Minggu, 03 November 2024

Anak Laki-Laki kok Cengeng?

 Mama!

Air mata menetes terus ke pipinya. Saladin yang baru bangun tidur lalu memelukku erat-erat. Tumben dia menangis pagi-pagi? Padahal dia sudah 12 tahun, dan seingatku terakhir dia bangun sambil mewek adalah ketika berusia 5 tahun.



Setelah itu Saladin kupeluk erat-erat. Dia pun perlahan berhenti menangis. Kujelaskan kalau tadi itu aku keluar sebentar untuk beli sarapan, bukan pergi jauh dan meninggalkannya selama berhari-hari.

Boys Don’t Cry?

Punya anak laki-laki adalah sebuah anugerah sekaligus tantangan. Sebagai orang tua, kita tuh wajib mendidiknya agar jadi anak yang mandiri, berani, tegas, tegar, sekaligus kreatif. Karena laki-laki adalah calon pemimpin rumah tangga, jadi tidak boleh lembek.



Tak heran ada ungkapan boys don’t cry. Tapi  apakah berlaku untuk semua anak laki-laki? Lantas ketika dia menangis, entah karena mimpi buruk atau hal lain, malah dimarahi habis-habisan?

Menangis Bukan Cengeng

Mari kita sadari bahwa tangisan bukan berarti cengeng dan anak laki-laki boleh menangis. Karena itu adalah salah satu bentuk emosi. Asalkan menangisnya tidak berlarut-larut.



Apalagi kalau anakknya tipe melankolis yang memang cenderung lebih sensitif. Perasaannya lebih halus dan hatinya lembut. Jika dia menangis belum tentu cengeng. Jangan malah diejek dan dibilang, ‘Idih, kok nangisan, kayak anak cewek!’ Padahal anak laki-laki maupun perempuan boleh menangis, asal setelah itu ditenangkan.

Mencari Penyebabnya

Daripada emosi ketika anak menangis, lebih baik mencari penyebabnya. Bisa jadi anak mewek karena habis mimpi buruk. Bisa jadi dia menangis karena sakit, atau lagi caper aja. memang kudu sabar seluas samudera menghadapi anak menangis, sambil mencari sebabnya.

Memvalidasi Emosi Anak

Setelah dapat penyebab tangisan anak, baru kita validasi emosinya. Jadi anak dikenalkan bahwa ada bermacam-macam emosi, termasuk kesedihan. Tangisan harus diterima dan diresapi. Baru setelah itu anak ditenangkan dengan cara dipeluk. Bukannya disangkal atau dicegah, lagi-lagi karena alasan boys don’t cry.



Anak yang perasaannya tidak divalidasi bisa berbahaya lho. Dia bisa jadi lebih mudah emosi atau berlarut-larut dalam kesedihan, kelak ketika dewasa. Kalau masih bingung bagaimana cara memvalidasi emosi anak, bisa konsultasi ke konselor keluarga atau psikolog.

Menenangkan Orang Tua

Lantas bagaimana jika anak nangis tapi kita tuh jadi emosi dan malah rasanya pengen mukul? Wahh, bahaya banget. Bisa jadi ada inner child yang belum sembuh. Karena dulu pas kecil, kita terlalu sering dimarahi saat menangis, jadi pas dengar anak nangis bukannya kasihan tapi malah marah-marah.



Tenang dulu, tarik nafas panjang. Kalau memang inner child masih ada, ya butuh disembuhkan dengan cara terapi. Bisa dengan cara belajar mindfulness atau konsultasi ke psikiater. Ingat ya,  ke psikolog atau psikiater bukan berarti gila. Namun adalah salah satu usaha untuk menyembuhkan luka batin sehingga akkan terjadi keseimbangan mind, body, and soul.

Menghadapi anak yang menangis pagi-pagi memang butuh kesabaran yang luar biasa. Anak-anak jangan dipaksa diam atau malah dibentak, nanti malah tambah sakit hati. Jangan juga mengecap anak dengan sebutan ‘cengeng’ karena bisa jadi dia belum paham bagaimana cara memvalidasi emosinya.

