Beberapa hari lalu daku baca salah satu utas viral di media sosial. Sengaja tidak di-upload screenshot utasnya karena belum izin ke pengirimnya. Inti dari utas begini: apakah masih ada suami yang tiap hari disiapkan baju dan keperluannya untuk kerja? Suami yang menahan lapar karena istri masih belum pulang kerja dan menunggu untuk dimasakkan?
Reaksiku: haaah hari
gini? Di era modern dan high tech
masih ada suami yang menuntut istri
untuk melayani dirinya. Emangnya suami tidak bisa ambil baju sendiri sebelum
berangkat ke kantor?
Well,
sebenarnya
judul awal tulisan ini adalah: Istri yang Dituntut untuk Melayani Suami dan
Suami yang Tidak Bisa Apa-Apa saat Ditinggal Istri. Namun kuganti karena
terlalu panjang. Mari kita kembali ke topik awal.
Lantas kalau istri
tidak ada, suami tidak inisiatif beli lauk di warung atau beli nasi goreng.
Jadi kalau istrinya datang bisa langsung makan bersama. Atau minimal masak nasi
dan bikin telur dadar, toh menanak nasi pakai rice cooker juga gampang.
Sebatas
Mana Melayani Suami?
Gara-gara utas yang
viral itu daku jadi mikir memangnya sebatas apa istri yang melayani suami? Tiap
rumah tangga beda-beda aturannya ya, jadi memang tergantung kesepakatan.
Tapi menurutku kalau
suami menuntut untuk dimasakkan istri, sementara istri bekerja dan tidak
disediakan khadimah (asisten rumah tangga) atau tidak ditransfer uang
elektronik buat beli lauk, ya ngenes….
Bab melayani suami ini
daku baru belajar tahun 2011 alias langsung diajari oleh ibu mertua. Aturan
pertama: mengambilkan nasi untuk suami, yang kedua bikinkan kopi tiap pagi.
Yang ini menurutku masih wajar karena memang suami lebih suka nasi dingin.
Akan tetapi kalau ada
tipe suami yang minta apa-apa dilayani istri kok jadi gimana gitu. Seperti
contoh yang disebut di awal (istri yang nyiapin baju suami). Mosok kalah dengan anaknya yang masih
SD? Yang sudah relatif mandiri dan bisa ambil baju seragam dan menyiapkan
tasnya sendiri?
Istri
Adalah Ratu Rumah Tangga
Jangan lupa kalau istri
itu ratu rumah tangga. Walau istri
ibu rumah tangga atau wanita karir, tapi dia RATUnya. Jangan terlalu menuntut
istri untuk melayani sampai segitunya. Apalagi jika uang belanja masih
pas-pasan.
Ingat yaa, KALAU MAU
SUAMI DIRAJAKAN ISTRI HARUS DIRATUKAN. Beneran gemessss sampai capslock jebol gini.
Jika mau
dirajakan? Sediakan ART untuk
meringankan tugas istri. Kalau tidak mau ada ART dengan alasan privacy? Belikan robot vacuum cleaner,
mesin pencuci piring, dan perangkat lain yang bisa meringankan tugas istri.
Atau langganan katering dan laundry.
Suami
yang ‘Lumpuh’ saat Istrinya Tiada
Setelah baca utas yang
bikin gemes, daku baca utas lain (yang dibuat oleh netizen lain). Ceritanya,
ada suami yang baru saja kehilangan istri untuk selamanya. Suami sedih,
linglung, dan bingung karena sebelumnya
urusan rumah di-handle oleh istri.
Jadi ketika istri
meninggal, suami tidak bisa apa-apa. Tidak tahu jadwal pelajaran anaknya, seragam
sekolahnya yang mana dan untuk hari apa, tak tahu urusan dapur sama sekali,
dll. Nah kan, kalau istri sudah tiada
dan suami terbiasa dilayani, jadi bingung sendiri.
Mendidik
Anak Laki-Laki untuk Mandiri
Memang betul ya kalau
anak, terutama anak laki-laki, harus diajari untuk mandiri sejak dini. Jadi
ketika dia dewasa dan menikah, tidak akan merepotkan istri. Dia bisa bekerja
sama dengan baik dan tidak menuntut untuk dilayani.
Anak laki-laki yang
biasa menyapu dan mengepel sejak kecil, akan melakukannya sampai dewasa. Toh
rumah yang dihuni kan milik bersama, dan si boy yang kini sudah dewasa bebersih
karena memang tanggung jawabnya. Bukannya main perintah ke istri, padahal
istrinya sedang repot menyusui atau melakukan kegiatan lain yang lebih urgent.
Pexels
Ingat ya, Pak!
Melakukan tugas rumah tangga seperti menyiram tanaman atau menyapu teras itu bukan hal yang tabu. Bukankah menikah
adalah cara untuk bekerja sama
bukannya tuntutan dan penyiksaan untuk istri? Jangan sampai menyesal ketika
istri tiada lalu tidak bisa apa-apa….