil dan dimasak lagi dengan sedikit air dan kecap manis.

Roti Pisang Mbleber

Daku pernah semangat bikin roti karena ada resep no knead bread (jadi tidak capek menguleni). Apalagi ada bestie yang tiba-tiba memberi hampir 2 kg tepung terigu. Ditambah lagi ada pisang ambon pemberian kakeknya Saladin (bapak mertuaku).



Jadilah rencana bikin roti isi pisang. Pisangnya dihancurkan dan ditambah cokelat bubuk, tapi jadi mbleber dan susah dimasukkan ke adonan roti. Waduhh, jadi yang bener itu pisang dipotong saja dan ditambah coklat bubuk (atau meses).

Jangan Mutung

Apa kesimpulannya? Kalau ada kesalahan di dapur ya ketawain saja, anggap saja lagi melawak. Jangan mutung dan berhenti gara-gara satu hal yang error. Dapurr benar-benar mengajariku untuk pantang menyerah.

Senin, 17 November 2025

A Day in My Life: Masak, Makan, dan Jalan-Jalan

 

Sabtu ke mana kita? Sebagai IRT plus freelancer, daku biasanya ya di rumah saja, wkwkwk. Kalau tidak ada undangan / event ya istirahat karena di hari kerja daku sibuk antar Saladin ke sekolah (dengan berjalan kaki). Sedangkan kalau hari minggu biasanya mudik alias ke rumah mamaku yang hanya berjarak 3 KM.

Tapi beda dengan hari sabtu tanggal 15 November kemarin. Di hari ultah adikku ini (yang diucapkan lewat WA karena doi merantau ke Tangsel), kami datang ke salah satu kafe di daerah Soekarno-Hatta, Malang. Saladin (dan teman-temannya di PKBM) ikut cooking class dengan menu pizza dan es teh leci, asyik bener!



Sabtu itu sangat padat karena paginya cooking class, siang les matematika, lalu jam 1 mudik. Lho kan jadwalnya minggu?? Iyaa karena sabtu itu, di rumah mamaku ada arisan dasawisma. Jadi sebagai anak baik (dan suka icip-icip makanan), daku wajib untuk bantu mama mempersiapkan acara.

Cooking Class yang Menyenangkan

Kelas memasak di kafe dimulai sekitar jam 8:30 pagi. Para wali murid memang boleh menunggui, karena mayoritas siswa PKBM yang ikut masih kecil (peserta kejar paket A). Khusus Saladin wajib daku pantau (atas permintaan bu guru) karena kalau keadaan crowded, dia bisa terpicu (karena anak ADHD rawan tantrum).



Saladin senang sekali bikin pizza dan menata topping di atas dough. Dia sudah biasa kuajak bikin pizza di rumah. Untuk cerita lengkapnya ada di tulisan selanjutnya.

Rencana yang Berubah

Acara seelsai jam 10:35 pagi. Padahal daku sudah terlanjur bilang ke ayahnya Saladin untuk jemput jam 11 pagi. Sebenarnya dari kafe ke rumah nenek (ibu mertuaku) dekat, hanya sekitar 2 KM. Tapi kami tunggu sajalah, sambil makan pizza hasil cooking class tadi.



Tak lama kemudian ayahnya Saladin datang. Ternyata rencana berubah karena les matematika beliau liburkan. Yaa sudahlah, langsung saja kami meluncur ke rumah mamaku di daerah B, kota Malang. Sempat hujan tapi hanya gerimis mengundang.

Mudik Asyik

Walau rencana berubah tapi tidak ada penyesalan, malah kami senang karena lebih cepat sampai ke rumah utinya Saladin. Setelah istirahat sekejap dan makan siang, Saladin asyik main pakai PC milik omnya (Adik bungsuku). Sedangkan daku beberes ruang tamu, nyapu, dll.



Hari itu mamaku sudah bikin puding coklat susu. Kemudian beliau mau goreng pisang, tempe, kukus talas, dan menyambut para tamu dengan gembira. Walau peserta arisan dasawisma hanya 13 orang tapi tetap happy dong. Alhamdulillah acara berjalan dengan lancarrr.

Kenyang dan Penuh Oleh-Oleh

Kalau ada acara maka otomatis banyak makanan. Apalagi papaku request dibikinkan nasi goreng (Alhamdulillah bumbunya komplit, yang suka beli minyak wijen, saus tiram dll adalah adik bungsuku). Saladin sudah kenyang makan nasgor lalu dia lanjut main, masih disuruh ngemil ini dan itu oleh neneknya.