Jumat, 01 November 2024

Ketika Ibu Beranak Satu Dibully di Media Sosial

Entah mengapa beberapa Minggu ini marak bullying. Bukan di dunia nyata tapi di sebuah media sosial. Yang mana? Yang itu lhooo, yang isinya orang bikin konten (banyak yang pemula), dan selalu bilang "salam interaksi".


Yang bikin sedih tuh daku kena bully juga. Kan anakku cuma sebiji yaitu si Saladin Al Ayyubi. Karena pengguna medsos tersebut mencemooh ibu-ibu yang anaknya cuma satu. Bahkan bullying beramai-ramai, mirip black campaign.






Alasan mereka yang membully adalah: kasihan anaknya jika tidak punya saudara. Nanti kalau sudah dewasa bagaimana? Tidak ada saudara untuk berkeluh-kesah, tidak bisa bergantian jaga orang tua.


Habis itu daku enggak komentar sih cuma shock aja. Haaah? Lha wong yang punya anak lho orang lain. Mengapa dia yang repot?





Anak orang lain ya biarkan saja. Kurang kerjaan banget kok mikir nasib orang lain? Mbok ya daripada melakukan bullying, mending ngepel rumah, masak yang enak dan sekalian bikin konten. Daripada mencemooh dan menambah energi negatifnya sendiri.



Bullying yang Menyesakkan Dada


Enggak sekali ini daku kena bully. Kira-kira setahun lalu, ada yang tanya (di grup WA) mengapa anakku cuma satu? Ya kujawab karena alasan kesehatan. 




Yaa ada something inside my womb dan berbahaya kalau hamil lagi. Beneran deh dulu hamil Saladin penuh drama. Mulai dari hampir keguguran, pendarahan, berkali-kali ke dokter, disuruh bed rest dan minum obat penguat, dll.





Namun si pembully (yang punya 6 anak) malah dengan entengnya bilang ya gakpapa. Hamil dan melahirkan aja. Toh kalau melahirkan dan meninggal, nanti masuk surga 



Haaah? Your mouth! Masalahnya daku belum mau mati. Kasihan juga anaknya atuh. Gile aja kok bisa dia bilang gitu (tapuk online dipersilahkan).


Tidak Siap Menerima Perbedaan di Dunia


Daku pun menceritakan ini ke salah satu sahabat. Kami akhirnya berkesimpulan bahwa bullying terjadi, salah satunya karena masyarakat kita dipaksa untuk seragam. Jadi tidak siap menerima perbedaan.




Jangankan yang child free. Yang punya anak satu aja juga salah. Anak dua masih aja kurang. Anak tiga disuruh nambah. Namun anaknya empat dibilang kebanyakan. Maunya apaa? 


Parenting Anak Tunggal


Daripada membully bukankah lebih baik fokus ke keluarga sendiri? Memang menyesakkan kalau kita udah happy. Eh ada orang lain yang membandingkan kondisinya dengan kita, lalu menyalah-nyalahkan.




Daku sekarang fokus mengasuh Saladin agar bisa bahagia. Meski dia anak tunggal tapi tidak dimanja. Bahagia bukan berarti memanjakan. Namun mengajarkan dia untuk cinta lingkungan, mandiri, dan bertanggungjawab.




Bagaiman teman-teman. Ada yang pernah kena bully juga? Atau ada yang punya anak tunggal juga?

Minggu, 27 Oktober 2024

Cerita Saladin Belajar Bahasa Jawa

"Kelas piro, le?"

Saladin diam seribu bahasa. Padahal sang penjual es hanya berbasa-basi. Namun tak dijawab. Si bapak tak tahu bahwa ni bocah tidak bisa bahasa Jawa....



Adakah anak yang tidak bisa berbahasa daerah? Sepertinya makin banyak anak yang seperti Saladin. Bisa berbahasa Indonesia, mahir berbahasa Inggris, tapi gak bisa bahasa daerah.


Terulang Lagi


Kejadiannya terulang lagi. Dulu ketika daku masih SD kurang bisa berbahasa Jawa. Eh sekarang anakku begini juga. Semua karena bahasa ibuku bahasa Indonesia.



Mengapa harus belajar bahasa Jawa atau bahasa daerah lain? Karena bahasa daerah masih digunakan dalam pergaulan. Meski sudah makin jarang ya, tapi kalau tidak bisa bahasa daerah akan bingung sendiri (seperti Saladin). Mereka ngomong apa sih?


Anak yang kurang bisa berbahasa daerah juga punya resiko dibohongi. Misalnya si teman mengajari diksi 'segawon'. Padahal artinya dog.


Bahasa Ibu


Lantas mengapa makin banyak anak yang susah ngomong bahasa Jawa atau daerah lain? Karena ada pergeseran di masyarakat.  Akibatnya pengajaran bahasa daerah jadi tergerus oleh zaman.




Kalau dulu, bahasa daerah digunakan sebagai bahasa ibu. Dengan pertimbangan anak akan belajar bahasa Indonesia (dan Inggris) di sekolah. Namun sekarang?


Sekarang anak rata-rata punya bahasa ibu bahasa Indonesia. Alasannya karena orang tua merantau jadi pakai bahasa Indonesia saja yang netral. Eh tapi Saladin bahasa ibunya English.


Mengajari Anak Bahasa Daerah


Lalu bagaimana cara mengajari anak agar mahir berbahasa daerah? Pengajaran seperti ini masuk ke kategori parenting lho. Dan sebetulnya wajib dilatih sejak anak masih SD, bahkan TK. 




Pertama, tentukan bahasa ibu. Jika bahasa ibu sudah mantep (di usia balita) baru ajarkan second language. Lantas ajarkan juga bahasa daerah.


Jangan khawatir karena anak-anak akan belajar bahasa baru dengan sangat cepat. Berikut ini beberapa caranya:


Listening 


Kebanyakan anak belajar dari lingkungan. Oleh karena itu pendengarannya kudu dilatih dengan diksi-diksi bahasa daerah. Bagaimana dia bisa bahasa Jawa jika tidak pernah mendengar orang tuanya ngomong jowo?




Saladin kubacakan cerita hampir tiap malam. Cerpen-cerpen dari majalah anak-anak kuterjemahkan jadi bahasa Jawa. Dia jadi biasa mendengarkannya.



Namun setelah membaca panjang-lebar dia hanya paham satu kata: pitik, wkwkw. Tidak apa-apa, habis itu terjemahkan lagi ke bahasa Indonesia. Lalu ajari diksi lain dan terjemahannya.


Speaking 



Tahapan lain dalam belajar bahasa adalah bicara. Jika anak sudah mendengarkan bahasa daerah dan memiliki koleksi diksi, maka dia akan belajar bicara. Jangan marahi jika pengucapan bahasa daerah masih salah, namanya juga bocil baru belajar.


Writing 


Setelah bisa ngomong, saatnya mengajari anak untuk menulis dalam bahasa daerah. Nulisnya pake alfabet dulu gakpapa.  Baru pelan-pelan belajar aksara Jawa atau huruf dari daerah lain.


Menjaga Bahasa dan Budaya


Mengapa harus mengajari anak bahasa daerah? Apalagi bahasa Jawa kan relatif sulit. Karena ada 3 tingkatan: Ngoko, kromo madya, dan kromo Inggil. Diksinya beda pula.



Memang belajar bahasa daerah butuh effort yang cukup tinggi. Namun jika bukan kita yang melestarikan bahasa dan budaya leluhur, siapa lagi? Jangan sampai bahasa daerah jadi punah.


Ayo semangat mengajari anak bahasa daerah. Anak akan belajar bahwa tiap bahasa daerah itu unik dan ada aksaranya sendiri. Sudahkah anakmu belajar bahasa daerah?

Jumat, 25 Oktober 2024

Apakah Anak Harus Sekolah di Tempat yang Bagus?

 Ayo sekolah! Tapi sekolah di mana dulu? BTW daku nulis ini karena postingan viral di sebuah media sosial, ketika ada ibu yang kaget karena biaya di sekolah internasional sangat-sangat mahal. Bahkan lebih mahal daripada biaya kuliahnya dulu.



Wajar banget lah kalau sekolah internasional itu mahal. Gedungnya, fasilitas, dan guru-gurunya berbeda dari sekolah lain. Namun akankah anak harus belajar di tempat yang bagus seperti sekolah internasional? Sebenarnya apa definisi dari sekolah bagus?