Asyiknya mudik adalah tangki cinta jadi terpenuhi, berasa masih gadis lagi dan disayang orang tua. Apalagi mama nawarin buat bawa macam-macam, mulai dari kentang, pisang goreng, nasi goreng, dll. Padahal mudiknya juga dekat dan sering, tapi selalu disuruh bawa oleh-oleh berupa makanan, Alhamdulillah.

Jadi, bagaimana dengan hari sabtumu?

Minggu, 16 November 2025

Mental Maling yang Membuat Pusing Tujuh Keliling

 

Sepuluh menit habis subuh, langit masih setengah gelap. Kulangkahkan kaki dengan cepat agar sesi jalan pagi lekas selesai. Tak sengaja mata ini melihat seseorang yang diam-diam jinjit, memetik beberapa lembar daun pandan yang tumbuh di dekat pagar rumah orang lain. Astaga!

                            Freepik

Ingin kuteriak dan menegurnya tapi tidak enak jika nanti suaraku akan membangunkan tetangga lain. Akhirnya daku berlalu meski dalam hati bertanya-tanya. Apa dia sudah izin untuk mengambil daun pandan? Jika iya, mengapa harus memetik lewat luar pagar?

Jangan Mencuri

Peristiwa itu membuatku teringat akan ajakan seseorang. Tiba-tiba dia datang ke depan rumah dan meminta pupuk pada suamiku. Alhamdulillah ada lalu diambilkan di belakang.

Kami berbincang karena sudah lama tidak bertemu. Tiba-tiba dia menunjuk ke rumah sebelah. “Ayo, panen!”

Dalam hati HAH BUJIBUNENG INI POHON MANGGA DI DALAM RUMAH TETANGGAKU, KENAPA MAU MENCURI MALAH NGAJAK-NGAJAK? Amit-amit!

                                     Freepik

Mangga di pohon tetanggamu bukan milikmu, jangan dimaling. Ya ampun, mangga lagi murah juga. Paling harganya hanya 10.000-20.000 rupiah per kilogram. Mengapa ingin gratisan dengan dalih panen padahal itu mencuri? Mentang-mentang tetanggaku sibuk proyek di luar kota.

Cerita Lain

Tiba-tiba ada orang lain yang cerita kalau tetangganya (bukan di sebelah rumahku) sebal karena pohon mangganya berbuah. Ada yang diam-diam mengambil mangga lalu rontokan daun dibiarkan begitu saja. Dia jadi kehilangan buah sekaligus capek karena harus menyapu daun.

                              Freepik

Apa susahnya minta izin untuk memetik beberapa mangga? Toh beliau tidak pernah pelit. Ngomong apa susahnya, malah diam-diam mengambil mangga, karena godaan setan!

Jangan Jadi Manusia Bermental Maling

Sayang sekali mengapa ada tipe manusia yang menganggap punya tetangga adalah punyanya juga, dengan alasan pohon itu ada di bagian depan rumah (milik tetangga). Meski ranumnya mangga sangat menggoda, meski kelaparan, apakah harus mencuri demi buah yang hanya mengenyangkan perut selama beberapa jam?

Daku pernah membuat flash fiction di media sosial tentang tema yang serupa. Ceritanya begini:

Seorang gadis sebal karena hasil kebun mini di rumahnya (berupa cabe dan sayuran) dicuri oleh tetangganya. Begitu ketahuan, sang tetangga malah beralasan kalau tanaman itu milik umum (padahal milik pribadi). Akhirnya sang gadis membalas kalau mobil tetangga yang sering parkir di jalan desa adalah milik umum jadi boleh dipinjam, sekalian sopirnya (suami tetangga itu).

Sungguh mental maling ini menyebalkan dan jangan pernah ditiru. Selembar daun pandan yang ada di dalam kolak bisa membuatnya jadi haram. Bukankah minta izin lebih baik daripada mengambil diam-diam (dan menambah dosa)?

Kamis, 13 November 2025

Mengatasi Anak Speech Delay dengan Sabar

Good time!

Saladin menunjuk kaleng berwarna merah yang kusimpan di atas lemari. Rupanya dia ingin makan biskuit cokelat yang ada di dalamnya. Alhamdulillah sudah hafal alphabet. Tapi dia baca tulisan atau bicara ya?