Bukan Berarti Gengsi



Sekolah bagus dan mahal jadi pilihan banyak orang tua. Akan tetapi, mereka yang menyekolahkan anak di sana (swasta) bukan berarti gengsi. Melainkan memang ingin memberikan yang terbaik untuk pendidikan anak-anak.

Sekolah yang Bagus = Mahal?

Kita sudah ter-brain wash bahwa sesuatu yang bagus sudah pasti mahal. Tapi belum tentu. Karena untuk urusan sekolah, bagus atau tidak bagus itu relatif. Bagus di sebelah mananya dulu?



Biasanya definisi bagus adalah sekolah yang gedungnya bagus, gurunya pintar, menyediakan banyak  ekstra kulikuler, kurikulumnya juga bagus, dll. Akan tetapi sekolah yang bagus ini relatif. Karena ada anak yang malah tertekan karena di-push untuk mengikuti kurikulum tertentu atau sistem pembelajaran di sekolah yang tidak sesuai dengan minat dan bakatnya.

Sekolah yang Cocok dengan Visi dan Misi Orang Tua

Sebenarnya, sekolah yang bagus adalah sekolah yang memiliki visi dan misi yang sesuai dengan orang tua. Jadi memang bagus belum tentu mahal ya.



Saladin kumasukkan di sekolah alam karena dia anak kinestatik, yang memang lebih cocok di sana. Di mana pembelajaran lebih banyak via outdoor dan praktek langsung (bukan hanya teori / hafalan). Alhamdulillah dia juga cocok dan sangat  sayang ke semua bunda guru, bapak guru, dan  bunda kepala sekolah.



Lantas bahasa inggrisnya bagaimana? Yaa walau bukan di sekolah internasional bukan berarti tidak diajari English, kan? Dia sudah diajari oleh bundanya sendiri sejak dalam kandungan, dan Alhamdulillah memang punya minat di bahasa asing. Selain English, dia juga belajar bahasa Rusia dan beberapa bahasa lain (juga aksaranya).



Jadi sekolah yang mahal belum tentu bagus? Bukan begitu. Yang penting adalah kecocokan. Kalau anak sudah cocok sekolah di sana, mau di negeri atau swasta, dia akan belajar  dengan enjoy.

Ikut Trial Class Dulu

Bagaimana kita tahu bahwa anak akan cocok dengan kurikulum dan sistem pembelajaran di sekolah? Sekarang gampang, tinggal cari informasi di internet dan media sosial. Bisa dilihat visi dan misi sekolah, apakah sesuai dengan ajaran orang tua atau malah sama sekali beda.



Selanjutnya baru survey langsung ke sekolah untuk melihat bagaimana gedungnya, guru-gurunya, dll. Biasanya ada sekolah yang menyediakan trial class, coba dulu. Kalau cocok, lanjut  dah.

Cek Jarak dari Rumah ke Sekolah

Faktor terakhir adalah jarak dari rumah ke sekolah. Kalau memang sudah cocok, tapi berapa jaraknya? Jika di atas 5 kilometer, bagaimana cara anak ke sekolah? Bisa diantar jemput oleh orang tua, ikut armada antar jemput, atau naik ojek online. Kalau terlalu jauh (jarak di atas 10 km) anaknya bisa stress di jalan.



Definisi sekolah bagus itu relatif ya dan yang bagus belum tentu mahal. Namun cocok-cocokan. Satu lagi, walau anak sudah diajari di sekolah tapi orang tua tidak boleh lepas tangan. Di rumah juga diajari, didampingi bikin PR.

Minggu, 20 Oktober 2024

Bagaimana Jika Sifat Ibu dan Anak Berbeda Jauh?

 Adakah yang punya sifat beda jauh dengan anak? Merasa anak kok begini sih? Marah melulu? Atau malah teringat dulu (saat kecil) kita tuh selalu clash dengan orang tua karena sifatnya berbeda?


Tulisan ini terinspirasi dari salah satu postingan di media sosial. Di mana si pemilik akun merasa pusing karena sang anak teriak, "Mama durhaka!" Ternyata setelah dites, mereka beda sifat.



Si mama tipe introvert thinking sedangkan si anak extrovert feeling. Nah daku langsung komen, "Kok sama? Aku feeling dan mama thinking."


Lantas bagaimana jika ibu dan anak beda jauh sifatnya? Ini cara mengatasinya:


Memahami Sifat Anak


Sifat anak kan beda-beda ya. Dari 2 atau 3 bersaudara aja sifatnya bisa beda jauh. Jadi cara memperlakukan dan mendidik juga beda.




Oleh karena itu ibu harus memahami bagaimana sifat anaknya? Ada anak yang moody (karena tipe feeling) jadi moodnya kudu dibaguskan dulu baru dia mau belajar. Sementara ada anak thinking yang suka berpikir.


Bagaimana cara memahami sifatnya? Coba psikotes dulu atau ikut tes yang lain. Atau bisa dengan cara pengamatan, karena anak extrovert dan introvert juga beda treatment-nya.


Kalau anak introvert biarkan bermain sendiri. Akan tetapi sesekali ajak bermain dan bergaul di luar. Sementara anak extrovert emang dasarnya suka berteman jadi jangan terlalu sering dilarang main di luar.


Sabar Dulu


Kadang kesel banget ya lihat anak tuh berantakin rumah melulu. Atau anak kok nangisan. Sabaaar.



Kalau sudah paham sifat anak pasti akan memahami. Anak yang suka berkreasi emang hobi menggunting atau bikin craft lain. Akhirnya rumah terlihat berantakan.


Sedangkan anak yang nangisan memang sensitif. Jangan dibentak atau dimarahi, kasihan. Coba peluk erat dan beri pengertian agar tangisnya reda.


Menyesuaikan dengan Bahasa Cinta Anak


Bahasa cinta ada banyak yaa (selengkapnya lihat di google). Sebagai ibu emang sebaiknya menyesuaikan dengan bahasa cinta anak.



Misalnya anak yang bahasa cintanya words of affirmation minta dipuji. Sedangkan anak yang physical touch lebih senang dipeluk dan dielus-elus. 


Jangan KDRT


Jangan pernah marah berlebihan apalagi KDRT (nyubit atau mukul anak). Bahaya! Nanti anak akan menormalisasi kekerasan dalam hidupnya. Sedih dah!



Kalau memang anak punya sifat yang beda ya diterima. Jangan tambah ditekan dan dijewer. Bukankah dia jadi begitu bukan karena keinginannya sendiri? Tapi karena emang sudah disetting sejak lahir.


Konsultasi dengan Psikolog atau Konselor Keluarga 


Jika masih mumet, mending konsultasi ke psikolog atau konselor keluarga. Nanti akan ada saran bagaimana cara menghadapi anak dengan berbagai perangai. 




Punya anak emang berjuta rasanya. Juga kudu sabar jika sifatnya beda jauh. Yaa seperti daku yang sanguine koleris extrovert tapi Saladin malah koleris introvert. Setelah ibu bisa menerima maka harus paham bagaimana cara menghandle anak agar tetap bahagia.


Kamis, 17 Oktober 2024

Review Novel Hujan, Bisakah Kita Menghapus Ingatan agar Berbahagia?

 Siapa suka baca karya Tere Liye? Jujur, novel Hujan adalah karya pertama beliau yang daku baca. Ternyata daku suka dengan gaya penulisannya. Emang bagus sih, enggak heran kalau buku-buku beliau sangat laris di pasaran, dan memang jleb kena langsung ke hati.

Berikut ini data bukunya

Judul: Hujan

Tahun: 2016

Penerbit: Gramedia

Apakah kau suka hujan? Dulu Lail suka hujan. Akan tetapi suatu kejadian saat dia kecil membuatnya benci hujan. Rentetan peristiwa setelah itu, dan cobaan-cobaan yang dilaluinya, menjadikannya nyaris putus asa.



Bahkan Lail ingin menghapus ingatan karena merasa yang dia lalui sudah terlalu berat. Siapa yang ingin dia hilangkan ingatannya? Memangnya manusia bisa menghapus ingatan?