Iyaa, Saladin kala itu sudah berusia 3,5 tahun (ini kejadian tahun 2016). Tapi bicaranya masih dikit banget. Padahal normalnya anak usia 2 tahun sudah bisa ngomong.



Kami akhirnya membawa ni bocah ke dokter spesialis THT. Ternyata tidak ada masalah apa-apa di telinganya (karena anak bisa bicara dengan cara mendengar terlebih dahulu). Mengapa Saladin belum secerewet balita lain?

Penyebab Speech Delay

Karena tidak mau berspekulasi, akhirnya Saladin dibawa ke salah satu rumah tumbuh kembang dan akhirnya ketahuan speech delay. Jadi dia wajib ikut terapi wicara dan perilaku (karena ADHD dan kala itu masih emosional.

                                   Saladin dan neneknya (mamaku)

Sang psikolog juga mengingatkan kami karena jangan sampai ada 2 arahan yang berbeda (dari orang tua dan kakek-neneknya karena masih tinggal serumah). Tujuannya biar Saladin tidak bingung, nurut bunda atau nenek?

Read: Ketika Anak Serumah dengan Nenek

Lantas apa saja penyebab speech delay? Ini nih:

Bingung Bahasa

Saladin bingung karena ada 3 bahasa di rumah: daku ngajak ngomong pakai English, kakek-nenek pakai bahasa Indonesia, sedangkan Mak Sum (ART yang kadang gendong dia) pakai bahasa Jawa. Jadi dia tuh loading, pakai bahasa apa? Akhirnya milih buat mingkem.

Kurang Stimulasi

Anak yang kurang stimulasi bisa lambat bicara. Misalnya sang ibu asyik medsosan (sambil joget), anaknya malah keleleran sambil pakai singlet dan popok aja. Boro-boro diajari. Diajak ngomong aja kagak!

Terlalu Banyak Pegang Gadget



Ini salah satu penyebab Saladin jadi lambat bisa bicara: kebanyakan nonton TV. Jadi setelah pulang dari rumah tumbuh kembang, dia dilarang keras nonton TV. Dia juga tidak boleh nonton atau mainin HP/ laptop / gawai apapun.

Mengatasi Speech Delay pada Balita

Jangan nangis dulu bundaaa. Anak yang belum lancar bicara bisa diajari dan distimulasi dengan cara-cara ini:

No Gadget



Kala itu Saladin benar-benar diet gadget, tidak boleh nonton TV, HP, atau PC, walau hanya  menit. Menurut pak psikolog, anak-anak yang kebanyakan nonton atau main HP bisa susah berkomunikasi karena tinggal tunjuk atau pencet, ada respon. Jadi di dunia nyata dia susah mengekspresikan perasaannya lewat omongan.

Terapi Wicara

Di rumah tumbuh kembang ada terapis wicara dan Saladin selama beberapa bulan ambil kelas di sana. Selama hampir 1 jam dia distimulasi dan dilatih untuk bisa ngomong, dengan cara bermain sambil belajar. Saat itu daku tidak menemani di dalam, tapi bisa memantau via kamera CCTV.

Stimulasi dengan Membacakan Cerita

Kalau sudah terapi bukan berarti di rumah diam saja. Justru stimulasi juga dilakukan di rumah. Selain mengajak ngomong anak (dengan menatap matanya), caranya adalah dengan membacakan buku cerita atau majalah. Apakah langsunggg berhasil?



Saat daku bacakan salah satu cerita di majalah anak-anak, eh Saladin tidak betah diam. Dia kumat muter-muter kamar. Tapi walau sambil lari-lari, dia masih mau mendengarkan kok, dan mengerti isi ceritanya. Jadi memang tiidak boleh menyerah dalam stimulasi anak agar dia mau bicara.

Kompak Satu Bahasa di Rumah

Pak psikolog juga memberi pesan kalau anak harus diajak bicara (dan mendengarkan) hanya satu bahasa di rumah, alias bahasa Indonesia aja dulu. Jadi daku stop dulu ngomong English. Saladin juga untuk sementara dijauhkan dari Mak Sum yang lebih sering bicara dalam bahasa Jawa.



Jika anak masih tidak mau bicara atau hanya ngomong sepatah-sepatah padahal dia sudah berusia 3, bahkan 5 tahun, jangan marah-marah. Sabar ya Bu! Segera dibawa ke psikolog agar mendapatkan analisis dan saran yang tepat. Anak juga wajib distimulasi di rumah, jangan dicuekin gitu aja, kasihaan!