Masa Depan yang Futuristik

Iyaa ini novel ber-setting di masa depan, circa tahun 2042. Kala itu Lail masih kecil dan hendak naik kereta bawah tanah bersama ibunya. Akan tetapi ada gempa dahsyat yang menggulingkan kereta. Para penumpang diajak untuk naik dan menyelamatkan diri.

Akan tetapi hanya Lail dan Esok yang selamat. Penyebabnya karena anak-anak yang diprioritaskan untuk naik. Ketika Esok sudah berhasil keluar dari bawah tanah, dia menarik Lail yang ada di tangga. Setelah itu lubang tertutup tanah karena bencana susulan.



Lail menangis keras karena sang ibu dan penumpang kereta lain terkubur hidup-hidup. Dia dan Esok akhirnya menyelamatkan diri ke sebuah tempat penampungan. Rupanya gempa dahsyat meruntuhkan sebagian besar benua, menyebabkan tsunami, dan hanya sedikit manusia yang selamat.

Kisah Lail dan Esok di Penampungan

Esok, yang beberapa tahun lebih tua dari Lail, menyemangati gadis kecil mitu di penampungan. Padahal cowok itu tak kalah tragisnya: ke-4 kakaknya meninggal dalam bencana. Sedangkan ibunya selamat tapi kakinya harus diamputasi.

Di penampungan Lail akhirnya bisa menyesuaikan diri. Diam-diam dia mengagumi Esok karena cowok itu bagai kakaknya sendiri. Mungkin saat itu dia terlalu kecil  untuk mengerti arti cinta.

Lail Masuk ke Panti Asuhan

Ketika keadaan mulai stabil, penampungan dibubarkan. Anak-anak yatim atau yatim piatu dimasukkan ke panti asuhan.  Di  sana Lail bersahabat dengan Maryam, gadis cerewet dan lucu. Sementara Esok diadopsi oleh keluarga kaya.

Masa Kuliah Keperawatan dan Jadi Relawan

Lail dan Maryam menjadi relawan karena iseng mendaftar, padahal masih di bawah umur. Ajaibnya mereka keterima. Memang saat itu bumi juga belum stabil sehingga takut ada bencana susulan.



Kemudian, Lail dan Maryam akhirnya kuliah di akademi keperawatan. Mereka tetap jadi relawan, bahkan jadi hero karena rela jalan kaki sampai 50 kilometer. Demi memberi tahu masyarakat di tempat lain bahwa akan ada bencana susulan yang menyebabkan air di bendungan naik.

Apakah Lail dan Esok Berjodoh?

Sementara Esok kuliah di tempat lain dan dia berhasil jadi mahasiswa jenius serta berprestasi. Bahkan merancang kendaraan canggih seperti mobil terbang. Esok tetap mengingat Lail sementara gadis itu minder.



Lail minder sekaligus cemburu karena Esok dekat juga dengan Claudia, adik angkatnya. Saking sakit hati, dia pun pergi ke pusat penghapus ingatan. Apakah Lail bisa menghapus ingatannya? Baca sendiri ah! Beneran lho jadi pengen nyanyi lagu lumpuhkanlah ingatankuu hapuskan tentang diaa.

Kesanku Setelah Membaca Novel Hujan

Tere Liye berhasil menulis dengan sangat rapi, ending-nya pas, dan tulisannya tuh dalam banget. Langsung kena di hati. Yaa meski ada sebagian netizen yang merundungnya karena beliau dianggap congkak, tapi daku tetap apresiasi karyanya.



Riset sebelum nulis buku Hujan juga pasti mendalam banget. Beneran lho, pembaca juga jadi belajar ilmu bumi, klimatologi, biologi, dll. Diperlihatkan bahwa memang Tere Liye orangnya kritis dan memahami masalah ekologi. Kritisnya dalam hal positif ya karena beliau aware tentang pemanasan global.

Meski ada bagian dari novel ini yang mengingatkanku pada kisah nyata (tsunami) dan kapal luar angkasa raksasa (kisah Nabi Nuh) tetapi tetap salut pada ide besar novel Hujan, yakni tentang penerimaan.  Manusia melewati berbagai cobaan dan satu-satunya cara untuk ikhlas adalah dengan menerima semuanya.

Rabu, 16 Oktober 2024

Menjaga Kewarasan pada Ibu yang Punya Anak Istimewa

  

Memiliki anak itu anugrah. Tapi bagaimana kalau anaknya istimewa alias ABK? Rasanya makin wow cetar membahana.

 

Saladin dulu hampir dicurigai ADHD. Akan tetapi setelah konsultasi ke psikolog ternyata bukan. Walau setelah itu dia butuh terapi okupasi biar perilakunya membaik.



 

Memangnya kenapa? Gimana gak mumet kalau Saladin yang kala itu berusia 3 tahun hobi manjat lemari, manjat pohon. Persis si bolang. Kalau malam susah tidur. Kalau siang makan melulu.

 

Menjaga Kewarasan Itu Penting 

 

Jadii bagi teman-teman yang punya anak aktif, anak kinestetik, atau anak istimewa, memang butuh jaga kewarasan ya. Jangan sampai kecapekan jaga anak jadi gampang emosi. Lantas sampai trauma punya anak lagi (eh tapi daku punya anak cuma 1 karena alasan kesehatan).

 

Menjaga kewarasan memang sepenting itu karena punya anak istimewa benar-benar istimewa. Ada yang kuat melek malam jadi ibunya tepar karena menemani melekan. Ada yang suka muterin rumah dan berantakin barang-barang jadi harus dirapikan lagi.



 

Jadi kalau siang harus istirahat, dan keluarga harus mendukung. Ibu harus jaga stamina, jangan dilarang tidur siang apalagi dengan alasan tidak logis.

 

Cara Menjaga Kewarasan Ibu

 

Bagaimana sih cara biar bahagia walau tingkah anak suka bikin pusing 7 keliling? Begini nih:

 

1. Lakukan Hobi

 

Walau sudah menikah jangan lupakan hobi ya. Usahakan melakukan hobi lama misalnya saat anak sekolah atau tidur siang, kita baca buku, main game, nyanyi, dll. Bisa juga dengan melakukan hobi baru misalnya bikin kue atau coba turotial make up.

 


2. Makan

 

Mengapa ibu suka marah? Karena telat makan. Biasanya ibu memastikan anak dan suami kenyang baru makan belakangan. Atau makan ketika rumah sudah rapi. 

 



Kalo lapar ya makan atuh. Makan 10 menit saja baru sapu dan pel rumah. Toh tidak ada yang memarahi bukan?

 

3. Me Time 

 

Me time tidak harus jalan-jalan ke luar negeri atau belanja barang mahal. Me time bisa dengan cara sederhana. Misalnya pakai lulur dan masker di rumah. Atau panggil tukang pijat lalu massage+scrub.

 

Terima Kondisi Anak Apa Adanya

 

Selain me time dan jaga kewarasan, penting banget buat menerima kondisi anak. Ketika dianugerahi anak istimewa ya sudahlah. Jangan ditangisi atau malah dibully.

 


Anak bisa merasa jika ibunya benci. Bukan salah dia jika dilahirkan seperti itu. Bukankah ibu yang ingin punya anak, tapi ketika tidak terlihat sempurna malah dicaci-maki? Sedih euy.

 Read: Menerima kondisi anak apapun keadaannya

Mari kita bahagia lahir batin. Menerima kondisi anak apa adanya. Pasti ada hikmah di balik keistimewaan anak, dan jangan disesali.

 

Senin, 14 Oktober 2024

Jangan Jadikan Istrimu Pelayan

 Beberapa hari lalu daku baca salah satu utas viral di media sosial. Sengaja tidak di-upload screenshot utasnya karena belum izin ke pengirimnya. Inti dari utas begini: apakah masih ada suami yang tiap hari disiapkan baju dan keperluannya untuk kerja? Suami yang menahan lapar karena istri masih belum pulang kerja dan menunggu untuk dimasakkan?

Reaksiku: haaah hari gini? Di era modern dan high tech masih ada suami yang menuntut istri untuk melayani dirinya. Emangnya suami tidak bisa ambil baju sendiri sebelum berangkat ke kantor?

                                                  Pexels

Well, sebenarnya judul awal tulisan ini adalah: Istri yang Dituntut untuk Melayani Suami dan Suami yang Tidak Bisa Apa-Apa saat Ditinggal Istri. Namun kuganti karena terlalu panjang. Mari kita kembali ke topik awal.

Lantas kalau istri tidak ada, suami tidak inisiatif beli lauk di warung atau beli nasi goreng. Jadi kalau istrinya datang bisa langsung makan bersama. Atau minimal masak nasi dan bikin telur dadar, toh menanak nasi pakai rice cooker juga gampang.

Sebatas Mana Melayani Suami?

Gara-gara utas yang viral itu daku jadi mikir memangnya sebatas apa istri yang melayani suami? Tiap rumah tangga beda-beda aturannya ya, jadi memang  tergantung kesepakatan.

                                                 Pexels

Tapi menurutku kalau suami menuntut untuk dimasakkan istri, sementara istri bekerja dan tidak disediakan khadimah (asisten rumah tangga) atau tidak ditransfer uang elektronik buat beli lauk, ya ngenes….

Bab melayani suami ini daku baru belajar tahun 2011 alias langsung diajari oleh ibu mertua. Aturan pertama: mengambilkan nasi untuk suami, yang kedua bikinkan kopi tiap pagi. Yang ini menurutku masih wajar karena memang suami lebih suka nasi dingin.

                                    Pexels

Akan tetapi kalau ada tipe suami yang minta apa-apa dilayani istri kok jadi gimana gitu. Seperti contoh yang disebut di awal (istri yang nyiapin baju suami). Mosok kalah dengan anaknya yang masih SD? Yang sudah relatif mandiri dan bisa ambil baju seragam dan menyiapkan tasnya sendiri?

Istri Adalah Ratu Rumah Tangga

Jangan lupa kalau istri itu ratu rumah tangga. Walau istri ibu rumah tangga atau wanita karir, tapi dia RATUnya. Jangan terlalu menuntut istri untuk melayani sampai segitunya. Apalagi jika uang belanja masih pas-pasan.

Ingat yaa, KALAU MAU SUAMI DIRAJAKAN ISTRI HARUS DIRATUKAN. Beneran gemessss sampai capslock jebol gini.

                                   Pexels

Jika mau dirajakan?  Sediakan ART untuk meringankan tugas istri. Kalau tidak mau ada ART dengan alasan privacy? Belikan robot vacuum cleaner, mesin pencuci piring, dan perangkat lain yang bisa meringankan tugas istri. Atau langganan katering dan laundry.

Suami yang ‘Lumpuh’ saat Istrinya Tiada

Setelah baca utas yang bikin gemes, daku baca utas lain (yang dibuat oleh netizen lain). Ceritanya, ada suami yang baru saja kehilangan istri untuk selamanya. Suami sedih, linglung, dan  bingung karena sebelumnya urusan rumah di-handle oleh istri.

                                                       Pexels

Jadi ketika istri meninggal, suami tidak bisa apa-apa. Tidak tahu jadwal pelajaran anaknya, seragam sekolahnya yang mana dan untuk hari apa, tak tahu urusan dapur sama sekali, dll.  Nah kan, kalau istri sudah tiada dan suami terbiasa dilayani, jadi bingung sendiri.

Mendidik Anak Laki-Laki untuk Mandiri

Memang betul ya kalau anak, terutama anak laki-laki, harus diajari untuk mandiri  sejak dini. Jadi ketika dia dewasa dan menikah, tidak akan merepotkan istri. Dia bisa bekerja sama dengan baik dan tidak menuntut untuk dilayani.

Anak laki-laki yang biasa menyapu dan mengepel sejak kecil, akan melakukannya sampai dewasa. Toh rumah yang dihuni kan milik bersama, dan si boy yang kini sudah dewasa bebersih karena memang tanggung jawabnya. Bukannya main perintah ke istri, padahal istrinya sedang repot menyusui atau melakukan kegiatan lain yang lebih urgent.

                                                   Pexels

Ingat ya, Pak! Melakukan tugas rumah tangga seperti menyiram tanaman atau menyapu teras itu bukan hal yang tabu. Bukankah menikah adalah cara untuk bekerja sama bukannya tuntutan dan penyiksaan untuk istri? Jangan sampai menyesal ketika istri tiada lalu tidak bisa apa-apa….